Home / Urban / Bodyguard Gagah Dari Kampung / Chapter 5 : Membantu Stefanie

Share

Chapter 5 : Membantu Stefanie

last update Last Updated: 2022-12-06 12:00:13

Hari kedua masih tak jauh beda dengan sebelumnya. Dario tidak mengerjakan apapun sepanjang pagi. Secara kebetulan, dia mendengar isu tak sedap tentang dirinya.

Ada gosip kalau Dario masuk ke perusahaan karena titipan, bukan karena usahanya sendiri. Itu dilihat dari pendidikan terakhirnya.

Rata-rata yang bekerja di Perusahaan ini minimal Sarjana D3, yang paling tinggi ada beberapa yang S2. Tapi Dario justru hanya sampai D1.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Stefanie yang kini sudah nongol dari balik sekat meja kantor Dario.

"Oh, nona Stefanie. Apa kau sudah mau pergi?" Dario malah balik bertanya.

"Iya. Aku kesini ingin mengajak mu. Apa kau jadi ikut?"

"Tentu saja. Pergi ke proyek adalah salah satu pengalaman menarik. Apalagi perginya dengan nona cantik seperti dirimu."

"Aku jadi penasaran, apakah skill marketing mu sama hebatnya dengan skill merayu mu?"

Keduanya tertawa kecil. Setelah mengobrol banyak semalam, mereka jadi lebih dekat.

Stefanie termasuk tertutup soal kehidupan pribadinya. Dia jarang bercerita kepada orang lain, apalagi kepada lawan jenis.

Tapi dengan Dario, Stefanie justru bisa bebas bercerita apapun. Dibalik kacamata besarnya, harus di akui kalau Dario punya kepribadian yang menarik.

"Aku sudah bilang kepada manajer akan mengajakmu. Jadi bersiaplah, kita berangkat sekarang."

"Baik, nona cantik."

Wajah Stefanie memerah. Sedingin apapun wanita, tetap saja mereka suka kalau di puji. Stefanie juga sama seperti itu.

Saat mereka keluar, beberapa pasang mata menatap dengan pandangan tak biasa.

"Hei, Ivan. Kau kalah cepat dengan anak baru itu," kata salah seorang pria disudut lain kantor marketing. Dia sedang berbicara dengan seorang pria dan wanita.

"Huh, dia hanya kutu buku. Tidak ada yang bisa membuat Stefanie tertarik," dengus Ivan

"Sudahlah, Rooney. Ivan betul. Nona Stefanie paling hanya mengajarinya. Aku saja tidak tertarik dengan si kutu buku itu, apalagi dia." Kali ini si wanita yang berbicara.

Rooney tersenyum penuh arti.

"Oh, ayolah, Grace. Apa kau tidak melihat wajah Stefanie yang merah saat mereka ngobrol? Aku jarang melihat dia seperti itu," Rooney masih coba mengipasi api.

Ivan hanya diam. Jelas provokasi Rooney membuatnya gusar. Dia memang melihat Stefanie tersenyum malu-malu dengan muka merah.

Grace tentu saja tak senang dengan apa yang dilakukan Rooney. Dia suka Ivan. Sayang rasa cintanya bertolak sebelah tangan. Stefanie memang lebih baik darinya dari posisi di kantor dan penampilan.

"Apa kita harus 'mengurus'-nya?" tanya Rooney lagi.

Ivan dan Grace saling pandang sebelum mereka melihat Rooney dengan penuh minat.

"Apa saranmu?" tanya Ivan.

"Seperti biasa. Untuk memberi pelajaran pada kutu buku seperti itu hanya butuh satu dua orang untuk mengurusnya," jawab Rooney santai.

"Baiklah, aku akan menyerahkan urusan kutu buku itu padamu."

"Tapi, Ivan. Kau tahu ini masih jauh dari gajian. Aku tidak ada simpanan."

"Aku akan memberimu 1000 dollar. Aku hanya tahu beres," kata Ivan sambil berlalu diikuti Grace.

"Orang kaya bodoh!" Rooney tersenyum licik.

Ivan memang anak orang kaya. Orang tuanya punya perusahaan sendiri meski tak sebesar Boa Groups. Dengan alasan ingin belajar, dia akhirnya masuk kesini.

Dia lulusan Harvard, tapi pengalamannya tidak banyak. Beberapa deal proyek dibawah tugasnya, kebanyakan karena uang dan koneksi ayahnya.

