Share

Bagian 5 : Putri Andini Dyahsari

Andini adalah anak dari pasangan Raja Aryadwipa dan sang ibu yang bernama Shelena, seorang peri cantik asal Uni Soviet. Ia kehilangan ibunya diusia yang masih belia. Sang ibu harus membantu negaranya dalam perang pasifik. Para jin dan peri juga ikut dikerahkan dalam perang tersebut untuk mengecoh musuh. Bukan, antar Negara kebanyakan telah memiliki bala tentara jin. Sejak dulu, manusia telah bersekutu dengan mahkluk Dunia Oranye. Sang ibu yang menjadi perwira pimpinan perang terpaksa harus meregang nyawa. Sang ayah, Raja Aryadwipa sangat terpukul, namun ia segera bangkit karena putri kecilnya membutuhkannya.

Raja dan putri kecilnya sering mengunjungi kerajaan danau gelandang. Sang raja memiliki maksud agar putri tetap memiliki sosok ibu, walaupun dengan ibu orang lain. Sungguh, raja belum siap menggantikan posisi mendiang istrinya. Makhluk negeri oranye terkenal setia pada pasangannya.

Andini kecil dititipkan pada ratu amnesia. Ratu menyambut baik karena ia tidak memiliki seorang putri. Ketika pagi, andini diantar, menjelang sore, ia dijemput. Hal itu terus dilakukan sang putri dan berhenti ketika ratu amnesya meninggal karena sakit keras. Satu lagi yang perlu diketahui, jangan kira bangsa negeri oranye tidak bisa lenyap. Mereka bisa saja sakit seperti halnya manusia.

Raja Aryadwipa mulai jengah dengan putrinya. Sejak pagi hingga siang ia hanya rebahan di kamarnya. Hingga mulut berbusa memarahi pelayannya hal itu tidak akan berpengaruh. 

"Bagaimana, Suri?"

"Maaf tuanku Raja, Putri Andini tidak bisa diganggu katanya." Ucap Suri pelayan pribadi sang putri sembari menundukkan kepalanya.

"Biar aku saja." Raja aryadwipa menuju kamar sang putri.

"Mau dibuka sendiri atau ayah paksa?"

Mendengar suara itu, Andini bergegas membuka pintu kamarnya. Praktis muka bantal yang diberikan pada sang ayah.

"Ini hari minggu ayah, aku ingin bermalas-malasan, kemarin udah sekolah, lelahnyaa.."

 "Kita akan berkunjung ke Kerajaan Gelandang."

Wajah sang putri mendadak cerah.

"Ayo ayah, sekarang!"

 "Tidak sekarang, tapi nanti petang. Kita akan datang ke pernikahan Pangeran Suryanaka dan Putri Pitaloka."

"Ah.. aku akan siap-siap ayah"

"Nah, itu yang kumaksudkan. Sekalipun hari libur seorang putri jangan bermalas-malasan, kasihan calon suamimu nanti. Jangan samakan dirimu dengan kerbau."

"Ayah ih.." sembari memukul perut sang ayah. Dengan senyum mengembang, Raja Aryadwipa mengelus surai gadis kecilnya.

Tiba di pesta pernikahan, putri andini di damping suri pelayannya, memisahkan diri dari sang ayah yang sedang bercengkrama dengan raja dari kerajaan lain. Ia mencari dambaannya paangeran inderalaya. Bukan, selagi belum bertemu dengan pangeran, ia bisa mencicipi kudapan yang dihidangkan di meja prasmanan. Semua tampak sangat lezat.

Ia tidak perlu menjaga berat badannya. Dengan magic, ia bisa mengubah badannyaa menjadi ideal seperti yang ia mau. Jangan salahkan kemampuannya sebagai putri dari kerajaan peri pohon kencana. Kan jangan ragukan kecantikan seorang peri.

Ketika asyik menyantap kudapan, ia tanpa sengaja melihat pageran inderalaya dari jauh. Anggap saja jantungnya kini berdetak semakin cepat dan keringat bercucuran, untuk menggambarkan betapa gugupnya ia. Seoran putri, dihadapan pangeran dambaannya, jangan sampai terlihat bodoh, apalagi dengan banyaknya makanan yang ada di nampannya, tidak.. andini terburu-buru meletakkan nampan yang ia pegang sampai tidak sengaja menyenggol lilin di meja dan menjatukan tumpukan kue yang lezat. Sesungguhnya ia nampak ceroboh. Pangeran inderalaya dari jauh menatapnya sambil geleng-geleng kepala. Ia selalu mencoba membangun image baik dihadapan pangeran, sayangnya selalu gagal.

