"Saya bener nggak enak Bang, nanti gara-gara saya Abang nggak dapat uang setoran," ucap Tiara memandang Firman.
"Gak apa tadi Abang banyak dapat rezeki," jawab Firman santai.
"Alhamdulillah kalau begitu," ucap Tiara yang tersenyum lega.
"Ini ya nak, teh es manisnya" ucap ibu pemilik warung yang meletakkan teh es manis di atas meja
Terima kasih ya buk," ucap Tiara yang mengambil teh es tersebut. Tiara meminum Teh es manis itu dengan sedotan. Tiara merasa tenggorokannya yang terasa sangat segar ketika merasakan air dingin yang memiliki rasa manis itu lolos di rongga tenggorokannya.
Firman mengangukan kepalanya. "Ayo makan," ucap firman saat ibuk warung meletakkan pesanannya.
Iya bang sudah lapar sekali," ucap Tiara.
Tiara memasukkan nasi kedalam mulutnya. "Masakannya Enak Bang," ucap Tiara yang memakan nasi dengan ayam goreng balado.
Firma menganggukkan kepalanya dan mengunyah nasi ada di dalam mulutnya. Firman memperhatikan Taira yang makan dengan sangat lahapnya. "Apa Mau tambah?" ucap Firman menawarkan.
"Apa boleh?" tanya Tiara.
"Ya bolehlah," ucap Firman yang memanggil ibu pemilik warung.
Firman memesan satu piring nasi yang lengkap dengan sayur dan juga ayam seperti yang tadi di pesannya.
"Sebenarnya saya malu Bang, makan banyak gini. Tapi rasanya enak sekali," ucap Tiara ketika mengambil nasi tambahannya.
Firman hanya tersenyum kecil ketika mendengar ucapan gadis tersebut.
Firman menghabiskan teh es manis yang ada di dalam gelas nya sambil menunggu Tiara yang makan nasinya.
"Apa sudah siap?" Ucap firman ketika melihat Tiara yang sudah selesai makan.
"Sudah bang," Jawab Tiara yang tersenyum lebar
"Ya sudah kita berangkat sekarang. Takutnya nanti terlalu sore," ucap Firman.
"Iya bang," jawab Tiara yang menganggukkan kepalanya.
"Abang bayar sebentar," ucap Firman beranjak dari tempat duduknya. Firman membayar uang belanjanya dengan ibu warung. Pria itu berjalan menuju motornya yang terparkir di halaman depan warung. Sedangkan Tiara mengikutinya dari belakang.
"Apa sudah siap," ucap Firman yang tersenyum memandang gadis cantik yang bertubuh tinggi dengan memakai baju kaos pas body berwarna hitam dan celana jeans biru pekat
"Sudah bang," jawab Tiara.
Firman menandang ke belakang untuk memastikan posisi duduk gadis tersebut. Firman mengendarai motornya Setelah yakin gadis itu sudah duduk dengan benar. Pria itu mengendarai motornya menuju ke kawasan kos-kosan.
**
"Sudah banyak kos-kosan yang kita tanya dan ini yang harganya paling miring,” ucap Firman saat berdiri di dalam kamar kos-kosan berukuran 3 x 3 meter yang cukup untuk satu orang. Sejak tadi Endah sudah berapa banyak rumah kos yang di datanginya. Namun mereka pergi dan mencari yang lain. Firman mencari kos-kosan yang harganya sangat murah sesuai dengan keinginan Tiara.
Tiara memandang kamar tersebut. Kamar kos-kosan itu tidak menyediakan fasilitas apapun jadi semuanya harus dibawa sendiri.
“Karena harganya sangat murah jadi tidak dikasi fasilitas lain,” ucap Firman.
“Enggak apa-apa bang, saya nanti bisa pakai tikar aja,” ucap Tiara yang merasa sangat senang saat melihat kamar yang akan di tempati nya
Firman begitu kasihan ketika melihat gadis tersebut.
"Bang, ongkos ojeknya berapa?" Ucap Tiara.