Rooney tahu Ivan suka Stefanie, makanya dia sering meminta uang dengan alasan demi wanita itu. Pria ini suka bau uang, apalagi dari anak orang kaya bodoh seperti Ivan.

xxx

Honda Civic Turbo itu meluncur mulus di jalan raya kota Roswell. Dario duduk di depan di sebelah Stefanie yang sedang menyetir. Stefanie suka dengan desain dan fitur sedan sporty ini. Harganya juga tidak terlalu mahal.

Satu kebiasaan wanita itu saat mengendarai mobil adalah membiarkan kaca pintu sedikit terbuka. Sehingga angin masuk dan menerpa wajah dan menerbangkan rambutnya. Dia suka seperti itu, lebih segar katanya.

Dario hanya mengiyakan saja. Harus di akui kalau Stefanie memang cantik. Rambutnya yang panjang agak kecoklatan terkena angin, membuatnya terlihat bagaikan Dewi yang anggun.

Ditambah kontur wajahnya yang bulat, matanya yang sedikit besar dan senyumnya yang manis, laki-laki normal pasti akan suka padanya.

"Apa yang kau lihat, Dario?" tanya Stefanie setelah mendapat Dario menatapnya dengan intens.

"Aku suka melihat rambutmu yang tergerai, Stef. Kau jadi terlihat anggun," jawab Dario jujur.

"Hmm. Mulai deh," Stefanie kembali tersenyum malu.

"Aku bicara jujur. Pasti bukan aku saja pria yang menyadarinya. Yang lain di divisi marketing juga pasti sama seperti aku."

"Sudahlah, Dario. Kau disini untuk membantuku, bukan untuk merayuku."

Mada suara Stefanie terdengar kesal, tapi dia tidak bisa menyembunyikan wajahnya yang merah entah karena malu atau malah senang dipuji.

"Baik,,, baik,,,. Aku akan diam kali ini."

"Hmm. Apa kau punya pacar, Dario?" tanya Stefanie tiba-tiba.

" Tidak. Mana ada wanita yang mau sama orang yang kelihatan kutu buku seperti aku?" tanya Dario balik.

"Pembohong!" kata Stefanie tertawa kecil. "Aku juga percaya saat pertama melihatmu. Tapi kalau diperhatikan dengan lebih teliti, kau tampan juga saat kau tidak memakai kacamata."

"Oh, benarkah? Senang sekali dipuji oleh wanita cantik seperti anda, nona."

Stefanie kembali tersipu.

"Hei, Dario. Kenapa kau tidak lepas saja kacamata itu dan menggantinya dengan kontak lens. Aku yakin banyak wanita di departemen kita yang akan suka padamu."

"Tidak. Aku suka seperti ini. Disukai banyak wanita hanya merepotkan."

"Hmmm. Apa jangan-jangan kau sedang menyamar, ya?"

Kata-kata Stefanie terdengar asal bicara, tapi cukup mengagetkan Dario. Dia tentu saja terkejut, tapi beberapa detik kemudian sudah biasa lagi.

"Apa menurutmu begitu? Baiklah aku mengaku. Aku adalah penjahat super yang suka menculik wanita cantik. Akan kubawa mereka ke sebuah pulau terpencil untuk ku jadikan bahan eksperimen atau ku jadikan istriku."

"Hihihi, kau benar-benar lucu, Dario."

Stefanie terkikik. Tapi begitu melihat lawan bicaranya hanya tersenyum penuh arti, Stefanie tiba-tiba merinding.

"Kau hanya bercanda kan? Iya kan?"

Kali ini Dario yang tertawa terpingkal-pingkal.

xxx

Mobil Stefanie berhenti ketika melihat para pekerja yang sedang mengaspal jalan, hanya duduk-duduk saja di bedeng sementara. Wajah mereka nampak kesal.

"Apa yang terjadi? Dimana mandor Sven?" tanya Stefanie setelah memarkirkan mobilnya dan keluar berjalan cepat ke arah para pekerja itu diikuti oleh Dario.

"Nona Stefanie, anda datang." Seorang pemuda berkulit agak gelap maju menyambut wanita itu.

"Adam, kenapa kalian berhenti? Lalu dimana Mandor Sven?" tanya Stefanie gusar.

