Share

5. GADIS PERAWAN

Author: Allina
last update Last Updated: 2025-01-30 16:51:59

Delia merasa bingung, tidak bisa hanya menonton dan menunggu, dia lalu berkata pada Reagan, “Minumanku sudah habis, bisakah aku meminta minumanmu?”

“Oh, sure, ambillah!” ucap Reagan tanpa pinggir panjang.

Delia mengangkat tangannya dan menuangkan susu milik Reagan ke dalam gelasnya. Dan apa yang terjadi? Susu itu terasa menyengat di tenggorokannya, tidak hanya itu, perutnya sudah mulas dan tidak bisa tertahankan.

Ekspresi Delia sangat lucu sekali, dan Reagan tidak bisa menahan senyum liciknya.

“Delia, ada apa denganmu?” Reagan berpura-pura terkejut, padahal dalam hati dia sudah bisa menebak hasilnya.

Sejak tadi perutnya juga ingin meledak, tidak hanya itu, rasa panas menjalar ke seluruh tubuhnya. Namun Reagan menahannya sejak tadi, hanya agar Delia beranggapan bahwa rencananya telah gagal.

“Reagan, Reagan, apa kamu baik-baik saja?” tanya Delia sambil meringis.

“Kenapa? Aku baik-baik saja, apa yang bisa terjadi padaku?”

“Kamu! Kamu! Pergilah!” Delia langsung berlari meninggalkan Reagan, seolah dia bisa terlambat kapan saja.

Reagan menahan perutnya karena tertawa, “Kamu yang duluan menjebakku, Nona manis!”

Dia kemudian pergi dari tempat itu, namun rasa panas kini menyerang seluruh organ tubuhnya terutama organ bagian bawah yang siap meledak kapan saja.

“Shiiittt! Ternyata gadis itu memberiku obat penambah gairah!” gerutu Reagan di dalam hati.

“Bagaimana ini? Siiaall!” Tidak hentinya dia mengumpat.

Wajah Reagan bak dipenuhi kabut hitam, siapa yang akan menyembuhkan hasratnya? Perasaan mendesak ini terus mendorongnya. Wajahnya semakin mengeras dan pembuluh darahnya bahkan seperti mau keluar.

Bagai pucuk dicinta ulampun tiba, di tempat dia terus berjalan, Reagan bertemu dengan Claire, sosok perempuan yang seakan menghantuinya sejak menginjakkan kaki di kota New York.

“Kamu?”

“Claire?”

Mereka saling memanggil, di atas jembatan yang sangat tinggi, entah apa yang dilakukan Claire di situ, Reagan kemudian bertanya dengan penasaran.

“Nona cantik, apa yang kamu lakukan di sini?”

“Aku tidak punya kewajiban untuk memberitahumu, kan?” kata Claire meski dengan seulas senyuman.

“I−iya, benar juga.”

Semakin waktu bergulir, semakin Reagan tidak bisa menahan hasrat yang terus memuncak, tanpa pikir panjang dia langsung meraup bibir Claire.

Claire yang mendapat serangan mendadak, langsung mendorong tubuh pria itu. Tapi, kekuatan Claire tidak sebanding dengan kekuatan Reagan.

Reagan langsung mendorong Claire masuk ke dalam mobil, lalu melajukan mobilnya dengan terburu-buru.

Keesokan harinya di sebuah kamar hotel, Reagan mengerjapkan matanya. Dia yang masih setengah sadar langsung merasakan sakit kepala saat membuka kedua matanya. Tapi mengingat semalam dia telah dijebak oleh Delia, dia pun juga mengerti.

“Entah apa apa yang dimasukkan oleh gadis nakal itu, huh!” gumam Reagan.

“Jika bukan karena obat sialan itu, aku tidak akan tiba di tempat ini. Ternyata hidup di kota besar tidak seindah tinggal di desa kecil.”

Reagan baru satu hari di New York, tapi masalah terus datang setiap jam bahkan setiap menit. Hingga hari ini, dia merasa pusing.

Tunggu!

