Share

He Is Halbert

Author: Cold_Writer
last update Last Updated: 2021-04-05 20:06:26

Halbert adalah seorang mahasiswa yang terbilang pandai, namun ia sering berpindah-pindah universitas. Dikarenakan tempat bertugas ayahnya yang sebagai jenderal tentara selalu berpindah kota. Bagi Halbert, berpindah-pindah universitas itu sudah terbiasa dari dulu. 

Sosok yang dingin, cuek, tetapi sebenarnya memiliki hati yang baik itulah sifat yang dimiliki oleh Halbert. Kebanyakan orang di luar sana sangat mengenal sifat Halbert yang tidak banyak bicara, mungkin terlihat seperti tidak peduli dengan sesama. Namun, sifat yang ditunjukkan oleh Halbert di luar sana adalah bukan sifat yang sebenarnya. Mengapa Halbert bisa memiliki sifat yang berbeda? Ya karena seperti itulah yang diajarkan oleh ayahnya.

Ayahnya Halbert yang bernama Razendra mendidiknya secara otoriter sejak ia masih kecil. Ayahnya selalu berkata bahwa ia diharuskan untuk bersikap dingin kepada siapapun karena tidak semua orang bisa dipercaya. Sekalipun orang yang sangat dekat dengan mereka yaitu keluarga. Jadi, keluarga besar Halbert memang sudah terkenal dengan sifat yang dingin. Dan itu semua karena adanya pola asuh otoriter yang diterapkan secara turun temurun.

Kakek Halbert yang bernama Dezra adalah seorang jenderal tentara pada zamannya. Ia memilih untuk menerapkan pola asuh otoriter di keluarganya karena ia mengambil pelajaran dari beberapa pengalaman yang tidak baik. Sebelum Kakek Halbert menjabat sebagai jenderal tentara, ia mengamati perlakuan orang-orang disekitarnya. Ada yang berpura-pura baik karena ingin dipandang oleh atasan tetapi sebenarnya oknum tersebut pernah menjebak seseorang, bahkan lebih dari satu orang untuk menjadi tersangka. Yang dijebak pun masih ada hubungan keluarga dengan oknum tersebut. Oknum tidak melakukan aksinya sendiri, tetapi ada komplotannya. Mungkin bisa dibilang sebagai kubu hitam dalam putih. Di setiap lingkungan pekerjaan, pasti ada saja yang berbuat curang, menjatuhkan satu sama lain, dan bahkan ada yang sampai melakukan hal diluar batas logika manusia.

Kakek Halbert yang mengetahui hal tersebut pun membuatnya berpikir dan memutuskan bahwa pola asuh otoriter adalah jalan yang terbaik untuk melindungi dirinya beserta keluarganya dari orang-orang bermuka dua. Pemikiran kakeknya tersebut sangat berbeda dengan pemikiran Neneknya Halbert yang bernama Hentini.

Sebelum Dezra menerapkan pola asuh otoriter di keluarganya, ia sempat berdebat dengan Hentini sebelum mereka dikaruniai anak.

“Saya tidak setuju dengan rencana kamu untuk menerapkan pola asuh otoriter di keluarga kita,” ucap  Neneknya Halbert.

“Mengapa kamu tidak setuju? Apakah penjelasan saya tidak cukup untuk meyakinkan kamu?” tanya Kakeknya Halbert.

“Penjelasan kamu memang sudah lebih dari cukup buat saya. Tetapi, yang menjadi pertanyaan besar dari saya adalah apakah ada bukti yang menjamin bahwa dengan diterapkannya pola asuh otoriter di keluarga kita, dapat membuat keluarga kita dipenuhi oleh kebahagiaan?” tanya Neneknya Halbert sambil menatap suaminya dengan raut wajah yang serius.

Kakek Halbert pun mendengus dan terdiam sejenak sambil berpikir.

“Kok kamu malah diam?” tanya Neneknya Halbert.

“Siapa yang tidak mengharapkan kebahagiaan untuk keluarganya sendiri? Ya walaupun ada beberapa orang yang tidak menginginkan keluarganya bahagia, tetapi secara mayoritas masih banyak orang yang menginginkan keluarganya bahagia,” jelas Kakeknya Halbert.

“Terus?” timpal Neneknya Halbert.

