Hari ini harga diri Elenio jatuh di depan banyak orang. Dia yang biasanya terlihat mempesona dengan segala kharisma dan kekuasaan di tangannya, jatuh tersungkur dengan cara konyol. Sialnya, orang yang menyebabkan Elenio pulang membawa beban malu yang besar adalah pria dari kalangan biasa. “Dia pikir, dia bisa berlaku semaunya di kampus, huh? Dari bagaimana caranya berpenampilan saja, aku tahu dia tidak selevel denganku.” Sepanjang jalan pulang ke rumah, dia terus menggerutu. Wajah tampan Elenio berubah kusut. Mobil yang dia tumpangi memasuki area mansion pribadi kelas atas. Di sebuah pintu gerbang bergaya Eropa, berdiri belasan pengawal profesional berjaga. Melihat mobil Elenio berjalan masuk, para pengawal itu langsung menegakkan postur tubuh berdiri, ingin menunjukkan yang terbaik dihadapan bosnya.Supir perlahan menghentikan laju mobil, segera turun dari mobil dan membuka pintu penumpang belakang, Elenio dengan wajah suram berjalan keluar.Dia tidak berucap sepatah kata pun berja
Namun belum sempat Reagan menjawab, Claire yang berdiri di samping mobil menjadi sedikit pusing, dan kakinya terasa lemas saat terkena angin.Reagan merasa kesal, langsung meraih ponsel gadis itu dan memasukkannya ke dalam tas. Lalu menggendongnya dan pergi ke sisi lain mobil.Claire terkejut saat merasakan tubuhnya diangkat, dia buru-buru meraih kemeja pria itu dengan satu tangan dan wajahnya semakin pucat.“Reagan, turunkan aku!” Ada banyak mahasiswa yang melihatnya.Reagan mengabaikannya dan membuka pintu penumpang, lalu mendorong Claire masuk ke dalam.“Reagan, kamu gak dengar ya?” Claire berkata dengan dingin saat melihat pria itu memakai sabuk pengaman, “Aku bisa cari sopir dan kamu gak perlu khawatir. Kamu pulang saja dan persiapkan diri kamu untuk besok!”Reagan menatap wajahnya yang penuh kesedihan tapi tetap keras kepala, hal ini membuat ada debaran halus di dalam jantungnya, “Cuaca sedang sangat buruk, kalau mau memanggil sopir juga tidak bisa datang dengan cepat. Kamu saat
Keesokan harinya, Claire menjemput Reagan di kontrakan kecilnya, mereka lantas bersama-sama menuju mansion mewah milik keluarga Delaney.Mansion keluarga Delaney terletak di tengah-tengah gunung buatan. Mansion ini memiliki 3 lantai dan dekorasinya sangat mewah.Halamannya sendiri berukuran sebesar lapangan sepak bola Real Madrid. Di kota besar seperti New York, rumah mewah seperti ini cukup lumrah, namun yang memiliki rumah seluas ini mungkin tidak banyak.Dilihat dari sini, jelas, Claire adalah orang kaya.Mobil mendekat dan semakin dekat.“Claire, berhentilah sebentar.” Reagan menghentikan laju mobilnya dan membuat Claire kesal.“Ada apa?” tanya Claire.“Aku lupa membawa hadiah.”“Keluargaku tidak membutuhkan apapun, jika kamu ingin membawa sedikit hadiah, kamu cukup membeli buah-buahan.”“Oh, kalau begitu kita berhenti di mini market sana!” Reagan menunjuk ke arah mini market dekat mansion mewah itu, yang dia tidak tahu bahwa di sebelahnya adalah rumah Claire.Claire tidak banyak