Firman tersenyum saat mendengar pertanyaan Tiara. "Gak usah di bayar," ucapnya.
"Kok gitu bang, saya gak enak kalau seperti ini," ucap Tiara.
"Sewaktu abang Pulang dari kuliah, Abang dapat telepon dari papa. Abang di suruh langsung ke terminal ngambil paket dari keluarga papa abang yang ada di kampung. Jadi Abang bukan tukang ojek." Firman tersenyum menjelaskan kepada gadis tersebut.
"Duh, Maaf bang. Beneran saya tidak tau. Saya jadi tidak enak beneran," ucap Tiara yang begitu sangat malu.
"Tidak apa, Abang senang bisa ketemu Tiara dan membantu Tiara. Mungkin ini yang dikatakan jodoh," ucap Firman yang sedikit tersenyum.
“Saya nggak enak ngerepotin,” ucap Tiara.
“Enggak apa, nanti kapan-kapan Abang selesai kuliah apa boleh datang ke sini?" Ucap firman.
"Tentu aja boleh bang." Jawab Tiara dengan sangat cepat.
“Ya sudah Abang pulang dulu. Sudah sore," ucap firman.
“Iya bang, makasih hati-hati ya. Saya juga mau bersih-bersih kamarnya,” ucap Tiara yang tersenyum.
Firman tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Pria itu berjalan kearah motor nya yang terparkir di halaman kos-kosan tersebut. "Abang lupa minta no ponselnya," ucap Firman ketika sudah duduk di jok motornya.
"Oh iya bang, ini no ponsel saya," ucap Tiara yang memberikan no ponselnya.
Firman mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya dan mengetik no ponsel yang di sebut Tiara. Apa benar ini no ponselnya?" Tanya Firman yang memandang no 081312345678 di layar ponselnya.
"Iya bang, benar," ucap Tiara.
“Cantik no ponselnya," ucap Firman memandang no ponsel Tiara. "Sangat sulit mendapatkan no ponsel seperti ini. benaran ini no nya?" Tanya Firman yang terlihat tidak percaya.
"Iya bang," ucap Tiara.
"Abang miscool ya," ucap Firman meyakinkan dirinya
"Iya bang," jawab Tiara yang masih berdiri di depan pintu kamarnya.
Firman menghubungi no ponsel yang di berikan gadis tersebut.
"Masuk bang," ucap Tiara mendegar dering di ponselnya.
"Abang kirain bohongan tadi," ucap firman yang tersenyum.
"Gak bang, itu beneran no ponsel Tiara."
"Ini no ponsel beli Berapa?
Bila no ponsel cantik seperti ini biasanya akan dijual dengan harga yang tinggi," ucap Firman yang sangat penasaran.
"Waktu Tiara beli harganya 10 sudah sama pulsa 5000," ucapnya.
"Masak sih?" Ucap Firman yang tidak percaya.
"Iya bang, yang penjual kartu ngasih ini no untuk Tiara. Katanya ini no cantik cocok sama yang punya. Sama-sama Cantik," ucap Tiara dengan sangat jujur.
Firman tertawa kecil saat mendengar ucapan Tiara. "Jadi ini di kasih sama yang jual untuk melancarkan niat merayunya," ucap Firman yang sudah bisa menebak modus di penjual ponsel.
"Ya gak tau bang. Orangnya suka telpon-telpon Tiar. Dia suka kirim Tiar pulsa telepon dan paket data. Padahal Tiar gak Minta."
Fajar mengangukan kepalanya.
"Orang nya genit bang, Padahal sudah punya istri. Jadinya Tiar blokir no ponselnya." Ucap Tiara menjelaskan.
Firman tertawa kecil saat mendengar ucapan Tiara. "Iya bagus seperti itu. Nanti kita nggak gangguin dia, dia yang deketin, dia juga yang gangguin tapi malah kita yang diserang dan dibilang pelakor," ucap Firman yang tersenyum menasehati Tiara.
"Iya benar sih Bang Tiar juga takut ketika melihat sikap orang itu makanya Tiar blokir," ucap Tiar.