Reagan tiba-tiba merasa di sebelahnya seperti masih ada satu orang, dia melihat ke sebelah dengan pelan, dan ternyata ada satu wanita cantik dengan selimut menutupi tubuh polosnya.

Di samping bibirnya yang tersenyum manis itu ada dua lesung pipi, kedua kakinya yang panjang nampak tidak tertutupi selimut dengan sempurna.

Dadanya yang besar berukuran 36D juga sangat besar terlihat dari luar selimut, bahkan saat ini Reagan berharap memiliki mata yang bisa tembus pandang.

Tapi, itu bukan yang paling menusuk matanya. Yang paling menusuk mata adalah darah di atas ranjang.

“Oh my God, apa dia beneran masih perawan?” Reagan mengucek matanya yang tidak gatal, dia benar-benar tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

Wanita perawan saat ini, apalagi di kota besar seperti New York sungguh sangat langka. Dia bisa mendapatkan keperawanan dari seorang wanita cantik bernama Claire Cecilia Delaney, ini adalah kemenangan dari hasil perjuangannya melewati kesialan dalam 1 hari ini.

Di saat Reagan sedang mengingat kejadian semalam dan pertemuan mereka hingga berakhir di ranjang king size ini, kepalanya semakin sakit.

“Ahhh, benar-benar sial!”

“Tapi bagaimana kalau kita buat kesialan selanjutnya, Nona Claire!”

Reagan mendekatkan wajahnya pada wajah Claire yang sedang terpejam, lalu melihat darah yang menusuk mata. Reagan benar-benar tidak tega melukai gadis cantik di sampingnya ini.

Tidak tahu kenapa, muncul rasa kasihan di hatinya. Reagan menggelengkan kepalanya, dia langsung meminum air yang tidak tahu kapan dituangnya, lalu dia mengelus pipi Claire yang lembut, bahkan gadis itu masih terlihat cantik saat tidur lelap.

“Menggoda wanita juga tidak salah, kan?” bisiknya di dalam hati.

Dia kemudian bangkit dan berjalan ke kamar mandi, mengguyur tubuhnya dengan air hangat.

Reagan berdiri di depan cermin, menatap wajahnya yang kini sudah bersih, dia baru menyadari bahwa dirinya sangat tampan, tidak kucel dan bau seperti kemarin. Pantas saja para wanita itu memandang jijik padanya.

Aktivitas apapun yang Reagan lakukan di ruangan yang besar itu, Claire masih terus memejamkan matanya, seolah dia tidak akan terbangun walau dunia runtuh sekalipun.

Saat yang sama, mata Reagan tertuju pada pakaian yang robek di lantai, dia merasa sedikit malu mengingat betapa hebat performanya semalam.

Reagan melihat jam yang tergantung di dinding, baru pukul 08.00 pagi, mata kuliah pertama dimulai pukul 10.00 jadi dia masih memiliki waktu 2 jam untuk bersantai.

Reagan melihat kertas dan bolpoin di atas meja, kemudian punya ide untuk menuliskan sesuatu di sana, barangkali dia bisa meninggalkan pesan untuk Claire.

Waktu terus berjalan, Reagan tidak mungkin menunggu sang putri tidur bangun, dia memesan pakaian ganti dan sarapan dari pihak hotel. Reagan tidak tahu sarapan apa yang biasa di makan oleh Claire, dia hanya asal memesan.

Di dalam kertas putih itu, Reagan menulis, “Hai, Nona Claire. Terima kasih untuk malam indahmu, sentuhanmu benar-benar memuaskan. Sekedar pemberitahuan bahwa aku juga perjaka, jadi sebenarnya kita impas. Namun, jika kamu ingin pertanggungjawaban, hubungi aku di nomor (347) 555-1234.”

Berpikir untuk menciumnya sekali lagi, Reagan baru meninggalkan gadis itu. Sangat jarang bisa bertemu dengan wanita yang menggoda seperti ini, apalagi dia adalah gadis yang sangat cantik.

