Home / Young Adult / Broken / Ruang BK (Bimbingan Konseling)

Share

Ruang BK (Bimbingan Konseling)

Author: Aquarius
last update Last Updated: 2021-05-18 16:25:38

Pukulan demi pukulan terus saja diberikan kepada satu sama lain, dan keduanya semakin memanas. Para siswa yang sibuk menonton terus saja meneriaki nama mereka, alih-alih menyemangati jagoan mereka.

“Kasih dia pelajaran, Rez.” Reza, itulah nama siswa yang sedang berkelahi bersama Yandi. Semua siswa yang ikut menonton terus saja menyemangati siswa bernama Reza itu. Tak ada satu orang pun yang meneriaki nama Yandi atau kelima temannya.

Bagi para siswa, Yandi dan kelima temannya pantas mendapat hal itu karena mereka selalu saja membuat keributan. Mereka beranggapan bahwa ini adalah hukuman yang tepat untuk keenam siswa yang suka berbuat onar.

Teman-teman Yandi yang tadinya berusaha menahannya, kini malah ikut berkelahi dengan beberapa teman Reza. Mereka adalah siswa-siswa yang selalu mengekor ke mana pun ia pergi.

Perkelahian kini menjadi semakin sengit. Wajah Reza sudah mulai membiru, begitu juga teman-temannya. Sedangkan Yandi dan kelima temannya masih terlihat baik-baik saja, tanpa bekas apa pun di tubuh mereka.

“Berhenti...!!” Di tengah perkelahian mereka pak Yanto datang dan menghentikan perkelahian mereka. Pak Yanto adalah guru BK (Bimbingan Konseling) yang di kenal sangat baik. Namun, para siswa akan takut saat ia mulai marah.

“Kalian mau jadi preman?! Kalau mau jadi preman, gak usah sekolah lagi!” ujar pak Yanto memarahi mereka. 

Reza dan ketiga temannya hanya menunduk. Mereka tak berani mengangkat wajah di depan pak Yanto. Namun, lain hal dengan keenam orang ini. Justru mereka dengan tenang menatap pak Yanto seakan tak ada masalah.

Pak Yanto memandang dengan penuh kekecewaan pada Reza dan ketiga temannya. Masih tak habis pikir olehnya, jika Reza dan teman-temannya berkelahi, karena mereka dianggap sebagai siswa teladan di sekolah.

“Ikut ke ruangan bapak sekarang!” perintah pak Yanto, dan mereka segera berjalan dengan teratur menuju ruang BK (Bimbingan Konseling), diikuti pak Yanto dari belakang.

Sesampainya mereka di ruang BK (Bimbingan Konseling), ruangan sudah di penuhi hampir sebagian guru di sekolah itu. Para guru tersebut memandang dengan wajah tak suka saat Yandi dan keenam temannya memasuki ruangan BK (Bimbingan Konseling). Tetapi mereka memandang dengan tak tega saat melihat Reza dan ketiga temannya.

“Kalian suka banget ya buat masalah!” ujar bu Dina membuka obrolan di ruangan itu. 

“Benar banget. Kalian gak bosan? Kenapa malah bawa orang lain? Kalau mau buat masalah, jangan bawa-bawa orang lain,” ucap seorang guru sambil memandang sinis keenam siswa itu.

Pak Yanto yang merasa perkataan itu terlalu berlebihan, menegur guru itu. “Bu Tina. Ibu gak bisa ngomong kayak gitu. Di sini mereka semua salah, gak ada yang benar. Saya juga minta tolong, jangan ada guru yang ikut campur. Biar saya yang urus masalah ini.” Para guru yang hadir di ruangan itu pun terdiam dan membiarkan pak Yanto menyelesaikan masalah di antara mereka. 

Pak Yanto mulai memberikan pertanyaan dari pihak Reza. “Mereka yang mulai duluan, pak. Tadi suasana kelas tuh baik-baik aja. Tapi mereka yang bikin kacau pak,” ujar Reza memberikan pengakuan ketika ditanya awal mula perkelahian itu terjadi. Ketiga temannya, Ino, Diki dan Rian juga mengiyakan pernyataan yang berkebalikan itu.

