Waktu menunjukkan pukul 5 sore, Anjas dan Azka sudah terlebih dahulu meninggalkan perusahaan Wijaya. Sedangkan Zeira masih tinggal di sana. Wanita cantik itu sedang menunggu ojek online yang ia pesan melalui ponselnya. "Kamu belum pulang?" Tanya Saddam yang baru ke luar dari gerbang, dengan mengendarai mobil. "Ini lagi nunggu ojek Pak." Jawab Zeira. "Aku antar aja yuk?" Ajak Saddam. Zeira tersenyum, "Terima kasih Pak, tapi aku sudah terlanjur memesan ojek, gak enak kalau dibatalkan." Tolak Zeira dengan lembut. Lagi pula walupun Zeira belum sempat memesan ojek, dia tidak mungkin menerima tawaran Saddam. Karena jika Saddam tahu Zeira tinggal di kediaman Wijaya! Tentu pria tampan itu curiga kepadanya. "Iya juga sih." Timpal Saddam sambil membuka pintu mobil lalu turun. "Bapak kenapa ke luar dari mobil?" Tanya Zeira. Hehehe, Saddam terkekeh. "Kasihan dong wanita secantik kamu nunggu ojek sendirian." "Ah, bapak bisa ajah." Zeira tersipu malu. Kata cantik yang ke luar dari mulut S
Tepat pukul 7 malam, semua keluarga Wijaya sudah berkumpul di meja makan untuk makan malam bersama. Biasanya Zeira yang selalu menyuapi Azka, namun kali ini anak menggemaskan itu disuapi oleh Anjas. "Pah." panggil Zeira ragu-ragu setelah mereka selesai makan malam. "Iya." Sahut Gunawan. "Pah, bisakah besok aku tidak masuk kantor?" Pertanyaan Zeira membuat kepala Anjas terangkat, ia menatap wanita cantik itu dengan tatapan tidak suka. "Apa kamu sakit?" Tanya Gunawan. "Tidak Pah, besok aku ada urusan penting ke Bandung." "Ow...biar sopir yang mengantar kamu ke Bandung." Tawar Gunawan. "Enggak usah Pah, aku naik angkutan umum saja." Tolak Zeira. "Enggak usah sok jual mahal Zeira." Sambut Riana sambil tersenyum sinis. "Mamah, jangan bicara seperti itu. Mungkin saja Zeira ingin pergi dengan seseorang." Kali ini Armel yang membuka mulut. Sementara Anjas hanya diam, tetapi dalam hatinya berkata, "Katakan saja kalau kalian berdua ingin pergi bersenang-senang. Dasar parasit, sampah
Dua hari telah berlalu, di mana pagi ini Anjas dan Azka sudah kembali dari Singapura. Walaupun ia tidak memiliki rasa kepada Zeira, namun pria tampan itu tetap bertanya tentang Zeira kepada Asep sopir pribadinya. "Apa wanita itu belum kembali?" Tanya Anjas dari bangku penumpang sambil memainkan ponsel. Sedangkan Azka sedang tidur tepat di sampingnya. "Wanita siapa Tuan?" Asep bukannya menjawab, tetapi pria paruh baya itu justru balik bertanya karena ia tidak tahu wanita yang dimaksud Anjas. "Zeira Pak Asep." Jawab Anjas dengan nada kesal. "Oh, nyonya Zeira." Timpal Asep sambil tersenyum tipis. "Nyonya belum kembali Tuan." Lanjutnya. "Hm.... baguslah dia berbuat sesuka hati," gerutu Anjas. Setelah 30 menit berlalu, mobil mewah itu kini memasuki gerbang istana Wijaya. Anjas turun dari mobil lalu menggendong Azka yang masih tertidur, dan membawanya masuk ke dalam rumah. Saat melewati ruang tamu yang berada di lantai dua, Anjas mendengar Riana sedang berbicara dengan seseorang melal
Satu minggu telah berlalu, Azka masih tetap membenci ibunya. Bahkan anak berusia 2 tahun itu tidak mau memakan masakan Zeira saat di kantor. Seperti hari ini, Azka menepis makanan dari tangan Zeira hingga terjatuh ke lantai."Azka" sentak Zeira saat piring terjatuh ke lantai. "Mama tidak pernah mengajari kamu seperti ini" lanjutnya masih dengan nada yang tinggi, sementara Azka hanya diam mematung. Anak menggemaskan itu merasa takut karena ini pertama kalinya Zeira membentaknya.Tentu suara Zeira mengundang Anjas untuk menegakkan kepala dan melihatnya. Pria tampan itu menatap sinis Zeira dari kursi kerajaannya. "Turunkan nada suaramu, dan jangan sekali-kali kamu membentak putraku" ucap Anjas.Zeira memalingkan wajah ke arah Anjas. "Dia bukan hanya putra bapak, tetapi putraku juga. Jadi aku berhak untuk membentaknya jika dia berada di jalur yang salah" Zeira memberanikan diri untuk membuka mulut, walupun seluruh tubuhnya gemetar karena takut. Ia sudah tidak kuat lagi melihat tingkah Az
