Share

Bodyguard-Ku Ternyata Mafia
Bodyguard-Ku Ternyata Mafia
Author: Mima Rahyudi

01. Permintaan Sang Majikan

“Maaf, Nona! Anda sebaiknya saya antar pulang saja, tidak baik jika anda menginap di rumah saya,” kata Naka. Pria tampan dengan postur tubuh tinggi dan gagah itu tampak tengah berusaha memapah seorang wanita cantik yang berjalan sempoyongan karena mabuk berat.

“Ah, tapi aku ingin tidur di sini saja, aku malas pulang ke rumah,” rengek wanita itu. Wanita cantik berdarah China Indonesia itu tampak tengah bergelayut manja di tengkuk Naka, dialah Orin, merupakan putri dari bosnya Naka. Naka sendiri adalah orang yang dipercaya oleh papinya Orin untuk menjaga Orin kemanapun pergi, jadi Naka adalah bodyguardnya Orin.

“Nona, saya akan antarkan anda pulang, nanti Bibi Mita mencari anda,” kata Naka

“Tidak mau!” seru Orin

“Tapi, saya tidak enak sama tuan kalau anda menginap dirumah saya, nanti juga…,”

CUP!!

Naka seketika membeliak matanya mendapatkan perlakuan dari putri majikannya itu. Orin tiba-tiba mencium bibir Naka, bahkan dengan ganas mencoba menerobos masuk ke sela-sela mulut Naka, sehingga membuat Naka blingsatan, apalagi Naka sama sekali belum pernah merasakan yang namanya ciuman.

“Bang Naka, aku kepanasan, tolongin aku,” rengek Orin, yang kemudian kembali menyerbu bibir Naka.

“Nona, tolong jangan seperti ini!” seru Naka, sulit sekali mengatasi wanita cantik itu kalau sudah mabuk, dan sepertinya juga minum obat perangsang.

Naka memang sore tadi tidak bisa mengawal Orin untuk pergi ke club malam bersama teman-temannya karena ada tugas dadakan mengawal nyonya besar alias maminya Orin ke salon, sehingga Orin lebih memilih pergi sendiri, toh selama ini juga Orin terbiasa pergi kemana-mana sendiri, sedangkan Naka memang lebih sering mengantarkan Sonia, yang merupakan ibu tiri dari Orin dengan usia yang hanya terpaut 5 tahun dari Orin.

Anindito selaku papinya Orin, memang menikah lagi setelah mami kandung Orin meninggal karena kanker paru-paru, dan ternyata dia justru menikahi sekretarisnya sendiri yang usianya terpaut nyaris 20 tahun. Orin tidak pernah mempermasalahkan, karena Sonia juga baik pada Orin.

“Nona, anda tadi pergi dengan siapa saja?” tanya Naka, “Minuman anda pasti diberikan obat perangsang, kan!?”

“Panas!! Tolongin aku!” rengek Orin yang tiba-tiba sudah melepas pakaiannya hingga hanya tersisa pakaian dalamnya saja, tentu saja Naka tambah melotot tidak percaya, bisa secara langsung melihat tubuh mulus anak majikannya.

“Nona, jangan seperti ini!” seru Naka yang langsung menutupi tubuh Orin dengan selimut, “Ayo saya antarkan anda pulang! Ibu Sonia pasti tahu cara mengatasi masalah ini. Saya akan cari siapa pelaku pemberi anda obat perangsang!”

Naka susah payah membopong tubuh Orin keluar dari rumahnya, lalu memasukkan Orin ke dalam mobil jeepnya. Orin tadi datang kerumahnya menggunakan taxi online, sehingga Naka tidak perlu repot memikirkan mobil Orin.

Sepanjang perjalanan, Orin terus-terusan merangsek menciumi Naka. Naka tetap berusaha tenang, dan fokus pada setir mobilnya, satu-satunya cara adalah membiarkan Orin melakukan apapun semaunya, dan sampailah Naka di sebuah rumah besar dan megah bergaya Eropa itu.

Naka kembali menutupi tubuh Orin dengan selimut miliknya dan membopong tubuh Orin seperti karung beras dipundaknya. Sonia dan suaminya Anindito tampak terkejut melihat kedatangan bodyguard keluarga itu sambil membopong tubuh Orin yang berteriak-teriak tidak karuan sambil memukul-mukul punggung Naka.

“Naka, ada apa?” tanya Sonia

“Entah, Bu. Nona tadi tiba-tiba kerumah saya dalam keadaan mabuk parah, dan sepertinya ada yang mencampur minumannya dengan obat perangsang,” jawab Naka, “Saya bawa Nona ke kamarnya saja dulu, ibu bisa bantu mengatasinya?”

“Ya, sudah, bawa ke kamarnya!” seru Anindito sambil membantu Naka memegangi putrinya, “Ya ampun, anak ini, selalu saja membuat ulah seperti ini.”

“Pak, jangan marah-marah, percuma, Nona mana ngerti,” balas Naka.

“Tapi anak ini sudah berkali-kali seperti ini, Naka. Maka dari itu aku minta kamu selalu mengawal dia kemanapun dia pergi,” kata Anindito.