Agus menjadi naik pitam saat mendengar pernyataan yang keluar dari mulit Reza. Ia menarik kerah baju Reza dengan kedua tangannya. “Lo gak usah putar balikin fakta! Lo duluan yang mukul gue!” teriak Agus marah.

Walaupun mereka telah berusaha membela diri dengan mengatakan kejadian yang sebenarnya, para guru tetap saja tidak percaya dan terus membela Reza dan ketiga temannya.

“Bapak sama ibu Tuhan? Kalian bisa tahu siapa yang bohong? Emang kalian Tuhan?!” tanya Yandi menaikkan suaranya. 

“Kamu gak usah ngebela diri kamu! Kalian itu memang selalu buat masalah! Jadi udah pasti kali ini juga kalian yang duluan. Gak mungkin Reza yang duluan,” ujar bu Tina membalas perkataan Yandi.

Balasan yang diberikan bu Tina pun mengundang keributan dari para guru. Mereka semua terus menyalahkan keenam siswa itu dan memaksa pak Yanto untuk memberikan mereka hukuman. Namun, mereka meminta pengecualian untuk Reza dan ketiga siswa kesayangan mereka.

“Sudah, sudah! Saya kan sudah bilang. Biar saya yang urus, kenapa kalian semua ikut-ikutan? Kalian malah buat saya tambah pusing!” ujar pak Yanto memarahi para guru yang sibuk membela siswa kesayangan mereka.

Kepala pak Yanto serasa pecah karena masalah ini. Akhirnya ia memilih jalan lain untuk menyelesaikan masalah di antara mereka.

“Kalian, ambil ini.” Pak Yanto memberikan kesembilan siswa itu amplop yang sudah diberikan cap sekolah. 

“Kasih ke orang tua kalian, saya harus bertemu dengan mereka sesuai tanggal dan waktu yang ada dalam surat itu. Kalian mengerti?” Mereka pun mengiyakan ucapan pak Yanto tanpa terkecuali.

Setelah memberikan surat pada mereka, pak Yanto melanjutkan waktu bersama mereka dengan memberi nasihat. Ia tahu bahwa mereka malas mendengar ceramahnya, namun ia tetap melanjutkannya. 

Akibat perkelahian itu, kini Yandi harus pulang bersama sebuah surat indah dari sekolah. Ia benar-benar tak takut jika harus memberikan kepada orang tuannya, karena ia tahu betul mereka sama sekali tak akan menyentuhnya, apalagi membaca surat itu.

“Ma, pa. Ada surat dari sekolah, katanya mama sama papa harus ke sekolah sesuai tanggal dan waktu yang ada di surat,” ujar Yandi memberikan suratnya pada kedua orang tuannya yang sedang berada di kamar.

“Yandi, kasih tahu guru kamu, kalau gak penting gak usah minta ketemu. Bikin pusing aja,” ujar Yudi yang sibuk menatap berkas-berkasnya.

“Ya udah. Terserah, sih,” Yandi pun meletakan surat itu di sebuah meja di kamar itu, dan ia segera meninggalkan kamar orang tuannya.

Surat panggilan yang di tunjukkan kepada orang tua mereka, diberikan oleh pak Yanto dengan maksud tertentu. Ia ingin sekali bertemu dengan para orang tua siswa untuk membicarakan masalah itu pada orang tua mereka. 

Selain itu, pak Yanto juga ingin meloloskan mereka dari hukuman agar mereka dapat belajar dengan baik untuk mengikuti perlombaan besok.

Pak Yanto menaruh harapan pada mereka agar dapat membawa kemenangan pada lomba cerdas cermat yang akan dilaksanakan esok hari.

