Share

Bab 7

Rania mengangguk dengan wajah pucat. Setelah Reynald meninggalkan ruangan meeting, barulah Rania bisa bernapas dengan lancar.

"Rania, kamu baik-baik aja, 'kan?" tanya Listy dengan iba menatap wajah pucat Rania.

Listy dan Vira merasa kasihan pada Rania yang sejak tadi menjadi target incaran Reynald sepanjang meeting berlangsung.

"Aku merasa sesak nafas," ucap Rania dengan suara lemas. "Orang itu kenapa marah-marah ke aku terus, sih! Apa dia memang suka ngerjain karyawan baru?" tanya Rania heran.

"Pak Reynald nggak pernah kaya gini lho sebelumnya. Biasanya dia selalu cuek sama karyawan baru," ungkap Vira. "Tapi nggak tahu kenapa hari ini beliau nyeremin banget. Nggak cuma kamu aja yang lemas, kita semua di sini juga sama tegangnya kayak kamu. Kita juga takut,” sambung Vira.

Seluruh staf nampak heboh menggosipkan sikap Reynald hari ini. Memang di saat ada masalah, tak jarang mereka akan dimaki-maki oleh atasan mereka. Hanya saja, mereka tidak menyangka kalau bos mereka akan memaki-maki karyawan baru yang belum tahu apa-apa.

"Yang sabar ya, Ran. Kalau lagi ada masalah gini, Bos emang suka kayak gitu. Biasanya Bos baik dan ramah, kok." Listy mencoba menghibur Rania.

Belum sempat Rania kembali ke mejanya, tiba-tiba saja Rania dipanggil sekretaris Reynald untuk ke ruangan Reynald saat itu juga. Sepertinya wanita itu akan kembali dimaki-maki oleh Reynald yang belum puas meluapkan amarahnya pada Rania.

"Semangat ya, Ran!" seru Vira dan Listy pada Rania.

Rania berusaha keras untuk tersenyum. Perjalanan menuju ke ruangan Reynald terasa seperti berjalan ke arah pintu neraka, setelah sebelumnya Rania mendapatkan bentakan dan perlakuan kurang menyenangkan dari atasan yang baru ia jumpai itu.

"Dia mau ngapain lagi, ya? Apa dia masih mau ngomelin aku?" gumam Rania. "Ini hari aku pertama kerja, tapi kenapa aku udah dimarahin kayak gini, sih! Apa salah aku coba?" batinnya bertanya-tanya.

***

Tok Tok!

"Masuk!" seru Reynald pada orang yang saat ini sudah berdiri di depan pintu ruangannya.

Rania pun muncul dari balik pintu dan segera menghadap Reynald. "Bapak manggil saya?" tanya Rania.

Reynald yang tengah fokus pada berkas yang ada di mejanya langsung mengalihkan perhatian begitu ia melihat Rania yang sudah berada di ruangannya. Pria itu menatap Rania dengan senyum mengejek, kemudian kembali melempar sindiran pada wanita yang sudah membuatnya kesal itu.

"Ternyata dunia sempit banget, ya? Siapa sangka kita bisa ketemu di sini," ujar Reynald.

Rania mengernyitkan dahi. Wanita itu benar-benar tidak tahu maksud perkataan dari Reynald. Reynald pun tidak tahu kalau Rania tak mengenali dirinya.

"Si Bos ngomong apa, sih?" batin Rania bingung.

"Maaf, Pak, maksud Bapak apa, ya? Memangnya kita pernah ketemu sebelumnya?" tanya Rania kemudian.

Reynald terkesiap. Pria itu dibuat keheranan dengan sikap Rania yang seolah tidak mengenal dirinya.

"Lah … bukannya kita baru aja ketemu pagi tadi. Masa dia udah lupa?" batin Reynald.

Reynald menatap Rania dengan seksama. "Dia ini beneran nggak kenal aku atau cuma pura-pura nggak kenal?" gerutu Reynald dalam hati.

Pria itu benar-benar kesal melihat respon Rania yang tidak mengenali dirinya. Padahal Reynald sudah mengalami kerugian besar karena Rania. Pria itu juga jadi terlambat datang menemui klien karena Rania, dan ia harus menanggung kerugian hingga ratusan miliar.

Tak hanya itu, Reynald juga masih merasakan nyeri pada bagian vitalnya setelah ditendang oleh Rania pagi tadi. Ada begitu banyak perlakuan buruk yang diberikan Rania pada Reynald, tapi sayangnya Rania tidak tahu kalau orang itu adalah orang yang saat ini ada di hadapannya.

"Apa yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Rania dengan wajah polosnya.

Reynald terus memandang Rania untuk melihat ekspresi wanita itu ketika ia sedang mengajukan beberapa pertanyaan kepada Rania. Setelah pria itu memberikan beberapa pertanyaan kepada Rania, Reynald mulai yakin jika Rania memang tidak mengenali dirinya.

"Aneh banget. Kenapa dia nggak ngenalin aku? Masa iya dia secepat itu lupa sama kejadian tadi pagi? Gampang banget dia lupain aku. Semudah itu?" batin Reynald keheranan.

"Kenapa dia malah bengong, sih? Aku dipanggil ke sini cuma buat lihatin dia bengong?" oceh Rania dalam hati.

Meskipun Rania tidak mengenali Reynald, tapi Reynald akan tetap memberikan balasan kepada Rania. Pria itu akan memberikan pelajaran pada Rania selama di kantor. Reynald akan membuat Rania tidak betah bekerja di perusahaannya. Reynald akan memberikan pengalaman terburuk untuk Rania sampai dendamnya bisa terbalaskan.

"Saya cuma mau ngobrol sebentar aja sama kamu. Selamat bergabung di perusahaan kami. Semoga kamu betah," ucap Reynald sembari memperlihatkan senyum liciknya.

"Selamat datang di tempat penyiksaan, Rania!" batin Reynald.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status