Share

08. Apakah Aku Kurang Menggoda

Wajah Naka masih bersemu merah ketika duduk bersama Anindito dan istrinya di ruang keluarga. Bagaimana tidak malu kalau Naka yang tengah berciuman dengan Orin, justru ketahuan oleh mertuanya.

“Besok kalian akan berangkat ke Bali. Nikmati liburan kalian,” kata Anindito

“Harus ya, pi?” tanya Naka

“Ya, harus!” jawab Sonia, “Supaya pulang lekas bawa cucu untuk kami.”

“Cu-cucu!?” tanya Naka menjadi lebih gugup lagi

“Sebentar, Pi,” kata Orin, “Sepertinya keberangkatan ke Bali harus diundur 2 atau 3 hari lagi. Bukannya Bang Naka besok sidang skripsi?”

“Ya, Tuhan! Iya aku lupa, besok sidang skripsi,” balas Naka sambil menepuk dahinya sendiri.

“Bisa tetap berangkat besok. Sidang skripsi kan pagi, kalian bisa berangkat sore harinya,” kata Anindito, “Ya, sudah sana kamu belajar buar persiapan besok! Orin, jangan ganggu suamimu, biar dia belajar dulu.”

“Aku juga mau keluar, pi,” balas Orin

“Mau kemana kamu?” tanya Sonia

“Nge mall, daripada bosan dirumah,” jawab Orin sambil berlalu pergi.

“Naka, sabar ya kalau sama Orin,” kata Sonia

“Iya, Mam,” balas Naka

Naka akhirnya masuk kekamarnya, dia membuka laptopnya untuk membuat power point juga belajar. Sidang skripsi adalah langkah akhirnya untuk menyelesaikan pendidikan S1 nya yang selama ini dia jalani dengan penuh perjuangan.

Orin tengah berada di mall bersama Ulin dan Rara sahabatnya. Mereka tengah berada disebuah toko lingiere.

“Kamu mau cari yang model apa?” tanya Ulin

“Entahlah, aku juga bingung,” jawab Orin, “Masalahnya Bang Naka ketika lihat aku kemarin pakai lingiere yang merah itu malah seperti takut dan gugup, giliran mulai bisa mengatasi kegugupannya, malah papi tiba-tiba masuk kamar mergokin bang Naka lagi nyium aku. Apa nggak bikin bête seketika.”

“Makanya, kamarnya dikunci mulai sekarang!” kata Rara sambil terkekeh, “Udah tahu sekarang ada suami, masih aja berasa kayak anak gadis.”

“Berarti, kamu…. Kamu belum dijebol gawang sama Naka?” tanya Ulin

“Ya, belom lah!” seru Orin, “Gimana mau jebol gawang? Sekarang aja dia lagi sibuk belajar, besok dia sidang skripsi.”

“Deritamu punya suami berondong, mana masih kuliah,” balas Ulin, “Pasti setelah ini papimu bakalan suruh Naka lanjut S2 sekalian. Ya kali Naka yang bakal dijadikan CEO hanya lulusan S1, beberapa bawahanmu kan juga banyak yang udah S2.”

“Rin, sepertinya yang ini cocok buat kamu,” kata Rara sambil menunjuk sebuah lingiere warna ungu tua dengan model sangat transparan.

“Ya ampun, masa yang kayak gitu?” tanya Orin tidak percaya

“Kemarin dikasih yang merah saja Naka tidak tertarik, kasihlah yang lebih menantang,” jawab Rara

Akhirnya Orin membeli tujuh lingiere untuk dia bawa ke Bali. Meskipun Orin belum mencintai Naka, tetapi dia tetap berusaha untuk menumbuhkan cinta Naka. Bukan soal mudah menakhlukkan hati Naka yang kadang dingin kadang hangat, terlebih mudah gugup jika sudah berhadapan dengan Orin ketika tampil seksi.

Orin baru pulang dari mall sore harinya. Terlihat Naka tertidur diatas meja belajarnya dengan laptop menyala dan beberapa lembar kertas serta buku berserakan diatas meja. Orin tidak berniat membangunkan Naka terlebih dahulu, dia bergegas masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri, lalu keluar dengan jubah handuknya, kemudian duduk disebelah Naka yang masih terlelap.

“Bang, kok malah tidur disini? Kalau capek tidur di kasur,” kata Orin berusaha membangunkan Naka.

Seketika Naka terlonjak kaget, untuk saja dia tidak sampai terjungkal dari kursinya. Naka melihat Orin yang baru saja mandi, dan masih mengenakan jubah handuknya.

“Mandi dulu biar seger,” kata Orin dengan suara berbisik ditelinga Naka, “Jelek banget sih suamiku kalau belum mandi.”

