"Bang Apa boleh saya minta tolong?" tanya Tiar.
"Apa?" ucap Firman.
"Saya itu baru datang ke sini Bang, jadi butuh tempat kos-kosan. Apa Abang tahu di daerah mana saya bisa mencari tempat kos-kosan?" ucap Tiar menjelaskan.
Firman sedikit menolehkan kepalanya memandang gadis polos yang saat ini duduk di belakangnya. Ada rasa cemas ketika Firman memandang ke arah gadis tersebut. "Kamu tahu ini Jakarta?" ucapnya.
"Tau bang," jawab Tiara.
"Jakarta ini tingkat kejahatan tinggi," ucap Firman.
"Iya Bang Tiara tahu, karena itu harus hati-hati ," ucap Tiara yang tersenyum dibelakang punggung pria tersebut.
Firman hanya diam ketika mendengar ucapan gadis itu.
"Gimana Bang, Apa bisa bantu carikan kos-kosan?" tanya Tiara yang mengulang kembali pertanyaannya.
Firman menganggukkan kepalanya. "Saya akan bantu kamu mencari kos-kosan," ucapnya.
"Terima kasih ya bang, nanti uang ojeknya ditambah juga tidak apa-apa," ucap Tiara yang tersenyum. Tiara merasa sangat senang saat mendengar Firman mau membantunya.
"Iya," jawab Firman yang mengendarai motornya ke arah Jakarta pusat.
"Ini mau cari warung makan dulu atau mau langsung cari kos-kosan?" tanya Firman.
"Cari kos-kosan aja Bang nanti untuk makan bisa cari dekat kos-kosan," ucap Tiara.
"Kalau kamu belum ada makan sebaiknya kita cari warung makan dulu," ucap Firman memberi usulan.
Tiara tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Boleh juga Bang," ucap Tiara yang sudah merasa sangat lapar.
Firman memberhentikan motornya di depan warung makan. "Apa mau makan di sini?" tanya Firman yang memandang ke belakang.
"Mau Bang, yang penting harga miring," Jawab Tiara yang turun dari atas motor.
Firman menurunkan cagak motornya. Firman meletakkan helm miliknya dan yang di pakai Tiara di kaca spion motornya. "Ya sudah ayo masuk," ucap Firman.
"Iya bang," ucap Tiara yang berjalan di samping Firman masuk ke warung makan.
"Bang Kita duduknya di sini aja ya," ucap Tiara yang memilih temat duduk. Tiara sudah tidak sabar untuk memeriksa ponsel miliknya. Tiara tidak tahu seperti apa saat ini kondisi ponselnya apakah masih menyala atau mungkin baterainya sudah habis
"Boleh," jawab Firman menganggukkan kepalanya ketika mendengar usulan dari gadis tersebut. Firman mendaratkan tubuhnya di kursi plastik berwarna merah.
Tiara mengeluarkan ponsel dari dalam tas ransel yang dibawanya. Tiara berencana untuk menghubungi bundanya di kampung. "Ya, habis baterai," ucap Tiara ketika ponsel miliknya sudah tidak menyala.
"Cas aja, itu ada colokan," ucap Firman yang memandang colokan listrik di samping Tiara.
Tiara menganggukkan kepalanya.
"Mau pesan apa?" ucap ibu pemilik warung makan.
"Buk, apa saya boleh numpang cas ponsel saya?" ucap Tiara kepada si pemilik warung. Kondisi warung saat ini sangat sepi karena memang sudah tidak jam makan siang.
"Boleh, silakan," ucap si pemilik warung.
"Terima kasih ya buk," ucap Tiara yang mengeluarkan charge dari dalam tasnya. Dengan sangat cepat Tiara mencas ponsel miliknya.
"Mau pesan apa nak?" Tanya pemilik warung.
"Saya Lihat dulu ya buk," ucap Tiara yang beranjak dari tempat duduknya. Tiara berjalan menuju steling besar tempat meletakkan menu yang disediakan. Tiara melihat menu yang tersusun di steling besar tersebut. Tiara menelan air ludahnya ketika melihat lauk-pauk yang menggugah selera nya.
"Buk, kalau nasi pakai tahu, sayur dan sambal berapa buk," ucap Tiara.
"6000 nak," ucap si pemilik warung.
