Walaupun Zeira sudah memohon, namun Anjas tetap pada keputusannya untuk memecat Zeira dari sana. Zeira ke luar dari ruangan Anjas sambil berurai air mata. "Zeira kamu kenapa?" Tanya Saddam yang baru ke luar dari ruangannya. Ia menghampiri Zeira lalu mengajaknya duduk di sofa. "Kamu kenapa menagis?" Saddam kembali bertanya karena Zeira belum menjawabnya dari tadi. "Pak Anjas memecat aku, Pak." "Ha...." Saddam terkejut, "Kenapa?" Lanjutnya bertanya. "Karena kesalahan kemarin. Tapi wajar jika Pak Anjas memecat aku dari sini, soalnya aku sudah membuat meeting Pak Anjas dengan kliennya berantakan." Zeira menyalahkan dirinya atas kejadian tadi malam. "Enggak, kamu enggak membuat berantakan kok. Aku tahu kalau kamu juga tidak menginginkan hal itu terjadi." Bantah Saddam. Ia tahu kalau Zeira tidak berpura-pura atau sengaja. Lagipula mana ada orang yang menginginkan dirinya pingsan. "Kamu tunggu di sini dulu, biar aku coba bicara pada Pak Anjas." Saddam bangkit dari sofa, tetapi Zeir
Empat bulan telah berlalu, di mana saat ini usia kandungan Zeira sudah memasuki tujuh bulan. Bahkan akhir-akhir ini dia sering berangkat subuh saat pergi bekerja dan pulang malam. Itu semua ia lakukan agar para tetangga tidak melihat kalau perutnya sudah semakin membesar. Begitu juga dengan malam ini, Zeira sengaja pulang malam. Tetapi seratus meter dari rumahnya! Ia sudah melihat kerumunan warga di sana. Zeira memarkirkan motor sembarang lalu berlari melewati keramaian, ia langsung memeluk ibunya yang berdiri di bibir pintu. "Ibu, Ibu ada apa ini?" Tanya Zeira sambil memeluk ibunya. "Sekarang kalian harus pergi dari sini." Sahut salah satu warga. "Iya kalian harus pergi malam ini juga." Sahut yang satu lagi. "Usir, usir, usir mereka," ucap para warga. "Kenapa Bu, kenapa kami diusir dari sini?" Tanya Zeira sambil meneteskan air mata. Sebenarnya ia sudah tahu kenapa para warna meminta mereka pergi dari sana. Tentunya karena ia hamil di luar nikah. "Kamu tidak perlu berpura-pura
Akhirnya Zeira mengikut ucapan ibu dan sahabatnya. Kini ia sedang berada di rumah sakit bersama Susan. "Semuanya baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, sakit di bagian pinggul dan pinggang, itu biasa. Apalagi saat ini usia kandungan Ibu Zeira sudah memasuki 7 bulan." Jelas dokter setelah selesai memeriksa kandungan Zeira. "Baik Dokter." Jawab Zeira dengan ramah. "Kalau begitu kami permisi dulu Dok." Lanjutnya sambil menyodorkan tangan untuk menjabat Dokter, begitu juga dengan Susan. "Syukur ya Ra, kandungan kamu baik-baik saja. Aku senang deh pas lihat bayinya bergerak saat USG tadi. Jadi udah gak sabar lagi nunggu kamu melahirkan," ucap Susan sambil melangkah menyusuri lorong rumah sakit. "Iya San, aku juga senang karena anakku baik-baik saja." Timpal Zeira. Dulu Zeira tidak menginginkan bayi itu bahkan ia sudah sempat berniat untuk menggugurkannya. Tetapi karena Maria selalu menasehatinya dan memberikan semangat! Akhirnya Zeira menyayangi janin yang ada di dalam kan
Satu Minggu telah berlalu, di mana pagi ini para wanita cantik sudah berkumpul di perusahaan Wijaya untuk mengikuti sayembara. Ada yang dari golongan atas ada juga dari golongan menengah, bahkan banyak yang masih berusia 20 tahun. Mereka berlomba-lomba untuk menjadi istri Anjas, walupun hanya istri kontrak. Setidaknya mereka sudah merasakan kehangatan tubuh pria tampan itu dan anak yang lahir dari rahimnya akan menjadi pewaris Wijaya. Di saat acara sedang berlangsung, tiba-tiba terdengar suara pecahan dari ruangan OB, lebih tepatnya ruangan Zeira. Mendengar suara itu, Saddam dan beberapa karyawan bergegas ke sana. "Zeira." Panggil Saddam dari pintu. Ia berlari menghampiri Zeira yang sudah tergeletak di atas lantai dengan kondisi kening mengeluarkan darah, dan serpihan kaca berserakan di sekitarnya. "Ya Tuhan, apa yang terjadi dengannya, Pak?" ucap karyawan wanita yang ikut bersama Saddam. "Aku tidak tahu, tolong handle acaranya. Aku akan membawa Zeira ke rumah sakit." "Baik pak.