Reagan baru saja pergi, Claire baru membuka matanya. Dia melihat punggung Reagan yang menjauh, hatinya langsung dipenuhi dengan kekesalan dan penyesalan. Claire menggerakkan badannya dan merasakan tubuh bagian bawahnya sangat sakit, dia menggigit bibirnya menahan rasa perih.

Saat mendongakkan kepala, Claire melihat kertas dan sarapan di atas meja, ada juga baju ganti di atas sofa. Jika dipikir-pikir pria ini sungguh teliti.

Claire mengambil kertas di atas meja, membaca tulisannya dengan seksama, lalu mengumpat dengan sangat marah, “Dasar, pria sialan! Akan kubunuh kau!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (7)
goodnovel comment avatar
andrea Platini
ceritanya menarik
goodnovel comment avatar
Kang Hendrik
lanjutkan ceritanya boss
goodnovel comment avatar
Adhy Pratikno Suyanto
Komentar yg aku setujui
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah   102. TEMPAT PERADUAN

    Sejak kembali ke penthouse, hubungan Reagan dan Claire masih renggang. Claire bahkan terkesan menghindarinya dan memilih mengasingkan diri di kamar. Hal itu membuat Reagan sakit kepala. Semenjak hamil, dia melihat Claire tampak jauh lebih menggoda. Aura ibu hamil mulai terpancar meski usia kandungan Claire masih muda. Saat ini, Reagan duduk gelisah di sofa ruang tengah. Sejak semalam ia tidak bisa duduk tenang. Sesuatu miliknya di bawah sana terasa sesak. Celana jin yang ia kenakan justru semakin membuat miliknya itu memberontak. Claire sudah tinggal bersamanya lagi, tetapi Reagan tidak lantas diberikan kesempatan untuk melepas gairah yang tertahan. Di saat Reagan kelimpungan mengendalikan diri, sebuah pesan masuk di ponselnya.. Pesan dari Erik.[Apa kamu masih bersembunyi di balik selimut? Mau sampai kapan kamu menahannya? Hahaha.]Reagan mendengus. Semakin buruk saja suasana hatinya saat ini. Ia mengetikkan balasan pesan dengan makian. Gerakan jarinya di atas layar begitu cepa

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    101. PEMERSATU CLAIRE DAN REAGAN

    “Claire, kamu sudah sadar?” Senyum Reagan merekah ketika dia masuk ke dalam kamar dan mendapati istrinya sudah terduduk di atas ranjang. Nyonya Delanney yang berada di sampingnya segera menyingkir, memberikan ruang bagi Reagan mengisi kekosongan di sisi putrinya. Reagan yang saat itu masih berdiri di ambang pintu, melangkah cepat menghampiri ranjang Claire. Kemudian duduk tepat di bibir tempat tidur. “Bagaimana keadaanmu? Apa ada yang sakit? Katakan padaku apa yang kamu rasakan saat ini,” tanya Reagan tak henti berceloteh. Raut wajahnya sekarang seperti lapisan topeng yang bisa berubah setiap detiknya. Ekspresi lega, khawatir, sekaligus bahagia tergambar bergantian di sana. Ini pertama kalinya Claire melihat Reagan yang begitu ekspresif. “Kenapa kamu masih di sini?” Claire bertanya balik. Senyum di wajah Reagan langsung lenyap. Suasana di ruangan itu mendadak canggung. “Karena aku mengkhawatirkan kamu dan anak kita,” jawab Reagan terus terang. Tidak ada yang dia tutupi saat ini.

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah   100. TIDAK ADA CARA LAIN

    Setelah dokter pribadi keluarga Delanney pergi, ketegangan menyelimuti wajah Tuan dan Nyonya Delanney seketika. Mereka masih berusaha mencerna apa yang dikatakan dokter tadi. Hamil. Adalah satu kata yang berhasil membuat dua orang itu mematung di tempatnya. Tuan Delanney, yang semula terlihat kokoh seperti batu karang di lautan, pijakannya mulai goyah. Tubuhnya hampir oleng jika saja Nyonya Delanney tidak menahan kesadaran sang suami. “Pa, tenangkan dirimu,” kata Nyonya Delanney. Dia tahu kenyataan ini tidak akan mudah diterima oleh suaminya meski mereka akan mendapatkan anggota keluarga baru, keturunan nama besar Delanney. Tetapi, yang menjadi masalah hanyalah, cucu pewaris darah keluarga Delanney adalah benih dari pria berandal dari kalangan bawah ini. Sedangkan Reagan, dia duduk di tepi ranjang. Menunggu Claire siuman dengan kesabaran setinggi langit. Tangan lemah Claire diusap pelan, sesekali Reagan mengedar pandang pada seluruh tubuh Claire yang terlihat lebih kurus dari terak

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah   99. PILIHAN ATAU DESAKAN?

