Suasana sore di sebuah resort mewah yang sudah berkelas internasional menjadi pemandangan indah bagi sepasang pengantin baru Orin dan Naka. Ternyata Anindito memilihkan salah satu resort mahal dikawasan Jimbaran untuk anak dan menantunya berbulan madu. Naka tengah berenang di kolam renang privat yang ada di resort itu, bentuk tubuhnya yang memang atletis dengan dada bidang dan 6 kotak diperutnya menambahkan kadar ketampanannya, sungguh tidak menyangka jika Naka selama ini hanya seorang bodyguard, yang akhirnya menikah dengan Orin, gadis cantik anak dari majikannya sendiri. Orin yang tengah menikmati pemandangan sore hari, matanya hampir tidak lepas dari Naka, Orin sangat terkesima dengan bentuk tubuh indah milik sang suami, beberapa kali mengambil gambar Naka yang baru saja keluar dari kolam renang, membuat Orin senyum-senyum sendiri. Dulu dia sempat menentang sebuah pernikahan, tapi entah kenapa sekarang dia begitu tergila-gila pada Naka. Sekalipun usia Naka dibawahnya empat tahun,
Orin dan Naka sudah kembali ke rumah Anindito setelah berbulan madu selama seminggu di Bali. Jika Orin sudah mulai persiapan untuk kembali bekerja dengan wajah baru dan cerianya, maka berbeda dengan Naka. Pria itu justru bingung, karena sejak kembali dari Bali, tugasnya mengawal Orin sudah digantikan oleh Angel. Anindito mengambil bodyguard baru perempuan untuk putri bungsunya. Pagi itu Orin sudah tampak berdandan cantik dengan setelan blazer warna merah marun dengan dalaman berdada rendah, juga rok pendeknya dengan warna senada, rok itu hanya sekitar 30 centimeter menutupi bagian bawah Orin, sehingga masih terlihat paha mulus nan putih itu. Ditambah sebuah stiletto dengan warna merah marun juga membuat penampilan Orin sungguh sempurna. “Orin, memangnya tidak ada rok yang lebih panjang lagi?” tanya Naka sambil memperhatikan istrinya yang tengah menggunakan lisptik “Memangnya kenapa?” tanya Orin balik, “Biasanya juga seperti ini.” “Aku tidak suka orang lain memandangi tubuhmu,” jawa
Merasa posisi sudah kalah, akhirnya 2 mobil yang membawa 8 orang yang menyerang Naka pergi meninggalkan Naka begitu saja, bersamaan dengan kedatangan Soni juga beberapa anak buahnya. Keringat Naka bercucuran sampai kemejanya basah, sebelum berkelahi tadi, Naka sudah melepaskan jasnya terlebih dahulu. “Kamu tidak apa-apa, Ka?” tanya Anindito sambil memegang bahu menantunya, kemudian memeriksa kedua sisi wajah Naka, takut-takut kena pukul musuh tadi. “Tidak, Pi. Saya tidak apa-apa,” jawab Naka, “Hanya sepertinya saya mana mungkin memakai kemeja ini, sudah basah.” “Tidak apa-apa, didalam mobil ada kaosmu, kamu ganti kaos saja dahulu,” kata Anindito “Pak, sepertinya keluarga Asoka sudah mengetahui keberadaan Mas Naka,” bisik Soni. “Selidiki saja dahulu, jangan sampai Naka tahu dulu soal ini,” balas Anindito Naka akhirnya melepaskan kemeja dan kaos dalamnya, kemudian memakai kaos oblong yang ada didalam mobil dan menutupnya dengan jas, tentu saja masih tetap terlihat tampan meskipun
Naka bukan tidak tahu maksud dari Intan, tentu saja Naka hanya tersenyum kecil melihat betapa inginnnya Intan mengalahkan Orin istrinya, bahkan untuk urusan laki-laki pun Intan tidak mau kalah. “Kalau anda mau, pria dibelakang anda masih jomblo,” kata Naka sambil menunjuk Fajar, tentu saja Fajar mendelik jengkel pada sahabat yang sekarang menjadi bosnya itu. “Aku maunya sama kamu,” balas Intan yang tiba-tiba duduk dipangkuan Naka, tentu saja Naka tidak dapat berkutik “Tolong anda turun dari pangkuan saya! Ini namanya tidak sopan!” hardik Naka mulai jengkel sendiri. “Baiklah, kali ini mungkin kamu akan diam saja, lain waktu kamu pasti akan jatuh dalam pelukanku,” balas Intan sambil berdiri, kemudian meninggalkan ruangan Naka. Naka menghembuskan napas kasar setelah kepergian Intan, sementara Fajar terkekeh geli melihat sahabatnya seperrti baru saja melihat hantu. “Ya, ampun! Emangnya cewek pada kayak gitu ya kalau saingan,” kata Naka, “Dipikir aku ini piala bergilir buat rebutan sa