“Jadi, sebelum saya memantapkan diri untuk menerapkan pola asuh otoriter di keluarga kita, saya sudah memikirkan dan merencanakan secara matang. Dan harapannya adalah walaupun pola otoriter adalah pola yang keras, namun jika diterapkan dalam lingkungan keluarga pasti cara menerapkannya akan berbeda,” ucap Kakeknya Halbert.

“Bagaimana bisa berbeda? Kalau anak-anak dan turunan kita merasa terkekang. Terus apakah akan terus berlanjut? Kasihan sama anak, cucu turunan kita nanti,” tanya Neneknya Halbert sambil menunjukkan raut wajah yang sedih.

“Perbedaannya adalah walaupun kita membatasi mereka dalam segala hal, kita tetap memberikan kasih sayang yang lebih kepada mereka,” ucap Kakeknya Halbert.

“Hm, oke kalau itu keputusanmu. Tetapi, saya akan berada paling depan untuk menantang kamu jika sudah melewati batas. Bagaimana?” tanya Neneknya Halbert.

“Iya, Sayangku. Berarti kita sepakat ya?” tanya Kakeknya Halbert dengan mengedipkan mata kepada Neneknya Halbert.

“Iya, Sayang,” ucap Neneknya Halbert sambil memeluk suaminya dengan manja.

Pada saat puluhan tahun yang lalu, perdebatan diantara Kakeknya Halbert dan Neneknya Halbert pun dimenangkan oleh Kakeknya Halbert. Ia berhasil mengambil hati istrinya untuk meyakini apa yang ia rencanakan.

Pada saat Halbert masih kecil, ia merasakan kesedihan ketika Razendra melarangnya untuk bermain dengan teman sebayanya. Padahal anak seusia Halbert pada saat itu lagi senang-senangnya bermain dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi mengenai dunia luar. Namun, keinginannya selalu ditolak oleh Razendra. Razendra lebih memilih untuk membelikan banyak sekali mainan untuk Halbert bermain di rumah. Bahkan, Razendra membuatkan satu ruangan khusus yang luas untuk bermain.

Awalnya Halbert merasakan bahagia ketika ia memiliki banyak sekali mainan. Tetapi, setelah beberapa hari ia bermain sendirian, ia pun merasa kesepian. Mainan-mainan yang ia ajak bicara pun hanya terdiam. Kadang kala Halbert berdiri di depan jendela kaca yang besar sambil memegang mainan. Dan dari lantai tiga melalui jendela tersebut, ia bisa melihat teman-teman seusianya sedang tertawa bersama sambil berlari-larian.

Halbert hanya bisa terdiam dan bertanya-tanya kepada dirinya sendiri dan kepada mainan yang dipegangnya.

               

“Kenapa aku tidak pernah dibolehkan untuk bermain dengan teman-teman ku? Sedangkan mereka selalu diizinkan oleh orang tua mereka untuk bermain di luar rumah,” ucap Halbert dengan aksen Amerika sambil menatap ke arah teman-temannya di luar sana dengan tatapan yang nanar.

Ibunya Halbert yang bernama Ghina pun mendekati Halbert diam-diam. Ghina selalu mendengarkan keluhan Halbert yang dicurahkan kepada mainan-mainannya. Namun, Ghina tidak dapat menghentikan Razendra supaya berhenti mendidik anak dengan pola asuh otoriter. Ghina hanya bisa memeluk Halbert dan menenangkannya. Walaupun, Ghina mengetahui bagaimana perasaan Halbert yang tidak bahagia.

“Al... my lovely baby, don’t be sad. Mom and daddy always be with you. We do this for you to make you always safe, peace and happy. Do you love me and your dad?” tanya Ghina sambil memegang kedua pipi Halbert.

“Yes, I do Mom,” jawab Halbert dengan mata yang berkaca-kaca.

“So, keep smiling and play with me,” ucap Ghina sambil tersenyum.

Seperti itulah percakapan yang dikenang oleh Halbert saat masih kecil. Di satu sisi ia merasa sedih, tetapi di sisi lain ia merasa bahagia ketika ibunya selalu ada disampingnya. Sebenarnya tidak hanya ibunya saja yang sangat mengerti perasaannya, ada satu orang sosok yang ia panggil nenek. Neneknya Halbert hanya datang sesekali ke rumah Halbert, dan pastinya untuk menemui cucu kesayangannya tersebut. Ketika bersama neneknya, ia selalu menunjukkan kebahagiaan dan menutupi luka yang tidak terlihat.

