Share

Ternodai

Author: Nur Khasanah
last update Last Updated: 2023-08-22 15:17:55

"Hentikan, Pak!" Seru Leona ketika tangan kekar Nathan mulai menarik resleting baju yang sedang ia kenakan. "Apa bapak sudah gila?"

'Kau yang sudah membuatku tergila-gila, Leona,' batin pria itu. Dia bahkan sudah hampir mati karena harus menahan hasrat yang kian memburu.

Apa dia pikir selama ini tidur bersama adalah hal yang mudah Nathan lalui? Pria itu bahkan harus mati-matian menahan gejolak rasa yang teramat sulit hanya karena dia tidak ingin menyentuh istrinya sendiri.

Kesepakatan sudah dibuat, mereka menikah karena status dan tidak akan pernah membiarkan orang lain tau hal ini.

Tetapi kecantikan Leona sungguh membuatnya lupa hingga Nathan hampir gila dibuatnya.

"Kau tidak lupa dengan kesepakatan yang kita buat sebelumnya 'kan, pak?" tanya Leona saat sukses menggenggam tangan Nathan, menahannya agar tidak melanjutkan aksi yang hendak dilakukan.

Deru nafas Nathan kian memburu. Peluh sudah mengalir di pelipisnya. Kancing yang sudah terlepas tanpa sisa, memperlihatkan dada bidang Nathan juga perutnya yang sikpack.

Susah-susah Leona menelan saliva ketika manik matanya menatap pemandangan di depan. 'Jangan bodoh kau, Le. Kau bahkan tidak boleh jatuh cinta padanya hanya karena ketampanan yang dimiliki pria itu.' Elaknya dalam hati.

"Aku ingat dan akan selalu ingat, Leona."

Senyuman tipis itu kembali mengembang. "Syukurlah. Kalau begitu hentikan aksimu ini, pak?"

"Bagaimana jika aku menginginkannya?" tanya Nathan. Membuat bola mata Leona membulat sempurna.

"Apa aku tidak salah dengar?"

"Kupingmu rusak?"

Wanita itu cepat menggeleng. "Aku tidak mau."

"Kenapa?" tanya pria itu penasaran. Mendekatkan wajah tepat di hadapan Leona.

"Karena aku tidak pernah mencintaimu. Untuk saat ini, esok, dan selamanya."

Pria itu mendecih. "Hati-hati mulutmu bicara. Atau kau akan menyesal."

"Tidak akan."

"Kau tau? Di luar sana ada ribuan wanita yang antri ingin memilikiku seutuhnya. Dan aku malah memilih wanita gila sepertimu dalam hidup ini."

Leona melotot tak suka. Apa dia pikir selama ini dia bahagia bersanding dengannya? Kalau bukan karena ibu Diana yang menjodohkan mereka juga Leona ogah menikah dengan Nathan dan meninggalkan sang mantan tercinta.

"Bapak pikir saya pernah menginginkan pernikahan ini?" Leona menggeleng. "Kalau saja waktu bisa diputar, lebih baik saya tidak menikah seumur hidup saya dari pada harus menikah dengan bapak, huh."

'Dasar wanita tidak tau diuntung,' batinnya bicara. Nathan yang sudah hampir kehilangan kendali refleks mendorong tubuh Leona dan mengukungnya hingga wanita itu tak bisa berkutik lagi.

"Pak, hentikan!"

Nathan tak menanggapi. Bahkan saat Leona berteriak sekalipun. Percuma. Tidak akan ada seorang pun yang mendengar. Di tempat ini hanya ada mereka berdua.

"Pak, saya mohon. Jangan lakukan itu, hiks-hiks!" Wanita itu menangis sesenggukan. Tetapi Nathan tidak peduli.

"Tenanglah. Aku akan menciptakan malam yang indah ini untukmu." Senyuman itu terbit dari bibir Nathan sebelum akhirnya pria itu mulai melakukan aksinya merenggut kesucian Leona yang selama ini dijaga.

***

Nathan mengacak rambutnya frustrasi. Dia kembali mendekat ke arah istrinya yang masih duduk termangu di lantai.

"Apa kau yakin dengan ucapanmu itu?"

Leona mendongak. "Menurutmu? Apa aku sebercanda itu, mas? Jika memang kau tidak percaya dengan tespack ini, kita bisa pergi ke dokter kandungan untuk memastikannya."

"Tapi aku sudah menggunakan pelindung agar kau tidak sampai hamil, Le."