Adam sedikit sulit bicara. Wajahnya nampak serba salah. Dia memandang rekan-rekannya.

"Katakan saja, apa yang terjadi?" Stefanie terdengar tak sabar.

"Pagi ini kami bentrok dengan pribumi sini. Mereka memprovokasi teman-teman saya. Tentu kami marah dan melawan. Tapi kami kalah jumlah. Beberapa orang terluka. Mandor Sven sedang membawa mereka ke Rumah sakit."

Tiba-tiba kepala Stefanie terasa berat. Jalan dengan panjang 60km yang menghubungkan daerah ini dengan Roswell, harus segera selesai sebelum awal Desember. Agar bisa menunjang proyek yang sedang di bangun.

Salju yang turun, tentu akan menghambat kerja mereka. Itu akan benar-benar membutuhkan biaya besar untuk menutupinya.

Suara deru mobil terdengar mendekat. Semua orang melihat ke arah suara itu. Ada sekitar 5 mobil jip beriringan datang dari arah timur, jelas menuju ke arah mereka.

Saat sudah dekat, puluhan orang turun dari mobil. Salah satunya dengan anting di telinga kiri maju mendekati Stefanie dan Dario.

"Orang-orang ku terluka. Bagaimana kalian mau bertanggungjawab?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bodyguard Gagah Dari Kampung   Chapter 67 : Hati Yang Terhubung

    Pria yang baru datang itu tidak memiliki badan sekekar para bajingan yang menggangu Stefanie. Sosoknya terlihat kurus dengan sebuah kacamata kotak yang terpasang di wajahnya. Namun meski begitu, tangan Jhon tidak bisa lepas dari genggaman pria itu bagaimanapun dia mencoba. Hanya tatapan dingin dari pria itu yang membuatnya merasa merinding. "Dario," Stefanie membisikan sebuah nama. "Apakah kalian tidak mengerti bahasa manusia? Pelayan ini hanya ingin kalian tidak membuat keributan." Dengan sekali hentakan, Jhon terhuyung mundur yang langsung ditahan oleh Tomi. Bajingan itu merasa malu ketika tidak bisa lepas dari genggaman lawannya dihadapan banyak orang. "Siapa kau bajingan? Berani menggangu kesenangan kami geng Red Bull!" Orang-orang di restoran yang sedang menonton menunjukkan wajah ngeri begitu Jhon menyebutkan nama geng tempat dia bernaung. Geng Jhon adalah salah satu yang terkuat di kota ini. Bisnis mereka juga lumayan banyak. Baik yang Legal maupun yang ilegal Mer

  • Bodyguard Gagah Dari Kampung   Chapter 66 : Seorang Gadis Dan Seorang Wanita

    Fabian hanya bisa mengulum senyum melihat bosnya makan dengan lahap. Dia masih berdiri dengan tenang di samping Lili. Meskipun terlihat sederhana, masakan yang dibawa Fabian terasa berbeda. Tadinya sang bos muda terlihat ragu begitu tudung saji dibuka. Baginya yang sudah pernah berkeliling dunia, semua makanan sudah pernah dicoba. Dia pun agak skeptis dengan apa yang diucapkan Fabian. Namun saat suapan pertama memasuki mulutnya, gadis itu tanpa sadar segera menghabiskan makanan yang di meja. Nafsu makannya yang sudah hilang beberapa Minggu ini, langsung bangkit begitu saja. "Dimana kau menemukan koki ini, Fabian? Apa kau tidak memesan makanan ini dari restoran terkenal?" Ada nada penasaran yang keluar dari pertanyaan yang Lili ucapkan. "Bukannya sudah saya bilang tadi nona, anda malah bertemu koki ini terlebih dahulu daripada saya." Lili tentu saja berpikir siapa saja orang yang dia kenal. Belakangan ini kecuali Dario, yang lain sudah dia kenal sejak lama. Dia hanya b