"Kalau gitu saya mau pakai tahu aja buk," ucap Tiara.
"Iya nak, ibu ambil kan dulu," ucap si pemilik warung.
"Iya buk. Abang mau apa?
Ini saya yang akan bayar," ucap Tiara.
Firman diam saat mendengar ucapan gadis tersebut. "Saya nasi pakai ayam goreng balado ya buk. Adek itu juga buat saya menunya Sama dengan saya," ucap Firman.
Tiara menelan air ludah ketika mendengar apa yang diucapkan oleh pria tersebut. "Gak jadi ngirit," ucap Tiara di dalam hati. Dengan langkah lunglai Tiara berjalan mendekati meja yang saat ini diduduki oleh Firman
"Kamu nggak usah pikirkan masalah bayarnya, saya akan traktir kamu," ucap Firman ketika Tiara sudah duduk di depannya.
"Beneran ini Bang?" tanya Tiara yang begitu sangat senang.
"Iya," jawab Firman.
"Terima kasih ya bang, Kalau gitu Saya mau hubungi Ibu saya dulu di kampung," ucap Tiara ketika dilihatnya ponsel miliknya sudah bisa di nyalakan nya.
Firman menganggukkan kepalanya. "Bu saya pesan teh es manis 2," ucap Firman yang sedikit mengeraskan suaranya dan mengangkat 2 jarinya.
Iya nak ucap Ibu warung tersebut.
"Bang nanti minumnya biar saya yang bayar," ucap Tiara yang tersenyum. Tiara begitu sangat tidak enak hati bila pria itu yang harus membayar semua makan siangnya.
"Tidak usah biar abang saja," ucap Firman.
"Terima kasih ya bang. Nanti bila kita berjodoh dan berjumpa lagi. Pada saat itu saya sudah dapat kerjaan. Maka saya yang akan terakhir Abang" ucap Tiara yang tersenyum.
"Abang tunggu," ucap Firman yang tersenyum.
Tiara mencari kontak ponsel bundanya dan menghubungi no ponsel tersebut. Tiara tersenyum ketika mendengar suara lembut yang mengangkat panggilan telepon yang di lakukannya.
"Halo assalamu’alaikum," ucap Mina yang mengangkat sambungan telpon putrinya.
"Waalaikumsalam bunda. Bunda, Tiar sudah sampai di Jakarta. Ini lagi makan di warung,” ucap Tiar dengan nada riang.
“Alhamdulillah, Bunda senang dengarnya, sejak tadi bunda rasanya sangat cemas. Bunda sudah coba telepon Tiara, tapi ponselnya nggak aktif,” ucap Mina yang begitu sangat lega saat mendengar kabar putrinya.
“Iya bun baterainya habis,” jawab Tiara yang diiringi tertawa kecil.
“Gimana di sana apa sudah dapat tempat tinggal,” tanya Mina yang sangat menghawatirkan putri sulungnya.
“Belum bun, Tiar masih mau mencari, ini lagi makan,” ucap Tiara yang berusaha untuk memberikan ketenangan untuk bundanya. Tiara tidak ingin ibunya menghawatirkan nya.
“Hati-hati di sana ya nak, tasnya harus dijaga walaupun uangnya enggak banyak, tapi kalau diambil orang Tiara nggak punya apa-apa di sana,” ucap Mina.
“Iya bunda, bunda nggak usah khawatir. Tiar bisa jaga diri,” ucap Tiara yang berusaha meyakinkan bundanya. Gadis cantik itu memiliki kemampuan bela diri yang tinggi sehingga ia yakin bisa melindungi dirinya sendiri.
“Walau bagaimanapun bunda tetap khawatir,” ucap Mina
“Bunda jangan khawatirkan Tiar, Tiar janji sama bunda bakalan jaga diri baik-baik,” ucap Tiara yakin.
“Iya nak bunda percaya,” ucap Mina.
“Udah dulu ya bun, pulsa Tiar enggak banyak untuk nelpon,” ucapnya yang harus mengirit pulsa ponselnya.
“iya nak, Assalamualaikum,” ucap Mina.
“Wa’alaikum salam,” jawab Tiara yang memutuskan sambungan telepon tersebut.
"Apa sudah selesai teleponnya?" Tanya Firman yang memandang Tiar.