Claire bahkan lebih bahagia, menahan tawanya dan memberikan kode pada Reagan untuk berhenti berakting. Lalu dia maju selangkah dan berkata dengan serius, “Ma, Pa, aku mengenal Reagan di kampus. Kami berada di vakultas yang sama, kami saling jatuh cinta. Reagan memang bukan orang kaya, tapi dia pria yang tulus.”“Claire, apa yang kamu ucapkan?” Nyonya Delanny langsung berteriak, “Jangan berbohong padaku dan papamu. Bahkan jika kamu tidak setuju untuk menikah dengan Elenio, kamu juga tidak bisa sembarangan menarik orang di jalan.”“Ma, kapan kamu pernah mengajarkan aku berbohong. Mama paling tahu aku sejak kecil, apa aku pernah membohongi kalian?”Putri mereka benar-benar sudah gila dan dibutakan cinta, bisa dikatakan dia adalah gadis paling bodoh yang menolak Elenio.“Anak muda, siapa namamu?” tanya tuan Delanny. Karena putrinya mengatakan mereka saling mencintai, paling tidak dia perlu tahu latar belakang Reagan.Reagan menoleh ke arah Claire sebelum menjawab, mungkin gadis cantik itu
Dia lalu menyeret Reagan untuk pergi.Sesampainya di mobil, Reagan melajukan mobil itu dengan tenang.Dia berhenti di sebuah taman, kemudian bertanya lagi pada Claire, “Masalah keluargamu sudah selesai, lalu ada masalah apa lagi yang butuh bantuanku?”Claire terkekeh sinis, sorot matanya menajam, “Kamu serius mau aku jadi kekasihmu? Oke, anggaplah masalah hari ini selesai. Anggap juga aku sudah gila karena menarikmu untuk menjadi pacar pura-pura.”“Lalu, kalau rencana selanjutnya adalah mengambil akta nikah, kamu mau kasih aku makan pakai apa? Pakai uang dari kiriman orang tuamu yang tidak seberapa itu?”Reagan tetap teguh dan tersenyum, “Pertama, yang dikirimkan oleh orang tuaku bukan uang mereka, tapi uangku pribadi. Kedua, aku gak seburuk yang kamu bayangkan.”Claire bertanya lagi dengan ekspresi tak percaya bertanya, “Apa yang membuatmu yakin bahwa aku memang serius mengajakmu mengambil akta nikah? Apa kamu percaya aku akan mengorbankan segalanya untukmu yang miskin dan mempertaru
Melihat ketegangan yang terus terjadi diantara Claire dan gadis itu, Reagan lantas menyeret Claire untuk pergi dari sana.“Siapa dia?” tanya Reagan setelah dia berhasil membawa Claire pergi.“Bukan urusan kamu!” Claire yang duduk di kursi kemudi langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.“Kamu gila? Kita bisa mati kalau kamu ugal-ugalan seperti ini!” seru Reagan dengan nada tinggi.“Sudah tahu rasanya mati?” tanya Claire sembari menurunkan laju mobilnya.“Akta nikah, bagaimana cara menghidupiku. Tuan Reagan harus memikirkan itu sesampainya di rumah.”Claire menurunkan Reagan di depan sebuah kontrakan kumuh, dia bergidik ngeri karena ternyata masih ada tempat seperti ini di New York. Sungguh pemandangan yang kontras dengan hiruk-pikuk kotanya yang ramai dan besar.“Sampai jumpa, Nona Claire,” ucap Reagan sambil memanyunkan bibirnya membentuk tanda kiss.Claire membuang wajahnya jijik, dan itu mampu membuat Reagan tertawa terbahak-bahak.Setelah kepergian Claire, Reagan Kembal
“Kamu hanya perlu mengikutinya.”“Siap, Bos!” Erik segera menganggukkan kepala.“Panggil aku Reagan saja, aku tidak suka mengintimidasi orang dan menggunakan kekayaan untuk mendapatkan hal yang tidak tulus.” Reagan berkata.“Baik, Reagan, aku tuangkan lagi teh untukmu.” Erik tersenyum gembira.Tengah malam, Reagan dan Erik pulang ke rumah. Tapi di Tengah jalan, mereka mendengar ada keributan dari salah satu rumah.Reagan masih membawa karakter orang desa-nya, yang selalu peduli pada lingkungan sekitar yang membutuhkan.“Bagaimana kalau kita lihat, barangkali mereka membutuhkan bantuan,” ucap Reagan pada Erik.“Ini kota besar, orang tidak suka jika urusannya dicampuri orang lain, apalagi orang asing seperti kita. Pulang saja!” Erik menarik tangan Reagan.Suara keributan semakin intens terdengar, Reagan tidak bisa pulang begitu saja.Dia semakin mendekat karena rasa penasaran yang membuncah. Saat tiba di depan pintu karena gerbang yang terbuka, Reagan semakin merasa ada yang tidak beres
