Share

Bab 7

last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-27 19:28:18

Rania mengangguk dengan wajah pucat. Setelah Reynald meninggalkan ruangan meeting, barulah Rania bisa bernapas dengan lancar.

"Rania, kamu baik-baik aja, 'kan?" tanya Listy dengan iba menatap wajah pucat Rania.

Listy dan Vira merasa kasihan pada Rania yang sejak tadi menjadi target incaran Reynald sepanjang meeting berlangsung.

"Aku merasa sesak nafas," ucap Rania dengan suara lemas. "Orang itu kenapa marah-marah ke aku terus, sih! Apa dia memang suka ngerjain karyawan baru?" tanya Rania heran.

"Pak Reynald nggak pernah kaya gini lho sebelumnya. Biasanya dia selalu cuek sama karyawan baru," ungkap Vira. "Tapi nggak tahu kenapa hari ini beliau nyeremin banget. Nggak cuma kamu aja yang lemas, kita semua di sini juga sama tegangnya kayak kamu. Kita juga takut,” sambung Vira.

Seluruh staf nampak heboh menggosipkan sikap Reynald hari ini. Memang di saat ada masalah, tak jarang mereka akan dimaki-maki oleh atasan mereka. Hanya saja, mereka tidak menyangka kalau bos mereka akan memaki-maki karyawan baru yang belum tahu apa-apa.

"Yang sabar ya, Ran. Kalau lagi ada masalah gini, Bos emang suka kayak gitu. Biasanya Bos baik dan ramah, kok." Listy mencoba menghibur Rania.

Belum sempat Rania kembali ke mejanya, tiba-tiba saja Rania dipanggil sekretaris Reynald untuk ke ruangan Reynald saat itu juga. Sepertinya wanita itu akan kembali dimaki-maki oleh Reynald yang belum puas meluapkan amarahnya pada Rania.

"Semangat ya, Ran!" seru Vira dan Listy pada Rania.

Rania berusaha keras untuk tersenyum. Perjalanan menuju ke ruangan Reynald terasa seperti berjalan ke arah pintu neraka, setelah sebelumnya Rania mendapatkan bentakan dan perlakuan kurang menyenangkan dari atasan yang baru ia jumpai itu.

"Dia mau ngapain lagi, ya? Apa dia masih mau ngomelin aku?" gumam Rania. "Ini hari aku pertama kerja, tapi kenapa aku udah dimarahin kayak gini, sih! Apa salah aku coba?" batinnya bertanya-tanya.

***

Tok Tok!

"Masuk!" seru Reynald pada orang yang saat ini sudah berdiri di depan pintu ruangannya.

Rania pun muncul dari balik pintu dan segera menghadap Reynald. "Bapak manggil saya?" tanya Rania.

Reynald yang tengah fokus pada berkas yang ada di mejanya langsung mengalihkan perhatian begitu ia melihat Rania yang sudah berada di ruangannya. Pria itu menatap Rania dengan senyum mengejek, kemudian kembali melempar sindiran pada wanita yang sudah membuatnya kesal itu.

"Ternyata dunia sempit banget, ya? Siapa sangka kita bisa ketemu di sini," ujar Reynald.

Rania mengernyitkan dahi. Wanita itu benar-benar tidak tahu maksud perkataan dari Reynald. Reynald pun tidak tahu kalau Rania tak mengenali dirinya.

"Si Bos ngomong apa, sih?" batin Rania bingung.

"Maaf, Pak, maksud Bapak apa, ya? Memangnya kita pernah ketemu sebelumnya?" tanya Rania kemudian.

Reynald terkesiap. Pria itu dibuat keheranan dengan sikap Rania yang seolah tidak mengenal dirinya.

"Lah … bukannya kita baru aja ketemu pagi tadi. Masa dia udah lupa?" batin Reynald.

Reynald menatap Rania dengan seksama. "Dia ini beneran nggak kenal aku atau cuma pura-pura nggak kenal?" gerutu Reynald dalam hati.

Pria itu benar-benar kesal melihat respon Rania yang tidak mengenali dirinya. Padahal Reynald sudah mengalami kerugian besar karena Rania. Pria itu juga jadi terlambat datang menemui klien karena Rania, dan ia harus menanggung kerugian hingga ratusan miliar.

Tak hanya itu, Reynald juga masih merasakan nyeri pada bagian vitalnya setelah ditendang oleh Rania pagi tadi. Ada begitu banyak perlakuan buruk yang diberikan Rania pada Reynald, tapi sayangnya Rania tidak tahu kalau orang itu adalah orang yang saat ini ada di hadapannya.