Tiara tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Sudah Bang teleponnya nggak bisa lama-lama soalnya takut pulsanya habis maklum harus ngirit, "ucap Tiara yang tersenyum.
"Kalau begitu makan dulu,"ucap Firmani ketika ibu warungm meletakkand pesana merekam di atas meja.
Tiarat tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
***
"Saya bener nggak enak Bang, nanti gara-gara saya Abang nggak dapat uang setoran," ucap Tiara memandang Firman."Gak apa tadi Abang banyak dapat rezeki," jawab Firman santai."Alhamdulillah kalau begitu," ucap Tiara yang tersenyum lega."Ini ya nak, teh es manisnya" ucap ibu pemilik warung yang meletakkan teh es manis di atas mejaTerima kasih ya buk," ucap Tiara yang mengambil teh es tersebut. Tiara meminum Teh es manis itu dengan sedotan. Tiara merasa tenggorokannya yang terasa sangat segar ketika merasakan air dingin yang memiliki rasa manis itu lolos di rongga tenggorokannya.Firman mengangukan kepalanya. "Ayo makan," ucap firman saat ibuk warung meletakkan pesanannya.Iya bang sudah lapar sekali," ucap Tiara.Tiara memasukkan nasi kedalam mulutnya. "Masakannya Enak Bang," ucap Tiara yang memakan nasi dengan ayam goren
"Bisa tolong bantu Abang,Dek?"."Tolong apa bang?" Ucap Tiara.Tolong kasih tahu alasannya?" tanya Firman."Mana mungkin cowok ganteng, keren Seperti Abang tidak punya pacar," ucap Tiara.Firman tertawa ketika mendengar ucapan Tiara."Tiar pasti akan balas dan angkat panggilan telepon abang, bila tiar nggak kerja ya bang soalnya Tiar rencana akan menjadi kerjaan. Nanti pasti Tiar sibuk," ucap Tiara menjelaskan."Iya Abang ngerti. Abang Pulang dulu. Assalamualaikum," ucap firman yang sudah menyalakan mesin motornya"Iya bang hati-hati. Waalaikum salam," ucap Tiara yang tersenyum dan melambaikan tangannya. Tiara melihat pria yang berwajah ganteng tersebutFirman melambaikan tangannya dan pergi meninggalkan kawasan kos-kosan.Tiara masuk ke dalam kamarnya setelah memandang pria it
Tiara berdiri di depan coffee shop Tiara memandang Coffee shop yang cukup ramai dengan pengunjung. Walaupun Coffee shop itu tidak begitu besar, hanya satu ruko. Namun mampu membuat coffee shop ini menjadi tempat tujuan utama pengunjung untuk bersantai dan melepaskan Lelah Setelah lelah bekerja. Tiara memberanikan diri untuk masuk ke dalam coffee shop dengan membawa amplop exlusif di tangan nya. "Permisi mas, apa saya boleh berjumpa dengan pemilik coffee shop ini," ucap Tiara yang bertanya dengan pria yang menjadi barista di coffee shop. "Mau ketemu sama bang Roma," ucap pria berwajah manis tersebut. "Iya," jawab Tiara. "Bang, ada yang cari," ucap barista tersebut saat melihat pemilik coffee shop itu melintas di depannya. "Siap
Tiara merasa sangat senang, karena dirinya di terima bekerja tanpa syarat. Tiara memakai seragam yang disediakan oleh coffee shop tersebut."Tiara, bila ada customer yang masuk, maka kamu langsung datangi ke meja yang di tempati customer. Kamu wajib menyapa dengan sangat ramah. Ingat ya, semakin baik layanan yang kita berikan, maka semakin ramai yang masuk. Jadi semakin banyak pula bonus yang akan kita terima," ucap Lisa menjelaskan"Apa di sini ada bonus juga kak?" Ucap Tiara dengan mata yang terbuka lebar."Iya ada, Abang Roma akan memberikan kita bonus bila penjualan kita melebihi dari target yang di minta. Oleh karena itu, kita harus mampu menarik pelanggan dan membuat pelanggan betah Sehingga menjadikan om dut coffee tempat nongkrong yang asik," ucap Lisa menjelaskan panjang lebar."Iya kak Tiar mengerti," ucap Tiara yang tersenyum. Tiara begitu sangat senang mendengar ka