"Abang pulang dulu, ingat ya harus pandai jaga diri jangan terlalu mudah percaya sama orang yang baru dikenal termasuk sama Abang. Bisa aja Abang ini orang jahat," ucap Firman yang tersenyum tipis.
Dengan cepat Tiara menganggukkan kepalanya. "Sip bos," ucapnya yang bergaya hormat.
"Jangan lupa nomor telepon abang harus disimpan dan kemudian di saat Abang menghubungi harus diangkat, Abang chat wajib dibalas. Jangan takut sama abang Dek Abang perjaka tulen nggak punya pacar apalagi istri jadi aman,' ucap Firman yang sedikit tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya.
Tiara tertawa ketika mendengar ucapan pria tersebut. "Tapi Tiar tidak percaya Bang," ucapnya.
***
"Apa dia sudah jalan ke sini?" Faisal memandang Rafael."Iya dad, kita tunggu sebentar." Rafael sedikit tersenyum. Meskipun menu sudah terhindar, namun ia ingin makan siang bersama-sama dengan sahabatnya. Sekalian akan mengenalkan Daddy, dan menceritakan tentang hubungannya dengan sang bodyguard.Tiara memandang ke arah pintu masuk. Jantungnya berdegup cepat saat melihat sosok yang dikenalnya. "Rhoma," panggil Faisal. Rhoma tersenyum dan berjalan ke arah Faisal."Enggak nyangka bisa jumpa di sini. Bagaimana kabar kamu, nak?" Faisal bertanya dengan tersenyum. Rhoma adalah orang yang sangat berjasa dalam hidupnya, karena sudah menyelamatkan nyawa istri dan dirinya sendiri. Faisal pernah berniat untuk menjalin kerjasama membuka coffee shop dengan Rhoma, namun pada akhirnya pemuda itu menolak dengan alasan begitu sibuk takut tidak terhandle lagi."Alhamdulillah baik pak Faisal." Rhoma tersenyum. Rafael kenalin ini Rhoma yang dulu pernah menyelamat Daddy dan mommy saat di serang oleh o
Rafael memandang Tiara dengan tersenyum. pagi ini, gadis itu terlihat sangat cantik dan segar dengan memakai stelan blazer berwarna pink muda dan baju kaos putih di dalamnya. Baru melihat senyum manis Tiara saja, hatinya sudah sangat senang dan berbunga-bunga. Degup jantungnya semakin cepat, ketika tatapan matanya bertemu dengan Rafael. Dengan cepat Tiara mengalihkan pandanganya ke arah yang lain. Ia tidak ingin Elizabeth atau Faizal merasa curiga melihat sikapnya."Ayo Tiara, duduk." Elizabeth menarik tangan gadis Cantik tersebut."Iya Bu," jawab Tiara. Sikap baik Elizabeth yang seperti ini, membuat Tiara semakin merasa bersalah. Bahkan sang majikannya itu meletakkan daging bakar ke dalam piringnya. "Bagaimana kuliahnya semala" tanya Rafael. Meskipun obrolan tentang kegiatan perkuliahan dan seperti apa saat di kampus, sudah dibahas, namun tetap saja Rafael bertanya untuk mencari topik obrolan di meja makan. "Baru permulaan pak jadi masih tahap beradaptasi," jawab Tiara dengan sedi
"Saya juga ingin jalan-jalan di Indonesia, jadi anggap saja saat ini sedang jalan-jalan." Yunaindra kembali membujuk kedua gadis tersebut. Ke dua gadis itu pastinya tidak percaya dan canggung dengan orang yang baru di kenal seperti dirinya."Mengapa kalian sepertinya takut denganku, yakinlah aku ini orang baik dan tidak pemakan manusia." Pria berwajah tampan itu terkekeh. Menghadapi anak kecil, diperlukan kesabaran yang ekstra tinggi dan itulah yang saat ini dilakukannya. Dengan sabar meyakini kedua gadis yang masih berdiri dengan sorot mata penuh keraguan. Yunaindra hanya diam dan memandang kedua gadis yang saling berbisik. "Baiklah tapi saya minta saya diantar pulang duluan ya Om," pinta Zia. Berdua saja di dalam mobil dengan lawan jenis yang baru saja di kenal, tentu membuat Zia tidak nyaman. "Tidak masalah." Pria tampan itu tersenyum lega. Tidak masalah siapa yang diantar lebih dulu, yang penting kedua gadis itu mau diantarkan pulang, sehingga ia tidak merasa bersalah terhada