Sudah dua jam Riana meninggalkan ruangan itu, tetapi Zeira masih tetap di tempatnya tanpa bergerak. Otaknya dipenuhi pikiran negatif yang membuat ia ingin meminta bantuan kepada Riana.Zeira bangkit dari tempatnya, melangkah ke luar dari kamar menuju kamar Riana.Tok....tok....tok... Zeira dengan ragu mengetuk pintu kamar Riana.Cek...lek... Pintu terbuka tanpa adanya sahutan terlebih dahulu."Aku sudah menduga kalau yang datang itu adalah kamu" ucap Riana setelah pintu terbuka."Maaf, aku sudah mengganggu nyonya" "Tidak apa-apa, silahkan masuk" Riana membuka pintu lebar-lebar dan mempersilahkan Zeira masuk."Nyonya, tolong bantu aku untuk membawa Azka ke luar dari rumah ini" ucap Zeira dengan nada yang memohon dan tanpa basa basi.Riana tersenyum, "itu masalah mudah bagiku, tetapi itu akan menjadi masalah besar untukmu. Karena sejauh manapun kamu membawa Azka pergi ! Anjas pasti bisa menemukannya" "Jadi apa yang harus aku lakukan nyonya ? Aku tidak bisa hidup tanpa Azka" keluh Zeir
Siang tepat pukul 11 siang, Zeira melihat Anjas ke luar kantor bersama Saddam dan dua karyawan wanita. Mereka terlihat buru-buru saat meninggalkan kantor Wijaya."Jika pak Anjas pergi ! Terus Azka dengan siapa ?" Ucap Zeira bertanya dalam hati.Wanita cantik itu melangkah menuju ruangan Anjas, ia mencari keberadaan putranya dan benar saja Azka sedang tertidur di kamar pribadi yang ada di ruangan itu. Zeira menghampiri Azka, ia mencium kedua pipi putranya dengan lembut sambil berurai air mata.Rasa rindu selama satu Minggu ini kini telah terobati. "Sayang, mama minta maaf jika memang mama ada salah kepadamu" ucap Zeira sambil mengelus ujung kepala Azka.Tentu anak menggemaskan itu tidak menjawab, karena dia sedang tertidur pulas, namun wangi ibunya tetap tercium di hidungnya. Perlahan Azka membuka mata dengan lembut, dan langsung memeluk Zeira dengan erat."Mama, aku sayang mama" gerutu Azka sambil menagis."Mama juga sayang padamu Azka. Hanya kamu dan Oma yang ada di dalam hati mama,
Satu bulan telah berlalu, di mana hari ini seluruh karyawan perusahaan Wijaya telah menerima gaji. Zeira dengan semangat berlari ke mesin ATM yang berada di depan kantor untuk melihat gajinya."Ya Tuhan, apa ini tidak salah ?" Tanya Zeira kepada dirinya sendiri. Ia semakin membulatkan mata untuk memperjelas angka yang tertera di layar monitor ATM."Ha... banyak sekali" keluhnya dengan wajah yang bingung. "Mungkin bagian keuangan salah transfer" lanjutnya.Zeira menekan cancel lalu mengambil kartu atmnya dan kembali ke kantor. Ia masuk ke dalam lift menuju ruangan bagian keuangan yang berada di lantai 39.Tok....tok...tok...."Silahkan masuk" suara lembut dari dalam."Selamat sore buk Irene" sapa Zeira sambil menjulurkan kepala dari balik pintu dengan senyum tulus."Sore mbak Zeira" balas Irene dengan lembut dan tersenyum. "Silahkan duduk" lanjutnya untuk mempersilahkan Zeira duduk di kursi yang ada di hadapannya."Terima kasih buk" jawab Zeira. Ia menjatuhkan bokongnya di atas kursi.
Warning : Di bab ini sedikit panas dan hot. Jadi bijaklah dalam membaca karena cerita ini khusus 18 tahun ke atas. Terima kasih atas pengertian kakak kakak semua. ..................Setelah dua jam sibuk dengan pikirannya sendiri ! Akhirnya Zeira bangkit dari tempatnya dan ke luar dari kamar. Kaki mungilnya melangkah dengan ragu-ragu menuju kamar Anjas.Zeira hanya mondar mandir di depan kamar Anjas hingga sepuluh menit berlalu, dan akhirnya Zeira memberanikan diri untuk mengangkat tangan dan mengetuk pintu.Tok....tok...tok....Tok....tok....tok.... Zeira kembali mengetuk pintu karena sudah 5 menit tidak ada jawaban.Saat wanita cantik itu mengangkat tangan untuk mengetuknya lagi ! Tiba-tiba pintu terbuka yang membuat Zeira terkejut, apalagi tatapannya langsung bertemu dengan tatapan Anjas."Azka sudah tidur, bukankah dia sudah menemui kamu ?" Anjas berpikir kalau Zeira datang ke sana untuk melihat putranya.Zeira gugup, ia ragu-ragu untuk mengatakan apa yang ada di dalam hatinya."