Share

Bagian 6 : Keputusan

Seperti yang sudah-sudah, Inderalaya dan Sarah tidak memilih kamar sebagai tempat bertemu, lagi. Sepertinya tidak akan. Sepertinya. Sore ini Sarah datang lebih awal di tepi danau. Ia telah menunjukkan raut sedihnya sedari awal Inderalaya muncul.

“Menangislah.." Inderalaya memberikan bahunya untuk sandaran Sarah. Ia akan menanyai gadis itu selagi emosinya membaik. 

“Sudah? Berceritalah."

Kemudian Sarah menceritakan apa yang menjadi kekalutannya berusan. Indera merutuki kepolosan kekasihnya yang terburu-buru menceritakan hubungannya dengan sang ayah. Namun, hal ini ada baiknya, ia juga tidak ingin terlallu lama dalam suasana menggantung.

“Apakah hubungan kita harus berakhir sampai disini?" tanya Sarah.

“Tidak akan." Sanggahnya Inderalaya.

"Sarah menatap Inderalaya ragu,

Kamu meminta bertemu lebih cepat dari biasanya, tidak sampai satu minggu harus menunggu. Apa ada hal penting untuk disampaikan?"

Pandangan Inderalaya meredup. Ia tidak tega akan menyampaikan jika keadaan sarah seperti ini. namun sudah kepalang tanggung, tidak bisa ditunda, dan waktu terus berjalan. Tapi..

"Jujurlah.. seperti biasanya."

“Kamu jangan khawatir. Mungkin berita ini sedikit mempengaruhimu. Ayahanda akan menjodohkanku dengan seorang peri. Ini pernikahan politik. Aku sedang mengusahakan agar ini tidak akan terlaksana. Apabila.."

“Lantas bagaimana dengan kita?" Sarah kembali menangis.

“Apabila mungkin, ada kemungkinan terburuknya, pernikahan tidak bisa dihentikan, aku akan tetap mempertahankanmu.” Lanjut Inderalaya.

“Bagaimana mungkin?" ucap Sarah disela tangisnya.

“Pantang bagi laki-laki mengingkari janjinya. Sarah, ki ungkapkan dengan jujur, sekalipun nanti aku menikahinya, aku tidak akan mencintainya, karena cintaku hanya untukmu. Ku pastikan setelah pernikahanku, tidak aka nada perubahan diantara kita."

“Bagaimana dengan ayahku? Dan aku?" Sarah memastikan kedepannya ia akan bagaimana dan seperti apa.

“Setelah pernikahanku terlaksana, tunggu. Tunggu aku. Aku akan memintamu pada ayahmu."

Sarah tersenyum kecil. Hari menjelang maghrib, Sarah segera pamit pulang, menyisakan Inderalaya yang masih menatap nan jauh.

Dalam bayangannya, ia akan menikahi Andini dan menjadikan Sarah sebagai selirnya. Apakah itu mungkin? Apakah Sarahnya akan baik-baik saja? Tunggu, apakah Ayah Sarah akan menerimanya. Ini sungguh memusingkannya.

Di tengah perjalanan pulangnya, ia teringat andini dan segala kecerobohan gadis itu. Akankah gadis seperti itu menjadi istrinya? Ia menyeringai, meremehkan.

********

Pernikahan tinggal hitungan hari, perdebatan antara Pangeran Inderalaya dan ayahnya, Raja Harismaya, semakin menjadi. Seperti kali ini, Inderalaya dengan lantang akan tetap mempertahankan Sarah. Bahkan sang kakak yang biasana sebagai tempat pertimbangannyapun, ia abaikan.

“Aku akan menemui andini dan membicarakannya. Mumpung masih ada waktu."

Inderalaya segera melesat pergi ke Kerajaan Pohon Kencana.

“Mungkin akan lucu jika kita mengingaktakn masa kecil mereka, ayah." Ucap Pangeran Suryanaka.

“Aku tidak tahu dengan jalan pikiran adikmu. Ikuti saja apa maunya. Jika ada yang tidak mengenakkan, baru kita tangani." Ucap Raja Harismaya.

Pangeran Inderalaya membenarkan perkataanya, ia telah sampai di gerbang depan Kerajaan Pohon Kencana dan menghubungi seseorang yang ia ingin temui tadi.

Di sisi lain, Putri Andini terkaget-kaget, tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba pangeran menghubunginya ingin bertemu. Ia harus mempersiapkan diri dan hatinya, agar tidak terlihat ceroboh dihadapan Pangeran nanti.

Pangeran menunggu Putri gazebo dekat dengan danau buatan area kerajaan.

“Selamat sore, Pangeran."

Pangeran Inderalaya berbalik dan membalas salam.

“Selamat sore, lama tidak bertemu Putri Andini."

“Iya, sudah lama"

“Ternyata suasana di sini cukup nyaman."