Mungkin ini hanya perasaannya saja, tapi dia merasa bahwa pria yang datang memiliki aura jahat, dia takut bahwa pria ini datang dengan maksud tidak baik.Reagan membuka pintu dan melirik beberapa pria yang merokok di atas sofa, dia tidak bertele-tele dan bertanya, “Siapa bos kalian?”“Siapa kamu? Untuk apa mencari bos kami?” Seorang pria berdiri tegak.“Aku hanya akan mengatakan sekali, suruh dia keluar!”“Sialan, kamu mau mencari masalah!” Pria itu mengayunkan kakinya ke arah Reagan.Reagan menangkap pergelangan kakinya dan meninju kakinya hingga tulang kaki pria itu patah.Pria berambut panjang itu jatuh ke lantai, dia memegangi kakinya yang sudah berubah bentuk dan menjerit seperti seekor anjing.“Siapa bos kalian?” Ekspresi wajah Reagan tidak berubah, dia meraih orang lain lagi sebagai mangsa jika salah satu dari mereka masih tidak mau bicara.“Aku … tidak … ah …”Reagan mematahkan salah satu jarinya, “Sekarang sudah bisa bicara belum?”“Itu … dia … iya benar dia!” Pria itu langsu
Paruh baya di depan Reagan kini berusaha terlihat sesantai mungkin, namun di mata Reagan hal itu seperti terlalu dipaksakan.“Ini sebuah kesempatan berharga untukku bisa bertemu dengan peretas handal sepertimu, Reagan,” ucap Theodore sebagai sambutan hangat. Dua orang lain di samping Reagan, satu menatap bangga pada interaksi mereka, satu orang lain, yakni Erik, memandang Reagan dan Theodore bergantian dengan sorot khawatir. Pria ini, terlihat memiliki kharisma yang sangat besar meliputi dirinya yang dibalut dengan pakaian mahal. Lihat itu, setelan jas coklat tua yang dipakai Theodore, Reagan sangat tahu itu adalah merek ternama hasil karya salah satu desainer ternama di Italia. Jangan lupakan dasi putih bercorak garis diagonal yang samar, adalah dasi keluaran terbatas yang hanya bisa dibeli oleh orang-orang dari kalangan atas. “Senang juga bisa bertemu dengan Anda, Tuan Theo,” ucap Reagan disertai senyumannya yang memikat. Di kursi lain, diam-diam Pricilla mengulum bibir saat mema
Di ruang kelas Nayla duduk di kursi paling sudut dekat jendela. Kepalanya tertunduk lemas, belakangan, kondisi kesehatannya pun menurun. Kelas baru akan dimulai sepuluh menit lagi. Seorang wanita cantik tinggi semampai, tubuhnya sedikit berisi namun seksi, mendekati Nayla. “Aku akui kali ini kamu menang, Nayla,” ucap wanita itu. Nayla lantas mengangkat pandangannya ke arah sumber suara. Belva sudah berdiri di depan mejanya, dengan raut wajah ditekuk ratusan lipat. Menyadari apa yang sedang dibicarakan Belva, dia menyeringai. “Kamu sudah kalah telak. Aku berhasil membuat mereka berpisah!” Nayla membalas dengan sangat semangat. “Sudah aku katakan, Reagan akan berpihak padaku. Aku bisa tidur bersamanya sedangkan kamu.” Nayla sengaja menghentikan kalimatnya. Matanya naik turun dari atas ke bawah memindai penampilan Belva. “Hanya bisa mendapatkan asistennya!” Lemas di tubuh Nayla mendadak lenyap, berganti menjadi sebuah dorongan energi untuk menertawakan nasib lawan mainnya ini. Waja