"Apa yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Rania dengan wajah polosnya.

Reynald terus memandang Rania untuk melihat ekspresi wanita itu ketika ia sedang mengajukan beberapa pertanyaan kepada Rania. Setelah pria itu memberikan beberapa pertanyaan kepada Rania, Reynald mulai yakin jika Rania memang tidak mengenali dirinya.

"Aneh banget. Kenapa dia nggak ngenalin aku? Masa iya dia secepat itu lupa sama kejadian tadi pagi? Gampang banget dia lupain aku. Semudah itu?" batin Reynald keheranan.

"Kenapa dia malah bengong, sih? Aku dipanggil ke sini cuma buat lihatin dia bengong?" oceh Rania dalam hati.

Meskipun Rania tidak mengenali Reynald, tapi Reynald akan tetap memberikan balasan kepada Rania. Pria itu akan memberikan pelajaran pada Rania selama di kantor. Reynald akan membuat Rania tidak betah bekerja di perusahaannya. Reynald akan memberikan pengalaman terburuk untuk Rania sampai dendamnya bisa terbalaskan.

"Saya cuma mau ngobrol sebentar aja sama kamu. Selamat bergabung di perusahaan kami. Semoga kamu betah," ucap Reynald sembari memperlihatkan senyum liciknya.

"Selamat datang di tempat penyiksaan, Rania!" batin Reynald.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bos Killer itu Pacar Rahasiaku    Bab 67

    Rania yang terkejut mendengar suara beling pecah pun lantas menoleh ke arah bosnya dan melihat telapak tangan Reynald yang mengeluarkan darah.Rania lantas bergegas mengambil sapu tangan di tasnya dan berlari ke meja Reynald. Mengelap telapak tangan Reynald yang penuh dengan darah. “Ya ampun, Pak! Kenapa bisa gini?” panik Rania. Namun, Reynald hanya diam membisu dengan tatapan kosongnya. Terlihat jelas mata pria itu yang tenah memancarkan emosi.Rania kemudian berlari mengambil betadine dan kain kasa guna membelitkan luka di tangan Reynald. Dengan pelan dan telaten, Rania mengobati luka itu. Setelah selesai mengobati tangan Reynald, Rania segera membersihkan beling-beling yang berceceran di lantai.Tatapan Reynald masih terpaku pada pikirannya. Pria itu bahkan tak sadar jika Rania sudah mengobati luka di tangannya, dan Rania juga yang membersihkan pecahan-pecahan beling itu.Rania lantas kembali ke mejanya setelah selesai membersihkan pecahan-pecahan gelas kaca itu. Namun, belum sampa

  • Bos Killer itu Pacar Rahasiaku    Bab 66

    “Udah lama kerja sama Reynald?” tanya Irene seraya berdiri di samping Rania dan merapikan penampilannya.“Lumayan, Mbak!” jawab Rania. Wanita itu terpaksa harus berbohong sebab Rania melihat Irene ini agak sedikit sombong.“Oh.” Hanya itu yang keluar dari mulut Irene.“Mbaknya udah kenal sama Pak Reynald?” tanya Rania yang sengaja memancing Irene.“Ya. Kami sudah kenal cukup lama. Sangat lama, dan sangat kenal,” jawab Irene sombong.“Oh.” Rania mengangguk.“Reynald belum punya pacar, kan?” tanya Irene.“Kalau itu saya tidak tahu, Mbak. Karena itu bukan wewenang saya untuk mengurus hidup orang lain,” ujar Rania yang mampu merubah ekspresi wajah Irene.Wanita itu tampak kesal mendengar jawaban dari mulut Rania. Rania seolah seperti sedang menyindir Irene. Rania kemudian pamit untuk kembali ke ruangan Indira, sedangkan Irene justru mengepalkan tangannya seraya menatap punggung Rania yang semakin menjauh.***Setelah dari toilet Reynald memutuskan untuk kembali ke kantor bersama Rania. Pr