Naka sejak menjadi CEO, kesibukannya kian bertambah, begitu juga Orin, keduanya seperti layaknya suami istri yang sudah disetel waktu untuk pergi dan bertemu bahkan tidur bersama, monoton sekali hari-hari mereka. Sebenarnya cita-cita Naka adalah memiliki istri yang tidak bekerja, berada dirumah dan menyambut dia pulang setiap dia pulang kerja, nyatanya sungguh berbeda. Naka harus menerima memiliki istri seorang CEO, yang tentu sangat sibuk, jangan harap istrinya akan menyambutnya setiap pulang kerja dan sudah menyiapkan makan malam untuk mereka berdua, bahkan Orin saja tidak bisa masak. Naka justru seperti supir pribadi Orin, mengantar dan menjemput Orin setiap pulang kerja, atau bahkan pulang dengan kondisi Orin belum bisa pulang terlebih dahulu karena ada rapat mendadak. Sore itu, Naka terpaksa pulang sendiri tanpa menjemput Orin, karena Orin mengatakan ada pertemuan mendadak dengan klien dari Jepang, sehingga Naka memilih pulang lebih dahulu ke rumah. “Naka, kamu tidak pulang den
Suami mana tidak emosi jika dihadapkan pada kelakuan istri yang sudah diluar batas, diingatkan malah membangkang, dan merasa bahwa dia merasa punya kuasa penuh atas apapun. Naka tengah duduk sendirian di ruang kerjanya, semua pekerjaannya telah beres, tetapi dia enggan untuk kembali ke rumah, toh Orin juga tidak ada dirumah. “Kamu kenapa?” tanya Fajar yang melihat sahabat sekaligus bosnya tampak berwajah masam. “Tidak ada apa-apa,” jawab Naka “Kamu nggak bisa bohong sama aku,” kata Fajar Naka memang telah lama bersahabat dengan Fajar, jadi Fajar tahu betul ketika Naka sedang dalam masalah atau tidak. Raut muka Naka sudah bisa mewakili, apakah dia tengha bahagia atau tengah dalam masalah. Jika didepan orang lain hal tersebut tidak terlihat, tetapi tidak bagi Fajar. Fajar tahu betul siapa Naka. “Orin mabuk dan dugem lagi,” kata Naka sambil menghembuskan napas kasar. “Lalu apa masalahnya? Bukankah dulu dia juga seperti itu?” tanya Fajar “Dulu aku hanya bodyguardnya, tugasku hanya m
Naka masih bingung dengan apa yang baru saja dialami, tiba-tiba dipanggil tuan muda oleh orang yang tidak dia kenal sama sekali, lalu dia akhirnya bisa keluar dari kamar tempat dia seperti disekap, dan ternyata dia berada di sebuah rumah yang lebih mirip istana, bahkan lebih besar dan lebih mewah dari rumah mertuanya. “Katakan, sebenarnya aku ini dimana? Dan kalian ini siapa?” tanya Naka “Tuan Muda makan saja dulu, nanti akan saya jelaskan. Perkenalkan nama saya Baldi, tapi anak-anak biasa memanggil saya Paman Botak,” jawab pria itu, memang kepalanya plontos licin pria itu, dari usia sepertinya sudah memasuki usia 35 tahun sampai 40 tahunan. Naka hanya menurut, karena dia melihat disekeliling dia juga banyak orang berlalu lalang, disetiap pintu ada penjaga, dan semuanya berpakaian serba hitam. Naka mencoba mengingat-ingat, seperti pernah bertemu dengan mereka tetapi lupa dimana. Naka menikmati sarapan paginya, semua makanan yang disajikan berciri khas masakan Jepang. Naka melahap O
Wanita yang dipanggil Mommy itu tampak menoleh kearah Naka, tetapi tatapannya seperti kosong. Wanita itu sangat cantik sekali, bahkan meskipun terlihat pucat dan sayu, masih terlihat cantik dengan tanpa polesan apapun. Wanita yang ternyata sudah berusia 40 tahun itu, jika dihitung mundur, maka dulu melahirkan Naka diusia 17 tahun, masih sangat muda tentunya. “Mommy, ini aku! Naka!” Naka langsung duduk bersimpuh dikaki wanita itu, kemudian menggenggam kedua tangan wanita itu lalu menciumnya. Wanita itu masih diam saja sambil memandangi wajah Naka, sepertinya dia sedang berusaha mempelajari wajah Naka. “Fuji…” “Bukan, Nyonya. Ini adalah Tuan Muda Naka, putra anda,” kata Reiji Wanita itu hanya diam saja, lalu air matanya mengalir, membuat Naka bingung sendiri. “Paman, apakah Mommy baik-baik saja?” tanya Naka “Nyonya memang sering seperti itu, jika beliau memanggil anda dengan sebutan Tuan Fuji, itu karena wajah anda mirip dengan Daddy anda,” jawab Reiji. “Mom! Ini aku Naka, anak M