Ketika Halbert beranjak dewasa, ia semakin menjadi seorang laki-laki yang sangat dingin. Ia sama sekali tidak pernah membuka pembicaraan dengan teman-temannya. Dan bisa dibilang ia adalah seseorang yang introvert. Ia sangat pandai memilih teman yang benar-benar orang baik. Walaupun, jika dilihat secara penampilan bisa dibilang adalah pria badboy. Tetapi, kita tidak bisa menilai seseorang dari penampilan saja. Tidak banyak orang yang tahu seberapa baiknya Halbert. Dan bagi Halbert penilaian orang lain adalah hal yang tidak penting untuk dipikirkan.

Dan itu semua berkat pola asuh otoriter yang ditanamkan oleh ayahnya sejak kecil. Di satu sisi, pola asuh otoriter yang diterapkan oleh keluarga Halbert dapat membuat seseorang menjadi tertekan. Namun, di sisi lain pola asuh otoriter dapat membuat mereka menjadi seseorang yang hebat. Seperti, mereka bisa menciptakan kebahagiaan tersendiri tanpa ada urusan campur tangan orang lain. Hanya diri mereka masing-masing yang tahu lebih dalam.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Brondong, I'm in Love   Gelisah

    Aylaberusaha untuk tetap bersembunyi sampai waktu yang ia tak tahu kapan. Kedua matanya terus memantau pergerakan Halbert. Tingkah Aylayang seperti ini seperti sedang menjadi buronan polisi. Untungnya tak banyak pengunjung kafe yang memperhatikan tingkah Ayla. Hanya segelintir orang saja, namun mereka bersikap masa bodoh. Dalam kondisi yang seperti ini, ia masih sempat untuk melirik minuman yang masih tersisa. Rasanya ingin sekali meneguk minumannya sampai habis kemudian lari dari sini, pikir Ayla. Bagaimana pun caranya, ia harus keluar dari kafe secepat mungkin. Tatapan Halberttertuju pada seluruh penjuru kafe. Ia merasakan seperti ada sesuatu yang aneh. Ia dilanda kebingungan. Halbertmemesan secangkir kopi panas. Sambil menunggu pesanannya datang, ia masih menatap ke sekeliling secara tajam. Namun, detik ini entah keberuntungan atau kebetulan berada di pihak Ayla. Aylasedikit bernapas l

  • Brondong, I'm in Love   Selalu Ada Dirinya

    Aylamenjadi terkejut bukan main saat yang dilihatnya adalah Halbert. Ia memastikan bahwa ia masih mengenakan pakaian yang lengkap seperti semalam. Aylamerasa lega. Ia mengambil tas dan kunci mobil yang berada di atas meja. Sebelum pria itu bangun, dia kabur begitu saja. Halbertsebenarnya menyadari pergerakan Ayla. Ia tahu bahwa wanita yang tidur bersamanya sudah bangun. Namun, ia memilih untuk berpura-pura masih tidur. Mata coklatnya sedikit terbuka ketika Aylamembuka pintu dan pergi meninggalkannya. Kemudian, ia terlelap kembali. Aylaberjalan terburu-buru sambil sesekali melihat ke belakang untuk memastikan bahwa Halberttidak mengikutinya. Ia merapihkan rambut yang berantakan. Aylamerutuki dirinya sendiri karena tidak sempat ke kamar mandi untuk cuci muka terlebih dahulu. Ketika pintu lift terbuka, ternyata sudah ada tiga orang di dalamnya. Aylapun masuk sambil menundukkan wajah bantalnya. Dia menghiraukan tatapan mere

