Share

02. Menikahlah Dengannya

“Bapak pasti bercanda,” kata Naka, “Nona mana mungkin mau menikah dengan saya, secara umur saja saya lebih muda dari nona Orin.”

“Bapak tidak bercanda, nikahi Orin, barangkali dengan seperti itu, dia bisa mulai bisa merubah tabiat buruknya,” balas Anindito

“Kenapa Bapak tidak nikahkan Nona dengan anak dari rekan bisnis Bapak? Mereka lebih pantas dibandingkan saya yang hanya seorang bodyguard, Pak,” kata Naka

“Tidak, anak-anak rekan bisnisku sama saja seperti Orin, suka dunia malam, mabuk dan having sex, mau jadi apa jika dua anak manusia sama-sama menyukai dunia seperti itu dijadikan satu dalam sebuah pernikahan,” balas Anindito, “Menikah itu bukan sebuah permainan, jika bosan dan tidak suka maka buang, cari yang lain lagi, Bapak tidak mau Orin seperti itu.”

“Lalu kenapa harus saya?” tanya Naka masih saja tidak percaya.

“Karena kamulah orang tepat untuk Orin, kesabaranmu selama ini menghadapi Orin sudah cukup membuktikan bahwa kamu layak menjadi suami Orin, jangan melihat usia. Secara usia memang Orin lebih tua dari kamu, tapi secara kedewasaan, kamu lebih dewasa dari dia,” jawab Anindito, “Tapi, Bapak tidak bisa menjamin, apakah Orin masih perawan atau tidak, mengingat pergaulannya yang sebebas itu selama ini. Tolong bimbing dia.”

Orin memang bukan anak satu-satunya Anindito. Pernikahan Anindito dengan Tasya, almarhum istrinya menghasilkan 3 orang anak, dua laki-laki dan satu perempuan. Kedua kakak Orin laki-laki dan sudah berkeluarga semua, dan mereka tinggal terpisah dengan Anindito. Orin adalah anak bungsu Anindito, sekaligus anak perempuan satu-satunya, sedangkan hasil pernikahan dengan Sonia, lahir seorang putra yang baru berusia 1 tahun, semua orang biasa memanggilnya Indra.

“Tapi Pak, Nona Orin belum tentu mau sama saya, mungkin dia sudah punya kekasih hati, tolong jangan dipaksa. Ini sudah bukan lagi jaman Siti Nurbaya, Pak,” kata Naka

“Bapak kasih waktu kamu satu minggu untuk berpikir,” balas Anindito, “Dan Bapak harap kamu menerima tawaran saya, ini juga demi masa depan kamu, karena setelah kamu lulus kuliah nanti, kamu bukan lagi bodyguard, kamu juga akan Bapak angkat jadi salah satu CEO diperusahaan.”

“Pak, tapi….,”

“Kamu hanya punya dua pilihan, Naka. Kalau kamu tidak menerima tawaran ini ini, maka dengan sangat terpaksa kamu dipecat dari pekerjaanmu selama ini,” kata Anindito dengan penuh penekanan, “Jadi pikirkan baik-baik, masalah Orin mau atau tidak, itu urusan Bapak nanti. Lagi pula kamu juga sudah melihat keseluruhan tubuh Orin secara langsung, Bapak malu kalau Orin menikah dengan pria lain, sementara kamu sudah pernah melihat tubuh Orin.”

Naka benar-benar di buat bingung karena permintaan majikannya kali ini, baginya ini adalah permintaan yang tidak masuk akal. Dimana-mana seorang ayah pasti menginginkan putrinya menikah dengan pria yang sejajar dengan mereka, baik dari segi kekayaan maupun kasta, ini kenapa malah sang majikan menginginkan dirinya menjadi menantunya.

Naka tetap bekerja seperti biasanya, mengawal Orin kemanapun pergi, sejak kejadian itu, Anindito murka dan kemanapun Orin pergi harus di kawal, tanpa pengecualian, dan Anindito hanya meminta Naka untuk mengawal Orin, pun jika Naka tengah ada jam kuliah maka hanya akan digantikan sementara oleh bodyguard lain yang juga teman Naka, yaitu Paul.

“Nona, anda mau kemana setelah ini?” tanya Naka sambil menyetir mobilnya, sementara Orin, wanita cantik dengan tubuh bak gitar spanyol itu tampak duduk di kursi penumpang.

“Aku lama tidak clubbing,” jawab Orin sambil menyalakan rokoknya, sehingga dengan terpaksa Naka membuka jendela mobil dan mematikan AC mobil.

“Bapak tidak ijinkan nona clubbing lagi,” kata Naka, “Saya antar pulang saja, ya?”

“Ayolah, Naka, sekali ini saja, aku rindu dengan teman-temanku,” balas Orin

“Tidak, saya tidak mau melanggar perintah Bapak,” kata Naka dengan nada tegas, “Pelaku pemberi obat perangsang diminuman anda saja sampai sekarang belum ditemukan, anda jangan mengulang hal bodoh seperti kemarin lagi, Nona!”

