Setelah 15 menit di dalam kamar mandi sambil memikirkan yang mana harus ia pakai! Akhirnya Zeira memutuskan untuk tidak mengganti pakaian dan ke luar dari kamar mandi dengan pakaian yang sama. Tentu hal itu mengundang tanya pada Anjas. Pria tampan itu mengerutkan kening sambil memperhatikan Zeira yang sedang melangkah ke arahnya. "Kamu kenapa belum mengganti pakaian?" "Maaf Pak, pakaian ini terlalu seksi untukku." Jawab Zeira dengan jujur. Ia meletakkan paper bag di atas meja. "Baiklah, besok pergilah berbelanja. Cari pakaian yang sesuai selera kamu." Anjas bangkit dari sofa, melangkah masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sementara Zeira membaringkan tubuh di atas sofa. Sebenarnya ia ingin sekali tidur di dekat Azka sambil memeluk putranya itu, tetapi Zeira ragu untuk naik ke atas tempat tidur Anjas. Ia merasa tidak pantas untuk tidur di sana, bisa menginap dan dekat dengan Azka,itu sudah cukup baginya. Baru saja mimpi indah menghampiri tidur Zeira, tiba-tiba te
Setelah ke luar dari kamar mandi, Zeira bingung harus bagaimana. Azka mengajaknya untuk naik ke atas tempat tidur, sedangkan Anjas sudah berbaring di sana. Zeira tidak mungkin tidur satu ranjang dengan pria yang bukan suaminya. "Ayo Mama." Ajak Azka sambil menarik tangan ibunya. Zeira menjatuhkan lutut di atas lantai untuk mensejajarkan tingginya dengan Azka. "Azka sama papah saja yang tidur di sana, ya? Mama tidur di sofa." Ucap Zeira dengan nada membujuk. "Tapi Azka mau tidur dipeluk Mama dan papah." Bantah Azka. Anak menggemaskan itu benar-benar tidak mengerti kondisi saat ini. Anjas yang mendengar ucapan Azka, langsung bangkit dari tempat tidur. Ia mengangkat tubuh mungil Azka lalu menarik pergelangan tangan Zeira dan membawanya naik ke atas tempat tidur. "Sekarang kita tidur ya." Ucap Anjas. Tentu hal itu membuat jantung Zeira berdegup kencang, bahkan ia sulit untuk bernapas. Ia tidak pernah terpikir akan tidur satu ranjang dengan Anjas, dan satu selimut. "Mama, peluk Azka.
"Tinggal di sini? Itu tidak mungkin. Sekarang juga aku harus membawa Azka pergi dari sini." Zeira bangkit dari sofa, ia mencari anak kecil itu ke ruang bermain tetapi tidak ada. Ia juga sudah bertanya kepada baby sitter dan pelayan, tetapi tidak satupun yang melihat Azka. "Ya Tuhan, di mana putraku? Apa pak Anjas menyembunyikannya agar aku tidak bisa membawa Azka pergi?" Ucap dalam hati Zeira. Zeira melangkah ke luar untuk mencari Azka, dan matanya melihat anak mungil itu sedang bermain dengan Anjas di samping kolam ikan koi, yang terletak di depan kediaman Wijaya. Saat Zeira akan melangkah, tiba-tiba seseorang berbicara dari arah punggungnya. "Apa kamu sudah puas?" Zeira memutar tubuh ke arah datangnya suara. "Nyonya." Ucapnya dengan gugup. Riana melangkah menghampiri Zeira. "Orang susah sepertimu pasti memiliki niat buruk. Bahkan rela melahirkan anak haram agar bisa menumpang hidup dengan orang lain." Zeira mengerutkan kening, ia tidak mengerti apa maksud ucapan Riana. "Maks
Suara kicauan burung menambah indahnya suasana pagi. Tepat pukul 5 pagi, Zeira sudah ke luar dari kamar, ia membantu para pelayan untuk menyiapkan sarapan. Sebenarnya semua pelayan melarang Zeira untuk masuk ke dapur, karena mereka menganggap Zeira adalah nyonya di rumah itu. Tetapi Zeira berkeras dan memaksa, sebab ia mengaggap dirinya hanya orang asing yang menumpang di sana. Setelah selesai menyiapkan sarapan, Zeira bergegas menuju taman. Ia membantu mbok Mina menyiram bunga. "Saya bantu ya Bu?" Ucap Zeira sambil meraih selang dari tempatnya. "Jangan Nyonya, nanti tuan marah." Larang mbok Mina. Zeira tersenyum, "Enggak Bu, aku ini bukan istri pak Anjas. Jadi dia tidak akan marah jika aku membantu pekerjaan di rumah ini." jawab Zeira dengan kerendahan hati. "Tapi nyonya, anda itu adalah ibu kandung tuan muda Azka." Bantah mbok Mina. "Iya Bu, aku hanya ibu kandung Azka. Tapi bukan istri pak Anjas atau menantu di rumah ini. Jadi kedudukan kita sama, bahkan ibu lebih berharga kare