  • Brondong, I'm in Love   Menahan Hasrat

    Menahan Hasrat Ketika mereka berdua larut dalam hasrat masing-masing, Aylamulai bertingkah. Dia membuka bajunya. Tingkah Aylayang seperti itu menjadi sebuah cobaan yang berat untuk Halbert. Halbertmeneguk saliva dan mencoba mengalihkan pandangannya dari bagian atas tubuh Aylayang hanya terbalut dengan bra berwarna merah. Namun, tidak bisa. Hasrat Ayladan Halbertsemakin meningkat. Halbertmemejamkan matanya sejenak. Namun, suara kegelisahan Aylaterdengar oleh kedua telinga Halbert. Pengaruh dari minuman yang Aylategak mulai muncul. Halbertyang paham akan situasi Aylapun langsung membuka kedua mata coklatnya. Dan menangkap kedua tangan Aylayang sedang mencoba untuk melepas tali bra. Sesekali Halbertmengumpat dalam hatinya. Mana ada pria yang dapat menahan hasrat jika dihadapkan dengan wanita seperti Ayla. “Harusnya kamu bersikap seperti ini disaat kita sudah di a

  • Brondong, I'm in Love   Terjerat dalam Perangkapnya

    Pucuk di cinta, ulampun tiba. Begitulah istilahnya, Halbertberpura-pura kesakitan usai kepalanya membentur lantai karena Ayla. Aylayang tadinya tidak peduli pun langsung mendekati Halbert. “Duh, bagaimana ini?” tanya Aylakepada dirinya sendiri yang dilanda kepanikan. Dia yang merasa bersalah dan parnoan pun segera membawa Halbertkeluar dari pub. Ayladan Halbertberjalan perlahan diantara para muda-mudi yang sedang berdansa. Aylasebenarnya merasa berat ketika tangan Halbertberada di pundaknya. Namun, dia tetap berusaha semampunya demi yang terbaik untuk Halbert. Karena ini semua salahnya. Ayladengan sabar memapah Halbert. Sedangkan tanpa Aylasadari, Halbertsebenarnya sedang tersenyum kemenangan. ‘Ternyata begitu mudahnya untuk mempermainkan wanitaku,’ batin Halbert. Halbertselalu mengatakan Aylaadalah wanitanya. Namun, ia sama sekali belum pernah meminta Aylamenjadi wani

  • Brondong, I'm in Love   Menyulut Api Cemburu

    Aylamerasa bersyukur bisa menikmati kebahagiaan bersama teman-teman terdekatnya. Namun, entah mengapa ia tidak bisa melupakan Halbertdalam satu detik saja. Ia merasa bahwa Halbertselalu menghantui pikirannya. Ia merasa gengsi jika menceritakan hal yang sedang dialaminya kepada teman-temannya. Mereka pasti akan mentertawakannya. Jika mengingat tentang Halbert, ia pun jadi teringat dengan Elang. Apakah Elang sekarang sudah baik-baik saja? Ia tidak berani untuk menghubungi Elang terlebih dahulu semenjak kejadian di malam itu. Saat malam itu, ia sama sekali tidak bisa mengontrol dirinya. Memang dari dulu juga ia tidak bisa menghargai perasaan Elang. Ia yang meminta bantuan Elang, namun ia juga yang menghancurkannya dalam satu waktu. Seharusnya dia berterima kasih karena Elang selalu ada saat ia sedang membutuhkan bantuannya. Untuk meminta maaf pun Aylamerasa malu. Aylabisa tertawa bahagia, namun kedua matanya ti

  • Brondong, I'm in Love   Hot Stalker

    Warna langit mulai berubah menjadi jingga. Aylasudah selesai mengajar di kampus. Ketika sedang bersiap untuk pulang, terdengar suara notifikasi pesan masuk. Ternyata ia mendapatkan pesan dari salah satu temannya. Pesan tersebut berisi tentang mengingatkan Aylabahwa hari ini akan ada perayaan ulang tahun di pub. Aylapun ingat kalau ia memiliki janji dengan teman-temannya untuk berkumpul di sebuah mall dan berangkat menuju pub bersama-sama. Tanpa Aylasadari, Halbertsedang mengikutinya dari belakang. Aylasebenarnya melihat sebuah mobil yang berada di belakang mobilnya. Namun, Aylatidak tahu kalau itu adalah mobil milik Halbert. Dia sama sekali tidak ambil pusing. Sedangkan Halbertyang berada di dalam mobil pun menerka-nerka tempat yang akan dituju oleh Ayla. Namun, kemanapun Aylapergi, Halbertakan terus mengikutinya. Halbertmasih mengikuti Aylayang sedang berada di mall. Ternyata tujuan Aylait

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status