"Maaf Mr, saya ada pekerjaan untuk besok pagi. Jadi saya harus segera pulang untuk menyelesaikan pekerjaan saya. Apa saya bisa minta tolong untuk mengantarkan teman-teman saya pulang? Namun jika Mr sibuk, tidak apa, saya akan menghubungi taksi." Tiara berkata dengan sedikit berbisik di dekat daun telinga Yunaindra agar perkataannya tidak di dengar oleh kedua temannya."Oh tidak, aku tidak sibuk. Pulanglah, selesaikan perjalanan mu." Pria bermata sedikit sipit itu tersenyum. "Terimakasih Mr." Tiara beranjak dari duduknya. "Tiara mau ke mana?" Tanya Zia."Maaf, aku ada pekerjaan untuk besok pagi. Jadi aku pamit dulu ya. Kalian akan di antar Mr Yuna pulang." Tiara berkata dengan tersenyum. Sebelum kedua temannya berbicara, Tiara sudah pergi lebih dulu. Tiara langsung pergi dan masuk ke dalam mobil. Senyum mengembang di bibir tipisnya saat melihat 40 pesan dari Rafael. [Gimana di kampus?][Ingat ya, jangan pandang-pandang cowok.][Selesai kuliah langsung pulang.][Telpon Abang kalau s
"Tiara ini mobil kamu?" Cila bertanya dengan heboh. Dilihatnya mobil mewah berwarna hitam itu dengan mulut terbuka. Tanpa ada rasa malu, gadis itu mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya dan meminta Zia untuk mengambil gambarnya. Zia hanya patuh mengikuti perintah teman barunya. Ia mengambil gambar Cila dengan berbagai pose. "Cila, ini sudah banyak." Zia mulai lelah. "Satu kali lagi, buat video reels." Pintanya dengan tersenyum.Dengan sangat sabar Zia mengikuti permintaan temannya. "Sudah," ucapnya sambil memberikan ponsel Cila."Tunggu, satu lagi, video tiktok." Cila kembali merayu temannya. Zia menuruti kehendak temannya. Dengan sabar mengambil rekaman video tiktok. Entah sudah berapa kali gadis itu mengambil video tiktok dan menunggu Cila mengupdate dan kemudian mengambil lagi. Yunaindra tersenyum geli melihat Cila yang bertingkah udik. Melihat tingkah gadis-gadis itu, membuatnya hanya tertawa kecil. Namun secara diam-diam Yunaindra ikut serta mengambil video Zia dan Cila. Lumay
Tiara seakan tidak percaya ketika melihat rombongan dosen yang masuk kedalam ruangan dan kemudian duduk di kursi bagian depan yang disediakan khusus untuk dosen yang akan memberikan kata sambutan untuk mereka. "Abang Rhoma," gumamnya" Tiara memandang sosok yang begitu sangat dikenalnya dengan mulut yang sedikit terbuka. Diantara dosen-dosen yang sekarang duduk di depan, pria itu tampak paling muda dan juga paling tampan."Tiara, dosennya ganteng banget ya." Zia mencolok tangan Tiara. "Iya, ganteng banget dan masih muda. Sudah nikah belum ya," jawab teman Tiara bernama Cila. Tiara hanya diam saat mendengar teman-temannya berbicara. Sampai saat ini, ia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Meskipun terpesona dengan dosen muda yang menjadi pusat perhatian para mahasiswi, namun tetap saja para mahasiswi itu diam dan fokus mendengarkan arahan dari Dekan fakultas mereka."Dosen-dosen yang duduk di depan ini, merupakan ketua jurusan dan koordinator prodi." Pria berkacamata ter