    “Whoaah! Whoaah! Apakah kamu sudah benar-benar gila, Reagan? Kamu baru saja memberikan tawaran bernada ancaman pada petinggi Jordan? Whoah! Aku tidak mengerti lagi jalan pikiranmu.” Sepanjang jalan pulang setelah dari restoran itu, Erik tidak bisa berhenti berceloteh. Di balik kemudi dan fokusnya terhadap laju mobil, dia masih tidak menyangka dengan keputusan gila yang Reagan ambil. Sedangkan, sosok yang dikagumi Erik barusan, duduk santai di kursi penumpang sebelah Erik. Menatap lurus ke depan pada sibuknya jalanan di pusat kota New York. “Aku hanya mengambil keuntungan semaksimal mungkin,” katanya, tanpa beralih pada Erik. “Lagipula, apa yang aku katakan pada Theo, semuanya ada di kontrak kerja sama. Sedikit saja mereka berkhianat, mereka bisa masuk ke jurang menyeret semua hartanya.” Erik di sebelahnya duduk diam sambil mengernyitkan dahi. Dia berusaha mengingat sesuatu meski tidak yakin apa yang dia pikirkan saat ini benar adanya. “Jika aku tidak salah ingat, saat mengakses Cl

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah   98. STRATEGI REAGAN

    Paruh baya di depan Reagan kini berusaha terlihat sesantai mungkin, namun di mata Reagan hal itu seperti terlalu dipaksakan.“Ini sebuah kesempatan berharga untukku bisa bertemu dengan peretas handal sepertimu, Reagan,” ucap Theodore sebagai sambutan hangat. Dua orang lain di samping Reagan, satu menatap bangga pada interaksi mereka, satu orang lain, yakni Erik, memandang Reagan dan Theodore bergantian dengan sorot khawatir. Pria ini, terlihat memiliki kharisma yang sangat besar meliputi dirinya yang dibalut dengan pakaian mahal. Lihat itu, setelan jas coklat tua yang dipakai Theodore, Reagan sangat tahu itu adalah merek ternama hasil karya salah satu desainer ternama di Italia. Jangan lupakan dasi putih bercorak garis diagonal yang samar, adalah dasi keluaran terbatas yang hanya bisa dibeli oleh orang-orang dari kalangan atas. “Senang juga bisa bertemu dengan Anda, Tuan Theo,” ucap Reagan disertai senyumannya yang memikat. Di kursi lain, diam-diam Pricilla mengulum bibir saat mema

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah   97. PERTEMUAN KAMUFLASE

    Di ruang kelas Nayla duduk di kursi paling sudut dekat jendela. Kepalanya tertunduk lemas, belakangan, kondisi kesehatannya pun menurun. Kelas baru akan dimulai sepuluh menit lagi. Seorang wanita cantik tinggi semampai, tubuhnya sedikit berisi namun seksi, mendekati Nayla. “Aku akui kali ini kamu menang, Nayla,” ucap wanita itu. Nayla lantas mengangkat pandangannya ke arah sumber suara. Belva sudah berdiri di depan mejanya, dengan raut wajah ditekuk ratusan lipat. Menyadari apa yang sedang dibicarakan Belva, dia menyeringai. “Kamu sudah kalah telak. Aku berhasil membuat mereka berpisah!” Nayla membalas dengan sangat semangat. “Sudah aku katakan, Reagan akan berpihak padaku. Aku bisa tidur bersamanya sedangkan kamu.” Nayla sengaja menghentikan kalimatnya. Matanya naik turun dari atas ke bawah memindai penampilan Belva. “Hanya bisa mendapatkan asistennya!” Lemas di tubuh Nayla mendadak lenyap, berganti menjadi sebuah dorongan energi untuk menertawakan nasib lawan mainnya ini. Waja