“Paman, jangan terlalu sibuk memikirkan siapa aku sebenarnya. Aku hanya suami Claire, suami yang masih sah secara hukum. Sebagai menantu, aku ingin membantu menyelesaikan masalah ini karena aku tidak akan membiarkan istriku hidup menderita. Jadi, putuskanlah, apakah kamu akan mengambil tawaranku atau tidak?” Di tempatnya berdiri, Tuan Delanney menunjukkan ekspresi rumit. Nyonya Delanney dan Claire juga sama bingungnya. Semua hal yang ada dalam diri Reagan terlalu gelap, hingga mereka tidak bisa meraba ataupun menerka latar belakang sosok asing di hadapan mereka kini. “Siapa yang bilang aku akan ikut denganmu?” tanya Claire sinis. “Aku akan di sini bersama orang tuaku dan menyelesaikan urusan keluarga kami sendiri. Lebih baik kamu pergi saja.” Reagan terkekeh, dia seperti sedang melihat seseorang berusaha membohongi diri sendiri. Dan itu yang sedang Claire lakukan. “Oh, Claire, aku tidak memberimu pilihan. Aku menjalankan tugasku sebagai suami untuk bertanggung jawab atas apa yang h
Mata merah Claire yang menyala-nyala menunjukkan kebencian yang begitu dalam. Begitu juga dengan kedua orang tua Claire. Mereka bahkan tidak bisa menutup mulutnya yang terbuka lebar ketika melihat keberanian Reagan. Reagan kali ini berpenampilan berbeda. Dari ujung rambut sampai ujung kaki, pakaiannya adalah keluaran merek ternama. Sepatu pantofel hitam pekat mengkilat, setelan jas fit body dari bahan premium, dan aroma parfum Bacarat Rouge membelai penciuman mereka dengan halus. Dari ini saja, seharusnya sudah cukup memberi tahu keluarga Delanney siapa sosok yang mereka hadapi saat ini. Tetapi, sekali lagi, Reagan tidak ingin segala rahasianya terbuka dengan mudah. Dia tersenyum, memandangi wajah Claire yang sangat dia rindukan. “Tidakkah kamu memintaku untuk sekadar duduk dulu?” katanya. Claire mendengus. “Untuk apa? Kamu bukan tamu di sini.”“Tapi, aku suamimu.” “Itu dulu, tidak lagi sekarang!” Tuan Delanney, seharusnya dia senang melihat perselisihan putri dan menantu yang
Setelah mendapat telepon dari ayahnya, Reagan langsung memberikan beberapa tugas pada Erik. Di dalam penthouse yang sepi ini, mereka duduk di ruang tengah. Dengan laptop masing-masing yang menyala menampilkan sederet kode di sistem perangkat lunak. Tambang lithium yang selama ini tertidur pulas, mulai menunjukkan eksistensinya. Saat ini Reagan tengah membuka sistem pengendalian tambang jarak jauh. Sistem itu yang menghubungkan tambang dengan pusat kontrol di Australia. Dimana saat ini Anthony memegang penuh kuasa area itu.Tambang lithium yang Reagan temukan dilengkapi dengan jaringan komunikasi satelit dan jaringan fiber optik yang menghubungkan para petinggi dengan sistem operasi yang berjalan di tambang itu. Reagan membuka sistem cloud, yang sudah dienkripsi dan diamankan oleh sistem VPN korporat buatannya dua tahun lalu. Kemudian membaca semua data operasi tambang yang diperbarui dalam skala pembaruan waktu nyata. Tidak hanya membaca data di cloud. Reagan juga beralih pada i
Berita tentang pernikahan Claire dengan Reagan, serta tentang skandal panas itu masih menjadi tren topik pembicaraan warganet. Hal itu juga berpengaruh terhadap menurunnya harga saham Croma Tech belakangan ini. Berita beredar bahwa kini, perusahaan tambang itu sudah berada diambang kebangkrutan. Para investor menarik semua dana investasi mereka dari sana, hingga salah satu perusahaan yang dinobatkan sebagai perusahaan tambang batu bara terbesar itu, mulai goyah. Erik membaca setiap berita bisnis di ponselnya dengan seksama, sedangkan di sebelahnya, Reagan diam mematung. Dia menatap wanita yang berlalu lalang, sesekali mereka menggoda dan memuja tampang Regan kemudian menjadi semakin gila. “Kamu tampan, tapi kenapa kamu hanya datang berdua dengan pria ini?” ucap salah satu wanita yang kini berdiri di samping Reagan. Dia menunjuk Erik dengan ekspresi yang sulit diartikan.Dia memakai dres ketat dari bahan beludru warna marun. Polos tanpa hiasan apapun. Alih-alih menambah kesan seksi,