"Ternyata ibukota itu seperti ini, walaupun sudah jam segini tetap aja rame," ucap Tiara yang tidak takut berjalan sendiri karena kondisi jalan yang masih sangat ramai.Tiara mempercepat langkah kakinya agar bisa secepatnya sampai di kos-kosannya. Tiara begitu sangat senang ketika dirinya sudah sampai di kosan yang menjadi tempat tinggalnya. Tiara memejamkan matanya dan mengusap wajahnya dengan sangat kasar. "Ya ampun Kenapa aku lupa kalau aku baru aja kos di sini. Aku juga nggak tahu peraturan di kos-kosan ini. Sekarang pintu dan pagar udah dikunci. Gimana cara masuk," ucap Tiara yang begitu sangat panik. Tiara mencoba mengetuk-ngetuk besi pagar namun tidak ada ada yang membukakannya pintu. Tiara juga tidak tahu nama-nama penghuni di kos-kosan.Tiara duduk di depan pagar besi kos-kosannya. Tiara berpikir sejenak ke mana Dirinya harus pergi saat ini. "Semoga coffee shop belum tutup sehingga aku bisa tidu
Capter 8.Roma memandang Tiara dengan mengerutkan keningnya. Gadis itu baru bekerja dengannya 1 hari. Sekarang gadis itu mengatakan ingin menginap di tokonya. Roma memandang Tiara penuh dengan kecurigaan.Tiara diam saat melihat Roma Memandangnya. "Apa boleh bang?Tiar Beneran gak punya tempat untuk tidur," Ucap Tiara penuh harap."Tadi Tiar sudah pulang ke kos bang, Tapi kos-kosan sudah dikunci. Tiar juga nggak ada yang kenal sama orang di kosan." Tiara mencoba menjelaskan dengan wajah melasnya."Ya sudahlah, kalau gitu kamu nginep di apartemen Abang aja," ucap Roma yang memandang Tiara.Tiara diam ketika mendengar ucapan pria tersebut. Ada rasa takut dan juga deg-degan yang dirasakannya.Roma tersenyum dengan menaikkan sebelah bibirnya memandang gadis yang saat ini berdiri di depannya. "Kamu itu Maher beladiri, Mana berani Abang gan
Roma terbangun ketika mendengar suara ketukan di pintu kamarnya. Ia baru menyadari bahwa di apartemennya ada seorang gadis yang sedang menumpang menginap.Roma memandang jam yang ternyata sudah jam 9 pagi. "Ya ampun kesiangan," ucapnya. Roma kembali tertidur setelah melakukan shalat subuh. Roma beringsut duduk dan beranjak dari kasur yang ditidurinya."Ada apa dek?" Roma berkata ketika yang membuka pintu kamarnya."Maaf bang, Tiar ganggu tidurnya." Tiara begitu sangat tidak enak ketika memberitahu hal ini."Iya tidak apa, ada apa?" tanya Roma."Abang Tiar sudah siapin sarapan." Tiara sedikit tersenyum.Roma tersenyum ketika mendengar ucapan Tiara. Pria itu kemudian menganggukkan kepalanya. "Abang mandi sebentar ya, apa mau pulang ke kosan pagi ini?" tanya Roma."Iya Bang," jawab Tiara.
"Alhamdulillah, akhirnya kerja juga." Tiara tersenyum memandang wajahnya dari pantulan cermin. Ia tidak menduga bahwa tes interviewnya lulus, hari ini dan akan mulai bekerja."Bismillahirrahmanirrahim," Kalimat awal yang diucapkan gadis yang berwajah cantik tersebut. Dengan memakai bedak tabur dan sedikit mengoleskan lipstik di bibirnya. Wajah gadis itu sudah terlihat sangat cantik secara alami. Ia memakai baju berwarna putih dan celana kain berwarna hitam. Seluruh rambutnya diikat penuh ke atas. Setelah yakin dengan penampilannya yang sudah cantik. Tiara keluar dari dalam kamar. Sudah tiga Minggu Tiara tinggal di kos-kosan ini, namun belum ada satupun penghuni kos yang ramah kepadanya. Bahkan saat ia menyapa, tidak ada yang mau menyahutnya."Mbak," sapa Tiara dengan tersenyum ramah ketika salah seorang penghuni kos melintas di sampingnya. Tiara tidak tahu siapa nama wanita yang bertubuh kurus dan tinggi terse