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    96. BERITA YANG MENGGUNCANG DUNIA

    “Paman, jangan terlalu sibuk memikirkan siapa aku sebenarnya. Aku hanya suami Claire, suami yang masih sah secara hukum. Sebagai menantu, aku ingin membantu menyelesaikan masalah ini karena aku tidak akan membiarkan istriku hidup menderita. Jadi, putuskanlah, apakah kamu akan mengambil tawaranku atau tidak?” Di tempatnya berdiri, Tuan Delanney menunjukkan ekspresi rumit. Nyonya Delanney dan Claire juga sama bingungnya. Semua hal yang ada dalam diri Reagan terlalu gelap, hingga mereka tidak bisa meraba ataupun menerka latar belakang sosok asing di hadapan mereka kini. “Siapa yang bilang aku akan ikut denganmu?” tanya Claire sinis. “Aku akan di sini bersama orang tuaku dan menyelesaikan urusan keluarga kami sendiri. Lebih baik kamu pergi saja.” Reagan terkekeh, dia seperti sedang melihat seseorang berusaha membohongi diri sendiri. Dan itu yang sedang Claire lakukan. “Oh, Claire, aku tidak memberimu pilihan. Aku menjalankan tugasku sebagai suami untuk bertanggung jawab atas apa yang h

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    95. SEHARUSNYA MENANTU IDAMAN

    Mata merah Claire yang menyala-nyala menunjukkan kebencian yang begitu dalam. Begitu juga dengan kedua orang tua Claire. Mereka bahkan tidak bisa menutup mulutnya yang terbuka lebar ketika melihat keberanian Reagan. Reagan kali ini berpenampilan berbeda. Dari ujung rambut sampai ujung kaki, pakaiannya adalah keluaran merek ternama. Sepatu pantofel hitam pekat mengkilat, setelan jas fit body dari bahan premium, dan aroma parfum Bacarat Rouge membelai penciuman mereka dengan halus. Dari ini saja, seharusnya sudah cukup memberi tahu keluarga Delanney siapa sosok yang mereka hadapi saat ini. Tetapi, sekali lagi, Reagan tidak ingin segala rahasianya terbuka dengan mudah. Dia tersenyum, memandangi wajah Claire yang sangat dia rindukan. “Tidakkah kamu memintaku untuk sekadar duduk dulu?” katanya. Claire mendengus. “Untuk apa? Kamu bukan tamu di sini.”“Tapi, aku suamimu.” “Itu dulu, tidak lagi sekarang!” Tuan Delanney, seharusnya dia senang melihat perselisihan putri dan menantu yang

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    94. TITIK BALIK PERKARA

    Setelah mendapat telepon dari ayahnya, Reagan langsung memberikan beberapa tugas pada Erik. Di dalam penthouse yang sepi ini, mereka duduk di ruang tengah. Dengan laptop masing-masing yang menyala menampilkan sederet kode di sistem perangkat lunak. Tambang lithium yang selama ini tertidur pulas, mulai menunjukkan eksistensinya. Saat ini Reagan tengah membuka sistem pengendalian tambang jarak jauh. Sistem itu yang menghubungkan tambang dengan pusat kontrol di Australia. Dimana saat ini Anthony memegang penuh kuasa area itu.Tambang lithium yang Reagan temukan dilengkapi dengan jaringan komunikasi satelit dan jaringan fiber optik yang menghubungkan para petinggi dengan sistem operasi yang berjalan di tambang itu. Reagan membuka sistem cloud, yang sudah dienkripsi dan diamankan oleh sistem VPN korporat buatannya dua tahun lalu. Kemudian membaca semua data operasi tambang yang diperbarui dalam skala pembaruan waktu nyata. Tidak hanya membaca data di cloud. Reagan juga beralih pada i

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status