Bahkan ketika pesta telah usai, andini kecil bersama ayah dan beberapa raja yang dekat dengan raja harismaya memutuskan untuk menginap. Paginya, andini bermain di area taman dan bergerak menuju paviliun pangeran suryanaka untuk melihat bunga sakura yang selalu dibanggakan pangeran ketika gadis kecil itu berkunjung. Penjagaan di area paviliun ada di depan pintu masuk, sementara andini masuk melalui celah samping yang biasa digunakan untuknya bermain bersama pangeran-pangeran dulu.

Terdengar desahan dan erangan. Andini membesarkan pendengarannya. Pandangannya menembus pada dinding paviliun, terlihat pangeran dan putri sedang melakukan agedan dewasa. Akan menjerit, namun tertahan norma kesopanan, ia membekap mulutnya sendiri dan berlari menjauh. Langkah kakinya mengarah menuju gazebo tempan pangeran inderalaya sedang memainkan lego. Larinya yang kencang tidak sempat direm dan badannya menjatuhkan lego yang telah disusun sang pangeran. Andini terjatuh.

"Akhh.." pangeran mengerang frustasi dengan susunan legonya yang hampir jadi.

"Ma..maaf Pangeran.. aku tidak sengaja.. Andini memelas."

"Selalu Andini.. selalu.. apa kau tidak bisa diam? Apapun yang kau lakukan tidak.. akh.. ayo ku bantu bangun."

Putri andini mengambil uluran tangan pangeran. Setelah andini benar-benar bangun, pangeran meninggalkannya begitu saja. Tersisa andini sendirian dengan lego yang berserakan. Dari jauh pangeran memerintahkan pelayannya untuk membereskan lego-lego itu.

Putri andini tidak ingin terlihat seperti pengacau, ia juga tidak ingin menjadi ceroboh. Maka seperti yang selalu ayahnya sampaikan, demi calon suaminya, ia harus berubah. Siapa calon suaminya? Bahkan hanya ada satu orang yang selalu ia idam-idamkan.

********

"Ini bukan pernikahan politik sembarangan."

"Tetap aku tidak mau ayah, sudah ada seseorang yang aku cinta."

"Persetan dengan cinta anakku, kamu adalah seorang putri, tolong pahami posisimu."

Andini memelas, pandangannya beraca-kaca.

"Kamu bahkan tidak menanyakan dengan siapa kamu dijodohkan!"

"Untuk apa? Malas."

"Raja Harismaya benar-benar kasihan akan mendapatkan kau sebagai menantu! Aku tidak bisa membayangkan. Akan kucarikan yang lain saja."

"Apa? Tunggu ayah! Tadi siapa? Raja.. Harismaya? Pangeran inderalaya?" mata sang putri kembali berbinar.

"Ayah?!" andini yang manja seperti saat ia kecil, telah kembali.

"Jangan lupa jaga image." Sang ayah tersenyum. Ayah dan anak berpelukan erat. Raja aryadwipa selalu tahu keinginan putrinya, maka ia tidak bisa tidak terpengaruh apapun itu.

***********

Andini dewasa tidak akan seceroboh dulu. Pada dasarnya sifat manja telah mendarah daging, tapi dewasa ini ia telah pandai menempatkan diri.

Beberapa kali andini dan sang ayah berkunjung ke kediaman raja harismaya, hal ini sebagai tanda kehormatan pada kerajaan yang lebih tinggi dan besar dari kerajaan milik ayahnya.

Setiap ia berkunjung, tidak pernah menjumpai Pangeran Inderalaya. Pangeran selalu menghindarinya. Bahkan ketika hari pernikahan tinggal hitungan hari. Ia telah mendamba paras pangeran dewasa, tapi tidak pernah sekalipun bertemu. Ia selalu terpikirkan kejadian lego dulu, itu adalah terakhir mereka bertemu. Setelahnya ketika ia berkunjung seperti pangeran menghindarinya. Harusnya ia senang akan pernikahan itu, namun firasatnya tidak enak.

Next..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status