"Mas? Meskipun kamu sudah memakai pelindung, hanya sembilan puluh persen upaya untuk pencegahan kehamilan. Tapi sisanya?" Leona mengedikkan bahu. "Masih ada sepuluh persen kemungkinan untuk hamil."

"Aku ..., arghh."

"Apalagi kau melakukannya saat tiba masa suburku, mas."

"Astaga! Kenapa kau tidak bilang, sih?"

Leona melotot. "Aku bahkan sudah menolakmu berkali-kali tetapi kau tetap memaksa, mas? Dan sekarang kau menyalahkanku karena aku hamil?" Air mata Leona runtuh saat itu juga.

Dasar pria berengsek. Habis manis sepah dibuang. Setelah mendapatkan kenikmatan bersama istrinya, dengan gampangnya dia menolak menerima kenyataan bahwa Leona hamil.

"Aku tidak menyalahkanmu, aku hanya belum siap kalau kau hamil sekarang."

Leona mendecih. "Segampang itu kamu bilang belum siap hamil, mas?"

"Punya anak bukan perkara mudah, Le."

"Terus mau kamu apa, mas?" tanya Leona sarkastis. Sementara yang diajak bicara hanya diam mematung. "Jangan katakan kalau kamu ingin aku menggugurkan calon anak kita, mas?"

"Kenapa pikiranmu buruk sekali terhadapku?"

"Aku tidak menilai buruk tentangmu. Tetapi sikapmu yang menunjukkan itu semua."

Senyum Nathan terbit di kedua sudut bibirnya. Sebelum akhirnya pria itu mengangguk dan berkata. "Pandai sekali bicaramu."

"Aku hanya mengatakan berdasarkan apa yang kulihat, mas. Aku tau dan aku sadar betul betapa tak sukanya kamu dengan pernikahan kita. Begitu juga denganku, kamu pikir itu gampang, mas?"

"...." Nathan tak menanggapi. Pikirannya benar-benar kacau. Dia belum siap punya anak, tapi dia juga tidak tega jika harus menyuruh Leona menggugurkan bayi itu. Semenyebalkan Nathan, bukan sifatnya menjadi seorang pembunuh. Apalagi darah dagingnya sendiri.

"Jawab, mas?" Sentak Leona. Netranya lalu terpejam, meresapi rasa sakit yang kini memenuhi rongga dadanya. Rasa sakit itu menyeruak hingga membuat dadanya sesak.

"Aku tidak akan menyuruhmu menggugurkan kandungan," ucap Nathan sebelum akhirnya pergi meninggalkan Leona sendirian.

Leona meremas kasar wajahnya lalu beranjak ke kasur dan duduk. Baru saja ketika wanita itu hendak mengambil segelas air mineral di atas nakas, ponselnya tiba-tiba berdering. Benda pipih itu menyala seolah-olah menimbulkan bunyi.

Tanpa pikir panjang, Leona segera mengambilnya dan membaca satu nama yang tertera di atas layar. Rupanya Dea, sahabat Leona di kantor. Dia langsung menggeser tombol hijau ke atas layar dan mulai berbicara.

"Halo," sapa Leona dengan nada parau.

"Le, are you okay? Aku telpon dari tadi enggak kamu angkat-angkat?"

Leona mengernyit. 'Perasaan dari tadi enggak ada HP bunyi,' gumam Leona. Dia lalu mengecek ponselnya dan mendapati beberapa panggilan masuk dari sahabatnya beberapa menit yang lalu.

Mungkin saat sedang ribut dengan Nathan hingga dia tak menyadari jika ponselnya bunyi.

"Sorry, tadi aku lagi ke kamar mandi," alibi Leona.

"Yakin?"

Leona mengangguk. "Iya, De. Aku baik-baik aja, kok. Kamu belum tidur?"

Dea mendesah. "Aku kepikiran kamu terus, Le. Apalagi sama kejadian tadi siang di kantor. Yang sabar, ya? Kalau kamu perlu bantuan atau sekedar mau curhat, aku siap kok jadi pendengar buat kamu."

Leona menghela napas panjang. Ucapan Dea mengingatkannya tentang masalah di kantor yang bahkan belum menemukan solusi. Dan sekarang ... ia harus dihadapkan lagi dengan kenyataan bahwa dirinya sedang mengandung anak Nathan - bosnya sendiri di kantor.

Apa kata orang-orang nanti jika mereka sampai tau?