Setibanya di kamar, Anjas merasa curiga karena keceriaan putranya tiba-tiba redup setelah menyebut mama. Ia mendudukkan Azka di atas sofa lalu memberikan mainan, setelah itu Anjas ke luar dari kamar menuju kamar Zeira. Par.....Anjas mendobrak pintu dengan kasar, hingga membuat Zeira terkejut. "A...ada Pak." Tanya Zeira sambil bangkit dari sofa. Anjas tidak menjawab pertanyaan Zeira, hanya kaki jenjangnya yang melangkah menghampiri wanita cantik itu. dengan tiba-tiba Anjas mencengkram lengan Zeira dengan kasar. "Aku ingatkan kamu, jangan coba-coba untuk menyakiti perasaan putraku," ucapnya dengan lembut namun penuh penekanan. Anjas berpikir kalau Zeira pasti melakukan atau mengatakan sesuatu kepada Azka, sehingga anak kecil itu sedih. Zeira yang bingung dengan ucapan Anjas lantas bertanya, "Aku tidak mengerti maksud Bapak?" "Tidak usah bersandiwara, jika kamu tidak bisa menjadi seorang ibu! Jadilah seorang pengasuh untuk putraku, aku pasti memberimu gaji sama seperti pelayan yang
Pertempuran malam itu membuat Zeira tidak berani untuk bertemu dengan Anjas. Wanita cantik itu lagi-lagi membuat alasan sedang tidak enak badan, agar tidak sarapan bersama. "Ya Tuhan, apa yang terjadi padaku tadi malam? Lagi-lagi aku melakukan dosa itu untuk kedua kalinya." Sesal Zeira kepada dirinya sendiri. "Aku benar-benar wanita murahan, begitu mudahnya aku menyerahkan seluruh tubuhku dinikmati oleh pak Anjas." Lanjut Zeira, menyesali perbuatannya tadi malam. Zeira bangkit dari sisi ranjang, melangkah menuju meja rias. Ia menatap dirinya sambil mengelus leher yang penuh tanda Kiss Mark, bukan hanya di leher saja, tetapi dada hingga paha. Pria tampan itu benar-benar menikmati seluruh tubuhnya dan meninggalkan tanda kepemilikan di seluruh tubuh mulusnya. Tok...tok....tok.... Suara ketukan pintu menyadarkan Zeira dari khayalan. "Sebentar." Zeira bergegas untuk membuka pintu. "Maaf Nyonya, tuan besar menunggu anda di ruang kerjanya." Ucap mbok Mina sang pelayan kepercayaan kel
Waktu menunjukkan pukul 5 sore, Anjas dan Azka sudah terlebih dahulu meninggalkan perusahaan Wijaya. Sedangkan Zeira masih tinggal di sana. Wanita cantik itu sedang menunggu ojek online yang ia pesan melalui ponselnya. "Kamu belum pulang?" Tanya Saddam yang baru ke luar dari gerbang, dengan mengendarai mobil. "Ini lagi nunggu ojek Pak." Jawab Zeira. "Aku antar aja yuk?" Ajak Saddam. Zeira tersenyum, "Terima kasih Pak, tapi aku sudah terlanjur memesan ojek, gak enak kalau dibatalkan." Tolak Zeira dengan lembut. Lagi pula walupun Zeira belum sempat memesan ojek, dia tidak mungkin menerima tawaran Saddam. Karena jika Saddam tahu Zeira tinggal di kediaman Wijaya! Tentu pria tampan itu curiga kepadanya. "Iya juga sih." Timpal Saddam sambil membuka pintu mobil lalu turun. "Bapak kenapa ke luar dari mobil?" Tanya Zeira. Hehehe, Saddam terkekeh. "Kasihan dong wanita secantik kamu nunggu ojek sendirian." "Ah, bapak bisa ajah." Zeira tersipu malu. Kata cantik yang ke luar dari mulut S
Tepat pukul 7 malam, semua keluarga Wijaya sudah berkumpul di meja makan untuk makan malam bersama. Biasanya Zeira yang selalu menyuapi Azka, namun kali ini anak menggemaskan itu disuapi oleh Anjas. "Pah." panggil Zeira ragu-ragu setelah mereka selesai makan malam. "Iya." Sahut Gunawan. "Pah, bisakah besok aku tidak masuk kantor?" Pertanyaan Zeira membuat kepala Anjas terangkat, ia menatap wanita cantik itu dengan tatapan tidak suka. "Apa kamu sakit?" Tanya Gunawan. "Tidak Pah, besok aku ada urusan penting ke Bandung." "Ow...biar sopir yang mengantar kamu ke Bandung." Tawar Gunawan. "Enggak usah Pah, aku naik angkutan umum saja." Tolak Zeira. "Enggak usah sok jual mahal Zeira." Sambut Riana sambil tersenyum sinis. "Mamah, jangan bicara seperti itu. Mungkin saja Zeira ingin pergi dengan seseorang." Kali ini Armel yang membuka mulut. Sementara Anjas hanya diam, tetapi dalam hatinya berkata, "Katakan saja kalau kalian berdua ingin pergi bersenang-senang. Dasar parasit, sampah