Naka kemudian merebahkan tubuh Orin di tempat tidur, tetapi baru mau menegakkan tubuhnya, Orin sudah meraih tengkuk Naka dengan kedua tangannya merangkul di tengkuk Naka dan langsung mencium bibir Naka lagi.

“Abang…. Panas….,” rengek Orin

“Orin!” teriak Anindito tidak percaya dengan kelakuan putrinya.

“Nona, sebaiknya nona istirahat saja, nanti panasnya akan hilang sendiri lama-lama,” balas Naka, merasa tidak hati pada majikannya karena ulah Orin.

Sonia kemudian mengambil handuk yang sudah dibasahi dengan air es, kemudian merentangkan di tubuh Orin yang ternyata dibalik selimut itu hanya mengenakan dalaman saja.

“Kemana pakaian Orin?” tanya Sonia

“Eee. Itu, Bu, ketinggalan dirumah saya, tadi nona melepaskan begitu saja pakaiannya dan langsung saya tutup selimut, karena mana mungkin saya memakaikan kembali pakaiannya, sangat sulit,” jawab Naka dengan wajah memucat, takut majikannya akan marah.

Orin sudah sedikit lebih tenang setelah mendapatkan kompresan air es dan akhirnya tertidur, sementara Naka untuk menghilangkan rasa gugup dan takutnya menuju ke dapur dan mengambil sekaleng minuman soda dari dalam lemari es, dan menegaknya.

Naka merasakan panas luar dalam, takut jika majikannya marah karena telah meladeni ciuman dari putrinya, bahkan sudah melihat tubuh Orin yang hanya mengenakan dalaman saja. Beruntungnya Naka mampu mengendalikan hasratnya, pria yang baru berusia 23 tahun itu tampak terduduk lemas di bangku taman belakang rumah itu.

“Naka, bisa kita bicara sebentar?” suara Anindito mengejutkan Naka.

“E… iya, Pak. Kita mau berbicara di mana?” tanya Naka

“Ikut keruangan kerjaku,” jawab Anindito.

Naka mengikuti langkah sang majikan menuju keruang kerjanya yang terletak di lantai dua. Anindito kemudian duduk di sofa sementara Naka tetap berdiri di hadapan Anindito.

“Duduklah!” titah pria yang sudah berumur 52 tahun itu sambil menepuk-nepuk sofa yang ada disebelahnya.

“Saya di sini saja, Pak,” balas Naka sambil mendudukkan dirinya di sebuah sofa kotak tanpa sandaran, tepat di hadapan Anindito.

“Berapa usiamu?” tanya Anindito

“23 tahun, Pak,” jawab Naka

“Apakah kamu sudah mempunyai kekasih?” tanya Anindito

“Tidak Pak, saya tidak ada waktu untuk memikirkan kekasih, saya masih fokus menyelesaikan kuliah dan kerja sama Bapak saja,” jawab Naka.

“Kuliahmu jurusan apa?” tanya Anindito

“Jurusan ekonomi pembangunan, Pak,” jawab Naka, “Semester akhir.”

Naka memang masih berstatus sebagai mahasiswa di sebuah universitas ternama, kepandaiannya menyebabkan dia mendapatkan beasiswa untuk menyelesaikan kuliah. Sayangnya, selama ini Naka harus berjuang memenuhi kebutuhannya sendiri, kedua orang tuanya sudah meninggal 3 tahun lalu karena kecelakaan mobil, sehingga Naka hanya tinggal seorang diri di rumah peninggalan kedua orang tuanya. Keahlian Naka dibidang beladiri, membuat Naka akhirnya diterima bekerja sebagai salah satu bodyguard di keluarga Anindito Asmoro, seorang pengusaha sukses dengan bisnis menggurita hampir di penjuru negeri dan bahkan di luar negeri.

“Jadi tadi itu pengalaman pertamamu berciuman?” tanya Anindito sambil tersenyum

“Hah! I-iya, Pak. Maaf, Pak! Saya sudah lancang,” jawab Naka, mendadak Naka merasakan panas dingin ditubuhnya.

“Tidak, kamu tidak salah. Orin yang salah,” kata Anindito, “Maafkan anakku yang sudah mencuri ciuman pertamamu.”

Naka menundukkan kepalanya, tidak berani menatap wajah majikannya, baginya, sekalipun ini bukan kesalahannya, tapi dia tetap merasa bersalah karena sudah kurang ajar, mendapatkan ciuman dari putri sang majikan, bahkan sudah melihat kemolekan tubuh wanita cantik itu.

Orin memang sudah berusia 27 tahun, selama ini bekerja sebagai salah satu CEO diperusahaan milik Anindito, sayangnya Orin memang gadis yang susah diatur, kesukaannya pada dunia malam dan menghabiskan waktu untuk dugem dan mabuk sering membuat Orin terjebak oleh teman-temannya, maka dari itulah Anindito meminta Naka menjadi bodyguardnya.

“Apakah kamu mau menikah dengan Orin?” tanya Anindito

Seketika tubuh Naka seperti membeku mendapatkan pertanyaan seperti itu, bagaimana bisa sang majikan malah menawarkan putrinya untuk dia nikahi. Padahal dia hanya seorang bodyguard yang tengah berjuang menyelesaikan pendidikannya.

“Naka, Bapak tanya sekali lagi, maukah kamu menikahi putriku?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status