  • Bodyguard Gagah Dari Kampung   Chapter 65 : Perubahan

    Perubahan tampaknya jelas sedang terjadi di Boa Groups. Baik di kantor pusat atau kantor cabang, beberapa orang yang dicurigai telah ditangkap atas tuduhan penggelapan dana dan menerima suap.Mereka-mereka yang ditangkap tidak hanya dari pihak eksekutif dan manajerial, beberapa di antaranya malah hanya karyawan biasa tapi bisa membeli barang-barang yang kelihatannya cukup mahal.Hal ini tentu membuat kaget para kolega yang bekerja dengan benar untuk perusahaan. Efeknya timbul rasa saling curiga antar karyawan.Efek lainnya membuat kepercayaan publik jatuh sehingga membuat saham perusahaan menurun. Beberapa perusahaan lain yang bekerja sama dengan Boa Groups juga meninjau kembali kerjasama mereka.Sebagai orang yang sudah berkutat dengan bisnis selama puluhan tahun, Edinson sudah meramal hal itu akan terjadi.Saat ini dia tak perduli dengan saham perusahaannya yang turun dan lusinan telepon dari para pemegang saham menanyakan komitmennya.Edinson hanya ingin menyelamatkan sesuatu yang d

  • Bodyguard Gagah Dari Kampung   Chapter 64 : Masa Lalu

    Sore menjelang malam, saat sang surya berada di ujung ufuk sebelah barat, sebuah kereta berhenti di stasiun kecil yang sepi. Hanya ada satu atau dua petugas yang terlihat di stasiun itu.Sepasang pria dan wanita turun dari gerbong belakang kereta. Tak lama kemudian, kereta itu berjalan kembali meneruskan perjalanannya. Deru suaranya kemudian hilang setelah kereta menjauh.Sang pria menuntun sang wanita dengan hati-hati. Perut sang wanita yang membuncit, menandakan ada satu kehidupan yang akan menyongsong dunia sebentar lagi."Hei Revano, kau akhirnya pulang juga!" sapa salah satu petugas yang berdiri di dekat pintu keluar masuk stasiun. " Apakah dia istrimu?""Ah, tuan Galileo, lama tak jumpa," balas pria bernama Revano itu sambil tersenyum. Dia memandang lembut ke arah sang wanita." Ya, dia istriku, Jovanka. Kami akan disini sampai anak kami lahir.""Salam, tuan Galileo." Kini giliran Jovanka yang menyapa pria paruh baya yang berusia akhir 30an."Ah, senangnya. Kau pergi begitu lama

  • Bodyguard Gagah Dari Kampung   Chapter 63 (Bab 1 End) : Edinson Wallace Bertindak

    Sosok cantik dengan penampilannya yang elegan masuk tanpa permisi. Kehadiran sosok itu membuat Raven dan Dario berhenti tertawa. "Selamat datang, Nona." Ucap ketiga orang di ruangan serentak. Lili masuk diiringi Fabian dibelakangnya. "Apa kalian sedang menertawakan Rhino?" Lili kembali bertanya. Raven hanya tersenyum simpul. Rhino terlihat suram, sedangkan Dario hanya bisa nyengir saja. "Rhino kalah cepat dalam memburu tersangka yang meracuni saya, nona Lili. Ada yang berhasil menangkapnya sebelum dia. Makanya lihatlah wajahnya bagai rebusan ubi sekarang." "Sial kau, Raven. Semoga kakimu membusuk dan kau hanya bisa diam di ranjang selamanya." "Hei... Hei... Bukannya itu terlalu kejam?" Fabian yang sedari tadi diam ikut bicara. "Biarkan saja, Fabian. Orang tua itu kalau stress memang seperti itu." Raven kembali terkekeh. "Huh, aku jadi kangen dengan Raven kecil yang tidak banyak omong." Rhino hanya mendengus kesal. Lili hanya bisa tersenyum melihat interaksi dua sahabat itu. Da

  • Bodyguard Gagah Dari Kampung   Chapter 62 : Kenyataan Yang Sebenarnya.

    Mobil Ferrari yang dikendarai oleh Connor perlahan memasuki gerbang rumah utama keluarga Wallace. Saat itu jam makan malam, lampu-lampu cantik sudah menyala, berderet memenuhi taman yang berada di sebelah parkiran. Sebuah mobil VW hitam sudah terparkir tak jauh dari Connor menghentikan mobilnya. Beberapa penjaga yang berjaga menyapanya dengan hormat. Setelah di parkir, Gerald sudah menunggunya di depan pintu masuk. Wajah Connor tidak terlihat baik-baik saja. Dia bisa menebak kenapa dia dipanggil kesini. "Selamat datang, tuan muda. Tuan Besar sudah menunggu di meja makan." Ucap Gerald sopan. Dia membukakan pintu dan membiarkan cucu tertua majikannya untuk masuk. "Apakah tuan besar sendirian?" tanya Connor yang berjalan di depan. "Tidak, tuan. Ada tuan Gustav yang menemani tuan besar." Desahan pelan keluar dari mulut Connor. Malam ini bisa jadi malam yang berat untuknya. Gustav seingatnya adalah teman dekat kakeknya. Saat Perusahaan Penjaga Boa didirikan, Gustav menjadi instruktur