"Le? Kamu dengar aku ngomong, 'kan?"

"I-iya. Aku dengar kok."

"Kamu tenangin diri kamu dulu, ya? Soal Pak Nathan, jangan terlalu kamu pikirin. Kita 'kan sama-sama tau bos kita kayak apa."

"Hm."

"Btw, besok aku jemput kamu ke rumah, ya? Udah lama nih kita enggak berangkat bareng."

"Tapi, De."

"Enggak ada alasan apapun, Le. Pokoknya besok aku ke rumah kamu. Bye, Le."

Tut.

Panggilan berakhir saat Dea memutuskannya secara sepihak.

"Mati aku!" Leona menepuk jidatnya pelan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
inggrid LARUSITA Nganjuk
ketshuan satu rumah sma bos nya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bos Aroganku Ternyata Suami Dadakanku   Kembali ke Kota

    Tepat jam 09.00 malam, Nathan dan Leona pergi meninggalkan kediaman rumah baru Bu Leni. Setelah berunding cukup lama, Nathan memutuskan untuk tetap membawa istrinya kembali ke Ibukota.Meski rasa lelah kian mendera tubuh Leona, pria pemilik perusahaan Diana Beauty itu tetap mengupayakan kenyamanan sang istri. Duduk di kursi samping kemudi, Nathan sengaja menurunkan jok hingga posisinya setengah duduk.Beruntung, bantal kecil selalu menemani ke mana pun perginya mobil itu. Nathan sengaja menaruh bantal di kursi belakang untuk jaga-jaga kalau istrinya kelelahan duduk."Begini nyaman?" tanya Nathan setelah menarik ujung selimut yang ia bawa dari rumah Bu Leni.Leona mengangguk kecil sambil tersenyum."Kamu istirahat ya, sayang? Kalau ngantuk tidur. Mas akan bawa mobilnya pelan-pelan," ujar pria itu sembari mengenakan sabuk pengaman."Tapi kalau pelan malah nggak sampai-sampai, mas."Nathan menghela napas panjang. "Terus kamu maunya gimana, sayang? Mas mau kamu nyaman selama perjalanan p

  • Bos Aroganku Ternyata Suami Dadakanku   Tak Nyaman

    Nathan panik hingga terus memaksa istrinya untuk pergi le rumah sakit. Apalagi ini kehamilan pertama untuk keluarga Leonath. Tentu tidak akan Nathan biarkan hal buruk menimpa istri dan janin dalam kandungan."Aku nggak papa, mas. Perutku cuma kram," lembut Leona berusaha menenangkan sang suami. "Yakin nggak papa?" Nathan memastikan.Wanita cantik itu mengangguk sebelum akhirnya mengembangkan senyuman. "Aku udah sempet konsultasi sama dokter kandungan, bahkan aku juga punya nomor teleponnya. Hal ini wajar terjadi karena biasanya karena kecapekkan, mas?" Leona menjelaskan dengan netra yang menatap lekat kedua bola mata suaminya."Betul, le. Leona memang sepertinya kecapekkan, belum sempat istirahat usai acara empat bulanan, eh langsung gas pulang kampung," imbuh Bu Leni yang sudah berpengalaman itu. "Saran ibu, apa tidak sebaiknya Leona istirahat dulu. Kalau kamu nggak keberatan, Leona bisa tinggal di sini sama ibu dan Alya," usul Bu Leni."Asal Mas Nathan ngizinin, aku iya aja sih, Bu

  • Bos Aroganku Ternyata Suami Dadakanku   Ancaman Joshua

    Nathan baru sempat menyusul masuk setelah obrolannya lewat telepon dengan Joshua selesai. Pria pemilik Diana Beauty itu tidak habis pikir dengan pemikiran Joshua yang terus saja berkeinginan untuk menghancurkan rumah tangganya dengan sang istri."Halo.""[Nathan. Gue pikir lo udah nggak mau angkat telepon gue lagi.]""Mau apa lagi?""[Gue cuma mau istri lo, Nath.]""Ck." Nathan mendecih. "Itu nggak akan pernah terjadi, Jo. Leona itu istriku. Kami sudah sah secara agama dan hukum.""[Tapi kalian masih bisa bercerai. Dan aku akan menikahi Leona.]""Jangan mimpi, Jo. Leona sedang mengandung anakku.""[Kamu tenang saja! Aku akan merawat anak itu seperti anak kandungku sendiri.]""Kurang ajar! Kenapa—.""[Kalau gue enggak bisa bahagia dengan Leona. Gue juga enggak akan biarkan Leona bahagia dengan siapapun termasuk lo, Nath.]" Tandas Joshua yang langsung memutuskan panggilan secara sepihak.'Keterlaluan.' Geram Nathan. Dia tidak terima dengan pernyataan Joshua. Tidak cukupkah dia yang ingi