Naka hanya diam saja dan berjalan kekamar mandi. Didalam kamar mandi Naka justru tidak mandi-mandi, malah duduk kloset sambil melamun. Pikirannya jelas kacau dan bercabang, disatu sisi dia masih harus menghapalkan beberapa materi dari skripsinya, disatu sisi dia memikirkan bagaimana menjalani kehidupan kedepan bersama Orin.

“Membayangkan dia setiap kali berpakaian kantor seksi saja aku sudah bingung, apalagi memikirkan dia setiap kali mau tidur pakai lingiere yang menggoda seperti itu,” gerutu Naka, “Aku bukannya tidak mau, tapi aku terlalu gugup untuk menjamahnya. Ah!!! Begini amat menikahi anak si bos! Coba kalau nikahnya sama gadis biasa saja, pasti nggak bakalan kayak gini. Sudah aku pastikan aku bakal menerkamnya tanpa kenal waktu, masalahnya ini anak bos. Ya Allah, kenapa juga aku dikasih jodoh yang kayak gini!”

Naka akhirnya keluar dari kamar mandi setelah menyelesaikan mandinya. Meja belajar Naka tampak lebih rapi karena sudah dibereskan Orin, dan terlihat ada dua piring steak tergeletak diatas meja.

“Makan dulu, jangan terus-terusan belajar. Otak juga butuh nutrisi untuk mikir,” kata Orin

Naka hanya menganggukkan kepala saja, lalu duduk dikursi dan melahap steak buatan koki dirumah itu. Orin juga ikut duduk dan sama-sama memakan steak miliknya.

“Besok perlu aku temani saat sidang?” tanya Orin

“E, nggak usah,” jawab Naka, “Kamu dirumah saja mempersiapkan untuk kita ke Bali sore.”

“Sudah disiapkan semua, sudah beres,” kata Orin, “Aku temani saja, ya! Biar kamu tambah semangat sidangnya!”

“Ya, terserah kamu,” balas Naka

Selesai makan, Naka membereskan kedua piring itu, lalu membawanya keluar dan meletakkan di wastafel dapur, dan hendak mencucinya.

“Mas Naka, udah nanti biar bibi yang cuci, sana mas Naka balik aja kekamar,” kata Yani, salah satu pembantu dirumah itu.

“Gakpapa, Bi. Biasanya aku juga cuci sendiri,” balas Naka

“Eh, sekarang kan kondisinya udah beda, mas,” kata Yani, “Udah sana! Balik ke kamar! Besok katanya sidang skripsi kan!? Belajar yang bener, biar jadi sarjana, jadi bisa seimbang sama Non Orin.”

Naka akhirnya hanya mengambil air mineral didalam lemari es lalu membawa ke dalam kamarnya. Orin tampak tengah duduk dipinggiran ranjang, dan yang membuat mata Naka melotot sempurna adalah Orin sudah mengenakan lingiere ungu transparan, kali ini bahkan sangat terlihat dalaman model bikini dan celana dalam yang hanya seperti tali saja menutupi sebagian segitiganya.

“Orin…..”

Naka masih berdiri terpaku, antara kaget, gugup juga bingung, sementara yang dibawah sana tentu saja meronta-ronta minta dikeluarkan karena mata sang pemiliknya sudah melihat pemandangan yang indah.

Orin berjalan mendekati Naka, lalu mengalungkan kedua tangannya di leher Naka, sedikit berjinjit kemudian mencium Naka, melumat bibir Naka dengan liar, karena Naka masih saja berdiri kaku, tangan Orin lalu meraih kedua tangan Naka dan meletakkannya dikedua sisi pinggulnya, Naka masih saja kaku memegang pinggul seksi itu.

“Non, eh maksudnya Orin, kenapa pakai baju beginian, nanti masuk angin,” kata Naka kebingungan.

“Bang, buat asupan nutrisi kamu, supaya sidang skripsi besok bisa lebih semangat,” bisik Orin

“Tapi… tapi… aku,”

Naka belum selesai dengan kegugupannya, tiba-tiba kembali disambar bibirnya oleh Orin.

“Apakah aku masih kurang menggoda dimata kamu, sayang?” tanya Orin dengan suara manjanya, “Bahkan milikmu saja sudah meronta-ronta minta dikeluarkan, tapi mata dan mulut kamu kenapa mengingkari.”

“Kam-kamu seksi, aku, aku bingung harus memulai dari mana,” kata Naka masih berusaha mengatasi kegugupannya, “Aku mohon, jangan mala mini, aku janji akan melakukannya besok setelah kita di Bali.”

“Aku maunya malam ini, supaya besok di Bali tinggal menikmati lanjutannya,” bisik Orin sambil menciumi dada Naka.

“Astaga…… aku harus melakukannya malam ini?” tanya Naka dalam hati

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status