  • Bodyguard Gagah Dari Kampung   Chapter 61 : Rencana Reynold Dan Amarah Connor

    Hasil perlombaan hari kedua benar-benar di luar dugaan. Dua kontestan paling potensial sama-sama tidak mendapatkan poin karena gagal finish.Penyebab keduanya gagal adalah karena anak buah Lili yang dipertengahan lomba malah disangsikan untuk bisa melanjutkan. Di kubu Reynold, hasil kurang bagus yang mereka terima dalam dua hari lomba membuat ayah dan anak kelimpungan. Mereka sudah menyiapkan para pengawal terbaik untuk kontes ini. Namun adanya insiden kecelakaan beberapa pengawal, membuatnya kekurangan kekuatan. "Sudah ku bilang dari dulu, fokus untuk mengembangkan anak buahmu!" Suara Robert terdengar gusar. Dihadapannya ada Reynold dan Rose. Tampang keduanya tidak terlalu bagus. "Jika tidak ada insiden sebelum lomba, anak buahku bisa melakukannya dengan lebih baik," Reynold mencoba membela diri, tidak mau disalahkan sepenuhnya. Brakk! "Omong kosong! Kau tidak lihat apa yang terjadi dengan anak buah Lili? Dia juga mengalami

  • Bodyguard Gagah Dari Kampung   Chapter 60 : Raven Dan Rhino 4

    Seorang pria tinggi besar melangkah santai mendekati Eros dan Randolf berada. Jaket kulit, celana serta sepatu tentara yang dia kenakan menunjukan aura yang mendominasi. "Jedi?" Sebelum ada jawaban, Randolf terlihat mengambil senjatanya dengan tangan kiri. Eros segera berlari kemudian setengah melayang menerjang tubuh sang lawan. Tanpa ampun Randolf langsung terlempar menabrak dinding. Seteguk darah keluar dari mulutnya. Erang kesakitan tak bisa tertahan. Setelah melakukan tendangan tadi, Eros juga ikut terjatuh. Dia bangkit dan mengambil pistol. Setelah mengeluarkan isinya, dia melempar senjata itu ke sungai. Jedi datang dengan senyum sumringah. Sementara Eros masih merasa De Javu dengan kejadian tadi. Dia mengingat ketika di keroyok di sebuah gang dan diselamatkan Jedi. Keduanya berpelukan. Jedi jadi orang yang terlihat paling bahagia. "Aku sudah mencari mu keliling kota selama berbulan-bulan. Tidak kusangka Eros yang melegenda malah mau mati di bawah kolong ini." Senyum meri

  • Bodyguard Gagah Dari Kampung   Chapter 59 : Raven Dan Rhino 3

    Dulu sewaktu sudah belajar mengingat, keadaaan yang membuat Eros menjadi pribadi yang dingin dan hanya ingin sendirian.Hidup hanya dengan nenek tanpa kasih orang tua, membuatnya berpikir dunia bukan tercipta untuknya. Meski pikirannya sedikit berubah saat dia bersama Jedi mengukir legenda sebagai yang terkuat di kota, pikiran itu kembali terbawa sampai dia tiba di Roswell.Kesialan satu persatu menghampirinya yang masih hijau untuk hidup di kota besar. Dia pernah ditipu hingga semua uang yang dia bawa hilang.Pernah juga disiram sang pemilik toko ketika pagi menjelang setelah semalaman menumpang untuk sekedar memejamkan mata.Bahkan harus mengorek tempat sampah mencari makanan sisa hanya untuk sekedar memenuhi perutnya yang lapar. Berbulan-bulan Eros bekerja serabutan dengan tidur dimana saja. Dia kerap berpindah-pindah hingga bisa kenal dengan beberapa orang yang senasib dengannya.Dengan mereka, Eros belajar arti sebuah ketulusan. Meski sama-sama kekurangan, mereka siap selalu sa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status