Walaupun tak semua dari mereka yang berbuat onar mengikuti perlombaan besok, namun sebagian dari mereka adalah peserta lomba. Peserta itu adalah, Yandi, Reza, Ino, Dan Diki

Keputusan pak Yanto untuk tak menghukum Yandi dan keenam anak itu, membuat para guru yang kala itu berada dalam ruangan tersebut merasa tak puas. Mereka berharap hanya Reza dan ketiga temannya saja yang diloloskan dari hukuman. Sayangnya, pak Yanto tidak memihak pada satu sisi. Ia memilih untuk berlaku adil dengan tidak memihak pada kubu Reza, maupun Yandi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Broken   New Life

    Kehidupan adalah suatu anugerah dari Tuhan. Kehidupan juga merupakan rahasia. Dalam kehidupan ini tentunya banyak hal-hal yang terjadi di luar dugaan, yang terkadang menghasilkan tawa tetapi dapat juga menghasilkan air mata.Setiap detik, setiap menit dan setiap jam dalam kehidupan ini selalu dipenuhi rahasia. Sebagai manusia kita pastinya tak akan tahu apa yang bisa terjadi beberapa waktu ke depan. Terkadang apa yang kita duga memang terjadi, tetapi sering juga terjadi hal yang tak pernah kita duga.Setelah menjalani kehidupan tanpa kedua orang tuanya, kini Yandi bersama dua saudaranya tak pernah kehilangan senyum lagi. Mereka pun selalu menikmati waktu berkumpul di meja makan.Yani, Yandi dan Yeri selalu memiliki waktu untuk satu sama lain, meski mereka pun sibuk dengan pekerjaan atau pun pendidikan mereka. Suasana rumah Yandi yang dulunya terasa suram, kini terasa lebih cerah. Selalu ada tawa dan kebahagiaan. Tak hanya ada tangis melulu, atau tekanan melulu. Ketiga bersaudara itu

  • Broken   Start a New Life (2)

    Kehidupan memang selalu diisi oleh berbagai hal. Kadang yang mengisi kehidupan adalah hal-hal yang sudah kita duga. Tapi terkadang juga diisi dengan hal-hal yang tak pernah diduga. Hari-hari Ami dan Vian kini dijalani dengan penuh air mata. Keduanya kini resmi memilih untuk tak berjalan bersama lagi. Ami dan Vian telah sepakat untuk menjalani kehidupan masing-masing. Namun mereka masih tetap mengurus Reina sebagai anak bersama-sama. Hanya saja, baik Vian maupun Ami saling membatasi diri. Setelah berhenti menjadi asisten rumah tangga Yandi dan keluarganya, kini Ami mulai membuka usaha kecil-kecil dari uang yang kerja kerasnya selama ini. Yani sendiri memberikan uang dalam jumlah yang cukup fantastis kepada Ami. Gasia itu memberikan Ami uang sebagai gaji terakhirnya dan juga sebagai ganti rugi atas perbuatan Yena. Uang yang diberikan Yani pada wanita itu adalah uang milik kedua orang tuanya. Ami kini telah membeli sebuah gerobak yang akan digunakannya untuk berjualan. Ia membeli gerob

  • Broken   Start a New Life

    Keputusan Ami untuk membiarkan Reina tetap berhubungan dengan Ayahnya adalah sebuah keputusan besar. Namun ia sadar, bahwa putrinya tak akan pernah bahagia jika ia terus melarangnya. Ia pun sadar bahwa Reina tak akan tinggal diam saja, jika ia terus melarangnya. Sehingga ia merasa apa pun larangan yang ia beri, itu tak akan membuat putrinya berhenti menemui ayahnya.Keputusan Ami untuk tetap membiarkan Vian berhubungan dengan putrinya lagi, membuat Vian merasa senang. Namun, di sisi lain ia pun merasa sedih. Saat memeluk Reina, Vian menyadari bahwa ia mengharapkan sesuatu yang lebih dari itu. Ia sebenarnya tak hanya ingin membuat Ami menghilangkan larangannya itu. Sebenarnya Vian dan Ami menginginkan hal yang sama. Jauh di dalam lubuk hati mereka, ada suatu keinginan yang tertahan sejak lama dan kini harus dikubur mereka sedalam-dalam.Tak hanya Ami, Vian pun sangat ingin rumah tangga mereka telah hancur dulu, bisa kembali lagi. Namun, itu semua susah tak mungkin lagi. Sejak Vian