Keputusan yang baru saja Reagan dengar bagaikan sebuah petir yang menghantamnya di siang bolong. Hal yang paling Reagan hindari kini mengancamnya di depan mata. Dia melihat Claire yang mengeluarkan pakaiannya dari lemari beserta sebuah koper besar. “Claire, kita bisa bicarakan ini baik-baik. Aku bisa menjelaskannya. Tapi, tolong dengarkan aku dan jangan pergi.” Reagan berusaha menahan langkah sang istri, tetapi, Claire cukup keras kepala. Dia enyahkan seluruh sentuhan Reagan dengan kasar. Perlakuan itu nyaris membuat mental Reagan jatuh. “Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi, semuanya sudah jelas aku lihat. Minggir!” Setelah memastikan semua barangnya masuk ke dalm koper, Claire melangkah menuju pintu utama. “Claire, kumohon. Kita baru saja membangun rumah tangga ini bersama, tolong jangan pergi.” Claire mendengus kesal. Kesabarannya bena-benar diuji oleh sikap Reagan. Dia berbalik, menghadap Reagan untuk terakhir kalinya. Suaminya kinni terlihat begitu menyedihkan. Matanya merah
“Ternyata kamu di sini? Apa yang sedang kamu lakukan?” Reagan menoleh ketika mendengar suara Erik mengisi lorong kosong tempatnya berdiri sejak tadi. Ekspresi Reagan benar-benar tegang. Dia seperti menyimpan api bara yang siap berkobar di kepalanya. Ketika menatap Erik, pandangannya meneduh. “Aku baru selesai mengenyahkan sampah. Ayo, kita pulang.” Reagan melangkah mendekati Erik, membiarkan sahabatnya itu tenggelam dalam berbagai pertanyaan di benaknya. Ketika sampai di parkiran, Reagan tidak menemukan mobil mewah yang ditumpangi Theodore di sana. Dia pun kembali berkata pada Erik, “Apa mereka sudah pulang?” Erik mengangguk. “Ya, semuanya berakhir sesuai dengan dugaan kita.” Mereka berdua masuk ke dalam mobil dengan Erik yang bertugas untuk mengendara. Sedangkan Reagan, dia mengambil sebuah obat merah dari dalam dashboard. Erik melirik sekilas apa yang Reagan lakukan kemudian ternganga. “Kamu terluka?! Apa yang sebenarnya terjadi selama aku tidak ada?” “Hanya hal kecil. Sampah
“Reagan! Kamu mau kemana? Hei!”Setelah Reagan menghilang dari pandangan, hanya ada Erik yang diam mematung di tempatnya sekarang. .Disaat yang sama, pintu ruang VIP terbuka. Theodore dan Pricilla keluar dari sana, dengan gestur yang berbeda. Erik kembali ke mejanya, saat ini posisi duduknya membelakangi dua orang itu. Dari pantulan layar laptop yang gelap, Erik memantau setiap pergerakan Theodore dan Pricilla. “Terima kasih sudah mengundangku, Tuan Theo. Sebuah kehormatan bagiku bisa makan siang denganmu.” Suara Pricilla terdengar. Disusul tawa berwibawa dari Theodore. “Nona Pricilla, jangan sungkan seperti itu. Bagaimanapun kita adalah relasi bisnis. Sudah sepantasnya aku menjamu dengan baik.” Pricilla menyunggingkan senyum tipis. Dari sorot matanya jelas Erik bisa melihat ada ketertarikan yang begitu besar di sana terhadap Theodore. “Selain pembelot, mereka juga pandai berakting,” gerutu Erik di depan layar laptopnya. Dia masih ingat jelas, adegan panas mereka yang desahann