“Memangnya aku melakukan apa?” tanya Orin dengan wajah bodohnya.

“Nona tidak ingat apa yang sudah nona lakukan dihadapan saya?” tanya Naka balik

“Tidak,” jawab Orin

“Astaga!” seru Naka lalu menepikan mobilnya. Naka keluar dari mobil kemudian membuka pintu mobil belakang dan duduk di sebelah Orin. Naka mengambil rokok Orin lalu membuangnya keluar, “Merokok tidak baik untuk kesehatan wanita, Nona.”

“Naka! Mau apa kamu?” tanya Orin, “Cepat bawa mobilnya.”

“Saya akan tetap duduk di sini kalau nona tetap meminta saya mengantar ke club,” jawab Naka dengan santainya, “Saya hanya ingin bertanya sekali lagi pada anda nona, apakah anda tidak ingat dengan kejadian tiga hari yang lalu?”

“Tidak, aku tidak ingat, aku bangun-bangun sudah ditempat tidurku sendiri,” kata Orin

“Kalau begitu nona bisa cek CCTV dikamar nona jika ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi,” balas Naka, “Gara-gara anda, saya terancam dipecat sama Bapak.”

“Sudah! Ayo pulang saja kalau begitu!” seru Orin

Naka tersenyum, kemudian kembali duduk di belakang kemudi dan membawa mobil sang nona majikan pulang ke rumah bergaya Eropa itu. Orin langsung turun dari mobil tanpa menunggu Naka membukakan pintu terlebih dahulu.

“Pakkkkk Azaaam!!!” teriak Orin

“Ada apa, Non?” tanya pria yang sudah berumur dengan seragam serba hitam itu, Azam adalah security di rumah Anindito.

“Pak, aku mau lihat rekaman CCTV tiga hari yang lalu!” seru Orin

“Oh, baik, Non, akan saya bawakan file nya kekamar Nona,” balas Azam

Orin langsung masuk kekamarnya untuk membersihkan diri, sedangkan Naka bergegas menuju dapur karena sedari tadi merasa haus sekali. Azam akhirnya datang ke kamar Orin dengan membawa sebuah flashdisk berisi hasil rekaman CCTV.

“Makasih, Pak,” kata Orin

Orin kemudian menyalakan laptopnya dan membuka rekaman CCTV melalui laptopnya. Dia mendapati rekaman mobil jeep Naka memasuki halaman rumahnya yang lebih luas dari lapangan bola, kemudian berhenti dan membopong tubuh Orin yang tertutup selimut.

“Kenapa aku ditutupi selimut!?” tanya Orin bingung

Sampailah Orin pada rekaman yang ada dikamarnya, dimana dengan jelas terlihat dia mencium Naka dengan penuh nafsu. Orin seketika melotot tidak percaya, apalagi Orin mencium Naka dengan posisi selimut melorot sehingga hanya mengenakan dalaman saja.

“Astaga!” teriak Orin tidak percaya, “Jadi maksudnya dia ini!?”

Orin seketika terdiam, tidak menyangka dalam keadaan tidak sadar karena pengaruh minuman keras dan obat perangsang yang entah diberikan oleh siapa dalam minumannya membuat dia jadi menjadi seliar itu, dan ini dia lakukan terhadap bodyguardnya sendiri. Pantas kalau Naka mengatakan karena perbuatannya, papinya mengancam akan memecatnya, yang jelas-jelas kesalahan ada di pihak Orin, Naka hanyalah korban keganasannya saja.

“Papiiii!!!” teriak Orin yang langsung menghambur keluar dari kamarnya, mencari-cari Anindito yang ternyata tengah berada di ruang kerjanya.

“Ada apa?” tanya Anindito melihat putrinya berteriak-teriak mencarinya.

“Papi, tolong jangan pecat bang Naka! Dia nggak salah!” seru Orin

“Maksudmu?” tanya Anindito

“Pi, aku waktu itu benar-benar tidak ingat dengan apa yang sudah aku lakukan, bukan salahnya Bang Naka, dia nggak salah,” jawab Orin, “Kasihan Bang Naka kalau dipecat mau kerja apa, papi kan tahu dia sedang menyelesaikan skripsinya!”

Anindito tersenyum melihat sang putri yang tampak berharap sekali supaya sang bodyguard yang selama ini menemani Orin kemanapun perginya tidak dipecat.

“Jadi kamu ingin supaya Naka tetap menjadi bodyguardmu?” tanya Anindito

“Iya, Pi,” jawab Orin

“Mau menuruti semua perkataan Naka?” tanya Anindito, “Tadi Naka laporan kamu mau clubbing lagi.”

“Iya, aku akan menuruti Bang Naka, jangan dipecat bang Nakanya,” jawab Orin, “Setelah ini aku akan minta maaf sama dia, tapi…. Aku malu, Pi. Dia udah lihat tubuh Orin ternyata!”

“Papi akan turuti permintaanmu untuk tidak memecat Naka, tapi ada syaratnya,” kata Anindito

“Apa itu, Pi?” tanya Orin

“Kamu harus mau menikah dengan Naka.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status