  • Broken   Tak Ingin Hancur (2)

    “Reina! Keluar lo, gue belum selesai ngomong!” teriak Rein gigih. Meski Reina sudah meninggalkan, namun ia tak menyerah. Reina pun kembali menemuinya. “Ada apaan lagi?” tanya Reina.“Gue mau tahu, ya. Lo harus jauh-jauh dati papi gue!” ujar Rein sembari menunjuk Reina.Reina memutar bola matanya dan menggeleng pelan kepalanya. “Lo paham kata-kata gue tadi?!” tanya Reina geram. “Gue rasa udah jelas, ya. Jadi gak perlu ulangin lagi.”“Gak! Gue gak terima, gue gak mau dan gak sudi lo ngerrbut semua milik gue!” balas Reina.“Gue gak pernah rebut milik lo, ya! Mau Yandi atau pun papi, lo gue kan udah bilang, gue udah bilang kalau gue gak ngerebut mereka,” jelas Reina. “Lagian om Vian bukan cuma papi lo, doang! Jadi lo gak bisa ngelarang gue!” tegas Reina.“Gue gak mau hidup gue hancur karena lo!” teriak Rein.“Gue gak pernah ngehancurin hidup lo, ya! Harusnya gue yang marah-marah ke lo dan lo, karena mami itu udah hancurin hidup gue!” balas Reina. “Asal lo tahu, gara-gara mami lo, gue jad

  • Broken   Tak Ingin Hancur

    Hidup Rein sebagai anak tunggal dan satu-satunya anak kesayangan Vian hancur begitu saja dalam waktu singkat. Hidupnya terasa begitu gelap semenjak mengetahui semua kebenaran tentang kedua orang tuanya.Sejak saat itu, Rein hanya mengurung dirinya di kamar. Ia bahkan tak makan maupun minum sama sekali. Kondisi tubuhnya pun semakin melemah.Suasana rumah itu pun menjadi sangat gelap. Semenjak semuanya terbongkar, tak ada lagi percakapan yang terjadi, selain pertengkaran Nia dan Vian.Nia terus saja meminta Vian untuk tak kembali kepada Ami. Sesekali ia juga memaksa Vian untuk tak menemui Reina. Namun Vian tetap menolak semua permintaan sang istri.Semua pertengkaran itu selalu saja didengar oleh Rein. Pertengkaran itu membuatnya tak ingin menginjakkan kakinya di tempat lain, selain kamarnya. Ia yang selalu berada di dalam kamarnya pun membuat Vian khawatir. Vian selalu mendatangi kamarnya, namun gadis itu selalu mengusir Vian. Hal yang sama pun terjadi pada Nia. Rein sangat marah besa

  • Broken   Tempat Bercerita (2)

    Suasana yang canggung kini telah pergi dan diganti dengan suasana sedih. Air mata Reina banjir malam itu. Gadis itu hanya bersandar pada Yandi dan terus meneteskan air matanya.Yandi tak tahan melihat Reina terus-terusan meneteskan air matanya. Ia berusaha memikirkan sebuah cara. Namun, ia pun tak bisa menemukan cara yang tepat.Permasalahan dalam keluarga adalah permasalahan yang sering dialaminya. Namun, ia bukanlah orang yang suka mencari jalan keluar. Ia adalah orang yang sering membantah dan melawan. Sehingga sulit baginya untuk membantu Reina menemukan jalan keluar untuk masalahnya.“Eh... sorry, sorry. Gue malah nangis gak jelas lagi,” ucap Reina segera menghapus air matanya. “Gak papa kali. Gak perlu minta. Gue malah senang kalau lo mau cerita,” ucap Yandi lembut.“Eh... tapi kayaknya lo gak bisa di sini lama-lama, deh. Soalnya ini udah mau jam sepuluh,” ucap Yandi merasa tak enak hati. Tanpa sadar mereka menghabiskan cukup banyak waktu dan kini waktu hampir menunjukkan pukul