  • Bos Aroganku Ternyata Suami Dadakanku   Hadiah Rumah Untuk Ibu II

    "Siap?" "Lets, go!" Sorak Leona yang antusias akan pergi ke kampung halamannya. Wanita hamil empat bulan itu terlihat cantik meskipun hanya mengenakan dress selutut warna putih yang dibalut dengan blazer berwarna navy. Senada dengan sang suami - Nathan juga mengenakan kemeja panjang berwarna Navy berpadu dengan celana jeans hitam panjang.Tepat jam sepuluh pagi, setelah semuanya siap dengan barang-barang yang akan di bawa, mobil Nathan melaju dengan kecepatan rendah membelah jalanan Ibukota yang cukup ramai."Ibu belum ngabarin Alya kan kalau kita sedang perjalanan pulang?" tanya Leona kepada Bu Leni yang duduk di kursi belakang."Ini ibu baru mau ngabarin," jawabnya sembari mengeluarkan ponsel dari dalam tas berlogo dior itu. Ya, wanita berhijab coklat tua itu selain mendapat hadiah rumah dari sang mantu, dia juga mendapat tas branded dari Leona. Katanya Leona sudah bosan pakai tas tersebut, itu sebabnya dia memberikan tas tersebut untuk Bu Leni."Jangan dulu, bu!" Sergah Leona cepa

  • Bos Aroganku Ternyata Suami Dadakanku   Hadiah untuk Ibu I

    Jam 7 pagi"Ibu mau ngapain?" tanya Ijah yang tengah sibuk dengan aktivitasnya mencuci piring sisa semalam di wastafel."Saya mau bikin sarapan, Bi?" Bu Leni membuka kulkas, mengambil beberapa bahan masakan seperti sayuran dan daging. Alhamdulillah, semua makanan untuk acara empat bulanan Leona ludes tak bersisa.Semua orang terlihat menikmati semua makanan olahan yang disajikan dalam prasmanan malam itu. Sisanya dibagikan ke warga supaya tidak mubadzir."Ibu duduk saja! Nanti biar saya yang masak.""Nggak papa, Bi. Santai aja, nggak usak sungkan begitu.""Hehe ....""Ini Leona sama mantuku belum bangunkah?" lirihnya ketika mengupas kentang di meja. Wanita itu merasa menyesal karena mengingat kejadian semalam yang lagi-lagi tak sengaja memergoki menantu dan anaknya yang hendak beribadah.Pluk!Bu Leni menepuk jidat."Kenapa, Bu? Sakit kepala?""Nggak papa, Bi.""Ehem-ehem!" Suara seseorang berdehem yang tak asing itu membuat Bu Leni dan Ijah kompak menoleh menuju sumber suara. Mendapa

  • Bos Aroganku Ternyata Suami Dadakanku   Lancar

    Nathan menghela napas lega. "Syukurlah semuanya berjalan dengan lancar," ucapnya saat duduk mengamati setiap rangkaian acara yang sedang berlangsung.Pria berpakaian koko putih yang dipadukan dengan kain sarung berwarna hitam itu tampak tersenyum senang melihat acara 4 bulanan istrinya berjalan dengan khidmat. Pembacaan ayat suci Al-quran pun ikut mengiringi hari bahagia mereka di rumah keluarga Nathan."Alhamdulillah," ucap syukur Bu Leni."Leone lega banget, bu. Akhirnya acara ini berjalan dengan lancar tanpa ada halangan apapun," senyum bumil itu merekah dari kedua sudut bibirnya yang dihiasi lipstik berwarna nude."Iya, nduk. Jujur tadi pagi ibu sempet panik gara-gara masalah ayam. Untung suamimu cerdas bisa menyelesaikan masalah dengan cepat.""Ya kalau nggak cerdas mana mungkin anakmu mau, bu." Leona terkekeh mengingat usaha keras sang suami yang patut diacungi jempol.Tak bisa dibayangkan bagaimana sulitnya mengendalikan persoalan ayam yang belum disembelih, belum lagi urusan m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status