“Aku sudah meminta pelayan untuk membawakan teh kemari, suasananya memang sangat nyaman untuk minum teh disore hari"

“Mungkin akan lebih cantik apabila kolam ini diisi teratai"

“Akan kucoba."

“Emm.. kurasa pangeran cukup sibuk, beberapa kali saya berkunjung tidak pernah bertemu, emm.. ada apa gerangan pangeran menemui saya kemari?" tanya Putri Andini canggung.

Pangeran menghela nafas.

“Aku memiliki seorang kekasih. Aku menemuinya selagi engkau berkunjung."

Sudah basa-basinya. Pernyataan Pangeran tersebut membuat hati Putri berdenyut. Berusaha tidak menampakkan kekecewaan, Putri Andini menghela nafas lagi.

“Lantas?"

“Aku mencintainya."

“Upacara pernikahan tinggal beberapa hari, kenapa baru sekarang..

“Apa aku bisa melawannya? Bahkan jika aku ingin, aku tetap tidak bisa melawan titah Raja.”

“Apakah kedatangan pangeran ke sini, agar aku yang membatalkannya?" Andini mulai berkaca-kaca.

“Apakah bisa?" tanya Pangeran antusias.

Putri Andini mulai kesal. 

Tidak semudah itu fergusoo..

“Tidak! Bahkan jika engkau memohon, pernikahan ini akan tetap terlaksana." Ucap Putri Andini menaikkan suaranya.

“Aku tidak bermaksud membatalkannya, aku hanya ingin bernegosiasi!" Ucap Pangeran terpancing.

Lelehan air mata yang tiba-tiba keluar dari pelupuk mata Andini, segera ia hapus cepat.

“Maafkan kelancanganku." Tunduknya.

“Kita akan tetap menikah, tapi aku menginginkan selir."

Kini ia sudah mengetahui maksud Pangeran menemuinya. Pangeran tidak akan melepas begitu saja perempuan yang dicintainya, dan ia juga tidak bisa melanggar titah Raja. Jika tidak ada maksud begini apakah Pangeran sudi menemui Andini yang tidak dicintainya..

“Siapa? siapa perempuan itu?" tanya Putri Andini.

“Apakah aku harus repot menceritakannya?"

Putri sedikit mengangkat kepalanya untuk menghindari lelehan air mata yang sudah mengintip ingin keluar. Sungguh ternyata tidak hanya manja, Putri juga sosok yang juga cengeng. Ia menangkap sosok pelayan dari sudut matanya. Pelayan itu tidak berani menginterupsi percakapan Putri dan Pangeran yang terlihat panas.

“Oh, tehnya sudah menunggu." "Kemarilah pelayan."

Mereka meminum teh dengan pikiran masing-masing.

“Sebagai raja nantinya, memiliki istri lebih dari satu bukanlah memang hal yang wajar seharusnya. Sebagai istri, bukan, calon istri, aku akan berusaha mendukung apapun keputusan Pangeran." Ucap Putri dengan senyuman.

"Aku senang kita saling kooperatif."

Ketika mencoba berdiri, gaun putri yang panjang tidak sengaja terinjak kakinya sendiri. Jadilah ia oleng ke kanan dan terjatuh. Jangan pikir akan ada adegan romantis. Pangeran berada di sebelah kiri putri dan refleknya sangat buruk. Pangeran tertawa pada apa yang dilakukan Putri Andini.

Sang Putri malu bukan kepalang, kemudian menjulurkan tangannya meminta bantuan pangeran untuk berdiri. 

“Ini baru andini. Aku merindukan kecerobohanmu lagi. Hahaha.." sambil memegang tangan Andini membantunya berdiri.

Entah, ucapan pangeran terdengar tulus dan apa adanya, membuat andini menghangat. Tidak apa-apa untuk menjadi ceroboh sekali saja, jika itu membuat Pangeran bahagia.

Mendapat tatapan yang berbeda dari putri andini, pangeran mengerjap.

“Maaf, ada yang harus aku kerjakan di istana gelandang, mohon pamit dan terimakasih tehnya."

“Iya, Pangeran."

Kehidupan bersama antara Pangeran dan Putri akan dimulai dalam beberapa hari lagi.

Inderalaya masih terbayang dengan pertemuannya dengan Andini tadi. Iya, Andini adalah seorang putri, dan kerajaan butuh sosok laki-laki sebagai pemimpin. Raja Aryadwipa menginginkannya sebagai suami anaknya dan penerusnya. Rencana ini pasti telah dimatangkan sejak jauh-jauh hari antara ayahnya dan Raja Aryadwipa.

Di sisi lain, Andini juga tengah memikirkan percakapan mereka tadi. Memikirkannya membuat gelisah, siapakah perempuan beruntung yang menjadi tambatan hati pangeran idamannya, dan bagaimanakah hidupnya bersama pangeran nanti. Akankah ia bisa membawa pangeran mencintainya sementara gadis yang dicintai pangeran turut serta dalam lingkaran pernikahannya..

Next...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status