  • Broken   Tempat Bercerita

    Kaki Reina terus melangkah menjauhi rumahnya. Semakin lama, semakin jauh ia melangkah. Namun, gadis itu bahkan tak tahu ia harus terus melangkahkan kakinya ke mana. Reina terus berjalan tanpa henti. Tubuh serasa lesu. Tenaganya habis terkuras setelah banyak meneteskan air mata. Pikirannya pun menjadi sangat kacau.Tit.... Tit....“Ha?” Reina terkejut dengan suara klakson mobil yang begitu dekat dengannya. “Reina, lo—lo habis kenapa?” tanya Andi khawatir setelah melihat mata Reina yang sembab. “Gak papa, kok,” jawab Reina dengan suaranya yang serak.“Tuh... tuh... suara lo serak kayak gitu, masih aja bilang gak papa.” Perkataan Reina tak mencerminkan keadaannya yang terlihat jelas tak baik-baik saja. “Lagian lo mau ke mana, sih?” tanya Andi.“Gak tahu,” jawab Reina. Andi pun merasa aneh dengan jawaban gadis itu. Namun satu hal yang biasa ia pastikan, bahwa gadis itu sedang tidak baik-baik saja. “Ya udah. Kalau gitu, mendingan lo naik, deh. Entar gue antarin lo ke mana, aja,” ujar And

  • Broken   Cara Ami

    “Reina...” teriak Ami, namun putrinya tak menghiraukannyaHari ini seharusnya menjadi hari yang membahagiakan bagi Ami, karena hari ini ia bisa segara menjemput putrinya. Ia pun bisa kembali berkumpul bersama putrinya tanpa harus berpisah lagi. Hari ini, Ami sengaja berhenti dari pekerjaannya. Ia memilih berhenti agar ia bisa mengurus putrinya yang sedang sakit. Meski Yani dan Yeri tak setuju, namun mereka tak bisa menahan Ami. Mereka pun harus melepaskan Ami, agar ia bisa merawat putrinya. Selain itu, mereka saat ini mulai mengalami masalah keuangan. Melepaskan Ami di kondisi sekarang adalah salah satu pilihan untuk mengurangi pengeluaran. Semenjak kedua orang tua mereka berada di tahanan, pekerjaan mereka pun tak ada yang mengurusnya. Baik Yani maupun Yandi, keduanya sama-sama tak berminat melanjutkan pekerjaan orang tua mereka. Belum lagi, mereka harus membayar tagihan rumah sakit Yandi.Yani adalah satu-satunya anggota keluarga yang susah bekerja selain kedua orang tuanya. Yand

  • Broken   The Puzzle Has Been Solved (2)

    Semua teka-teki dari beribu pertanyaan di kepala Reina kini telah terpecahkan. Namun, ia tak menyangka jika semuanya sangat menyakitkan. Rasa sakit itu bukan hanya semata-mata karena kebohongan Ami. Semenjak mendengar pertengkaran Vian dan Nia, Reina sudah tahu bahwa selama ini Ami telah membohongi dirinya tentang ayahnya yang susah meninggal.Reina memang merasa kecewa dan sedih. Namun, setelah ia mendengar perdebatan bundanya dan Vian, ia merasa sangat sakit hati dengan sikap bundanya. Reina yang terlanjur sakit hati pun memilih untuk menjauh dari Vian dan Ami. Ia berlari sekuat mungkin menjauhi mereka, tanpa tahu ke mana ia harus terus berlari.Kaki Reina terus melangkah dan melangkah, dan tanpa sadar ia berlari menuju tempat yang tak asing. Ya, tempat itu adalah tempat yang sering dikunjunginya. Tanpa sadar, Reina terus melangkahkan kakinya menuju tempat pemakaman umum. Suatu tempat yang sering ia kunjungi, ketika ia merindukan sosok seorang ayah.“Ayah?” Tubuh Reina terasa lem

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status