Par........ Tiba-tiba pintu terbuka dengan kasar. Sontak membuat Zeira dan Anjas terkejut. "Anjas aku ingin bicara denganmu," ucap Bella yang baru muncul dari balik pintu. "Bisa kah kamu memasuki ruangan seseorang dengan sopan?" Tegur Anjas dengan nada yang lembut. Pria tampan itu sangat benci dengan orang yang tidak memiliki sopan santun. "Maaf aku tidak bermaksud begitu, hanya saja aku terbawa suasana." Sahut Bella dengan wajah yang serius. "Aku datang kemari........." Bella belum menyelesaikan ucapnya, tetapi sudah di seka oleh Anjas. "Apa kamu ingin membicarakan tentang sayembara yang sedang aku adakan saat ini ?" "Iya." Sahut Bella bersama anggukan kepala. Anjas melangkah menghampiri Bella, ia mencengkram pergelangan tangan wanita cantik itu lalu membawanya ke luar dari sana. Sementara Zeira hanya diam dan tidak berani membuka mulut, sebab itu bukanlah urusannya, melainkan urusan pribadi bosnya. "Kita tidak perlu membicarakan itu lagi. Apa yang kamu lihat! Itulah yang seb
Satu tahun telah berlalu, di mana saat ini bayi mungil itu sudah menjelma menjadi balita yang menggemaskan. Hari ini ia genap satu tahun dan saat ini Zeira sedang sibuk membuat kuel untuk putra kesayangannya. Selama setahun ini Zeira bekerja keras untuk mendapatkan uang, sehingga ia bisa membeli rumah sederhana untuk tempat tinggal mereka. Pagi sampai sore ia bekerja sebagai OB di perusahaan Wijaya, dan malam harinya ia membuat kue kering untuk dititip di warung yang ada disekitar kontrakan. Tidak jarang ia mendapat orderan kue saat para tetangganya memiliki hajatan atau ada yang ulang tahun. Zeira juga sering mendapat uang tip dari karyawan jika dia membuat kopi untuk mereka. Dalam satu tahun ini Zeira bekerja dengan santai di perusahaan Wijaya, karena yang menangani perusahaan saat ini adalah Gunawan, sebab Anjas diutus ayahnya untuk menangani perusahaan yang di Singapura. Gunawan melakukan semua itu, untuk membatalkan sayembara yang dilakukan Anjas. "Mama...Mama, Toya." Zeira t
Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam, namun Zeira masih setia duduk di bangku parkiran bersama security. Wanita cantik itu sebenarnya sudah selesai bekerja sejak jam 5 sore, tetapi karena hujan deras! la tidak bisa pulang dengan mengendarai motor, akhirnya Zeira memutuskan duduk di sana sambil menunggu hujan reda. Tin....tin.....tin...... Suara klakson mobil itu membuat Zeira dan security terkejut. Keduanya gugup saat kacanya terbuka. "Kalau pacaran bukan di sini tempatnya," ucap Anjas. "Ma...ma....maaf Pak. Aku hanya menemani mbak Zeira, soalnya dia enggak bisa pulang karena hujan deras," ucap security dengan ragu-ragu. Anjas bukannya menjawab, justru kembali menutup kaca mobilnya dan pergi meninggalkan parkiran. Mobil mewah itu sudah 30 menit meninggalkan perusahaan Wijaya namun tiba-tiba kembali lagi. "Apa ada yang tertinggal Pak?" Tanya security dengan sigap. "Suru dia masuk," ucap Anjas dengan angkuh. "Dia!" Security bingung, ia tidak mengerti siapa maksud Anjas. "Lola
"San, kamu kenal sama mbak Bella?" Tanya Zeira. "E...e... enggak, kenal gitu ajah." Jawab Susan dengan ragu-ragu. Setelah 15 menit berlalu, mereka tiba di sebuah rumah sakit yang berada di pinggiran kota. Keduanya dibawa masuk keruangan UGD untuk dilakukan tindakan. Susan menemani Bella, sedangkan Zeira menemani Anjas sambil menggendong Azka. "Sayang kamu tenang dulu ya?" Bujuk Zeira kepada putranya. Sebab dari tadi Azka berusaha melepaskan tubuhnya dari gendongan Zeira. Padahal mereka saat ini sedang mendorong tempat tidur Anjas menuju ruang UGD. Entah mengapa balita yang baru berusia satu tahun itu selalu menunjuk jari tangannya ke arah Anjas sambil mengatakan Pa...Pa... "Papa, Papa, Papa." Panggil Azka. "Sayang, dia itu bukan Papa! Tapi bos Mama." Zeira berusaha menjelaskan siapa Anjas kepada Azka. Tetapi apalah daya, Azka masih kecil dan belum mengerti apa-apa. "Ibu tunggu di sini ya? Kami akan memeriksa pasien." Perawat meminta Zeira untuk menunggu di luar. Namun hati Z