  • Bos Killer itu Pacar Rahasiaku    Bab 65

    Saat ketiga orang itu sedang fokus membicarakan perkembangan bisnis kain di perusahaan Reynald, tiba-tiba seorang wanita misterius datang dan mengetuk pintu ruangan Indira.“Masuk!” seru Indira mempersilakan.Wanita misterius itu pun masuk ke dalam ruangan Indira dengan langkah percaya dirinya bersama dengan seorang office girl yang kebetulan juga berada di depan pintu ruangan Indira. Rania menoleh sesaat untuk melihat orang yang datang tersebut, kemudian kembali fokus pada percakapan antara Reynald dan Indira.Wanita misterius itu tampak berjalan beriringan bersama dengan office girl tersebut, kemudian office girl itu meletakkan kopi yang ia buat di meja yang ada di depan ketiga orang itu, sedangkan Irene berdiri di samping office girl itu.Pembicaraan spontan terhenti saat office girl tersebut mempersilakan para tamu untuk meminum kopi yang telah ia buat. “Silakan diminum, Pak, Bu!” ucap office girl itu dengan ramah.Reynold menoleh menatap depan. Di mana office girl itu berdiri dan

  • Bos Killer itu Pacar Rahasiaku    Bab 64

    Sesampainya di tempat yang telah ditentukan, Reynald dan Rania segera turun dari mobil. Keduanya berjalan beriringan menuju meja tempat bertemu dengan klien. Baru saja keduanya duduk di bangku yang telah dipesan oleh Reynald, klien itu datang. Reynald dan Rania sontak kembali berdiri dan menyambut klien mereka. “Selamat pagi, Pak Reynald. Bagaimana kabarnya?” sapa klien Reynald.“Baik. Sangat baik. Silakan duduk, Pak.” “Ini sekretaris barunya atau calon Pak Reynald, nih?” tanya klien itu saat bersalaman dengan Rania.Rania yang mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh klien itu pun mencoba menyanggahnya. Takut jika Reynald tersinggung. “Ah, saya–” Belum selesai Rania berbicara, Reynald lebih dulu memotongnya. “Dia sekretaris pribadi saya,” ucap Reynald tersenyum.“Oh, pantes. Hahahaha. Ya ya ya, saya mengerti.” Klien itu spontan tertawa. Mengerti maksud dari ucapan Reynald, sedangkan Rania justru mengerutkan keningnya merasa bingung kenapa orang itu tertawa.****“Udah dari tadi

  • Bos Killer itu Pacar Rahasiaku    Bab 63

    Tak lama mobil Reynald berhenti di sebuah toko. Reynald segera keluar dari mobilnya, sedangkan Rania yang bingung pun hanya diam membeku di dalam mobil. Reynald yang melihat Rania hanya diam pun memberikan kode lewat gerakan kepalanya agar Rania keluar dari kendaraan itu.“Pilihkan sepatu yang bagus untuk dia,” titah Reynald seraya menunjuk Rania yang masih berada di belakangnya. “Baik, Pak!” patuh pelayan itu.“Ukuran sepatunya nomor berapa, Kak?” tanya pelayan itu pada Rania yang kini menatapnya bingung.“Hah? Saya?” tanya Rania bingung.“Iya, Kak. Ukuran kaki kakak nomor berapa?” “Tiga puluh delapan. Kenapa, Mbak?”“Tidak apa-apa, Kak. Sebentar ya, saya carikan dulu,” ujar pelayan itu yang kemudian mengambil beberapa wedges dan high heels yang bagus dan cocok untuk Rania.Rania hanya diam berdiri menatap bos dan pelayan toko itu dengan bingung. Beberapa saat kemudian pelayan toko itu pun datang dengan membawa beberapa kardus yang isi di dalamnya adalah model sandal dan sepatu yan

  • Bos Killer itu Pacar Rahasiaku    Bab 62

    “Pagi, Pak!” sapa Rania pada satpam penjaga kantor.“Pagi juga, Bu Rania,” balas satpam tersebut.Rania melangkah masuk ke dalam kantor. Tak lama disusul oleh seorang pria berbadan tegap yang juga baru datang.“Pagi, Pak!” siapa para satpam pada Reynald.“Pagi,” jawab Reynald.Rania yang sedang menatap layar teleponnya sedikit terkejut saat tiba-tiba ada seseorang yang berjalan di sampingnya. Wanita itu sontak menoleh dan melihat siapa orang yang berada di sampingnya. Ternyata orang itu adalah bosnya.“Eh, Bapak,” nyengir Rania. “Pagi, Pak!” sambung wanita itu.“Segera bersiap. Sebentar lagi kita berangkat,” ujar Reynald tanpa menjawab sapaan dari Rania.“Baik, Pak.” Keduanya lantas menuju ke meja kerja mereka masing-masing. Namun, tiba-tiba Reynald memanggil Rania.***Seorang wanita memasuki gedung perusahaan besar dengan langkah anggun bak model ternama papan atas. Kacamata yang bertengger di hidungnya ia naikkan hingga di atas kepala. Semua mata tertuju padanya. Dengan angkuhnya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status