Share

Pengar

Ayla pulang dari klub dengan rasa pengar dan nyeri di kepalanya. Kebanyakan minum pun akhirnya membuat mabuk juga. Dia berterima kasih dengan taksi yang sudah mau mengantarnya. Bahkan mobilnya pun dia tinggal di klub saja, biar saja Barga yang menjaganya, dia tak peduli.

Dengan sempoyongan dia menuju lantai dua, di mana kamar tidurnya berada. Dengan asal-asalan dia melepaskan dress miliknya dan menyisakan dalaman saja baginya. Dia segera menjatuhkan tubuhnya di atas pembaringan yang empuk dan nyaman itu.

Matanya segera terpejam saat merasakan tubuhnya sudah mendarat di atas kasur dengan mulusnya.

Berada di alam mimpi usai mengeluarkan banyak energi tentu saja membuatnya menjadi begitu nyaman. Tubuhnya yang letih semakin membuatnya cepat jatuh tidur pulas. Dia benar-benar kehilangan energi dan akal warasnya karena mabuk.

Bahkan ART yang membukakan pintu untuknya memandangnya miris, jelas aja. Dia tahu kalau Nonanya itu terkadang memiliki hidup yang berantakan bukan main. Dia tak bisa menyalahkannya bukan?

Sengaja dia datang ke kamar Ayla dengan sebaskom air hangat dan juga handuk kecil. Dia sudah melihat Ayla yang berbaring menelungkup di tempat tidurnya. Bau alkohol dari mulutnya begitu kentara sampai menyengat dan membuat wanita paruh baya itu menahan napasnya sendiri.

“Haduh Non, kenapa mabuk terus sih?” tanyanya meskipun dia tahu kalau Ayla tak akan mendengarnya bukan?

Dia dengan hati-hati mengelap tangan dan kaki Ayla. Lalu dengan tissue basah dia membersihkan make up di wajah Ayla. Wanita itu akan terus melayani Ayla seakan Ayla adalah putrinya. Dia tak tega melihat Ayla yang sendirian dan hidup bak manusia tanpa rasa.

Ayla hanya merubah posisinya, mencari kenyamanan untuk tubuhnya yang terasa pegal. Sementara ART yang sudah selesai dengan pekerjaannya membawa baju kotor Ayla yang tercium aroma minuman beralkohol lagi.

Dia hanya berharap Ayla akan berhenti dari kegiatan yang merusak tubuhnya itu. Perlahan dia menutup pintu seakan kalau menimbulkan bunyi maka Ayla akan terbangun.

Ayla terbangun dengan pengar yang hebat bukan main. Jelas-jelas dia harus sadar berapa banyak yang dia minum semalam bukan? Sungguh dia tak menyangka akan bisa minum sebanyak itu sampai saat dia bangun pun tubuhnya sempoyongan.

“Ah! Gila emang gue!” gerutunya seraya meraih sweeter miliknya. Dia menuju lantai satu di mana tempat para pekerja sedang berkumpul.

Melihat sosok Ayla yang sudah bangun membuat ART itu segera bangun dari duduknya dan membawakan nampan berisi segelas air hangat dan aspirin.

“Minum dulu Non.”

Ayla tersenyum menerimanya, dia segera menelan pil itu dan mendorongnya masuk dengan air hangat yang diminumnya dalam sekali tegukan.

“Makasih Bi. Sarapan hari ini apa? Saya lapar.”

Wanita itu dibuat ternganga dengan ucapan Ayla. Dia tak pernah menyangka kalau Ayla akan bertanya prihal makanan.

“Eh? Non mau makan apa memangnya? Bibi buatin ya? Tadi Bibi cuma masak nasi goreng aja sama ayam goreng,” sesal wanita itu merasa kalau menu itu bukanlah yang Ayla inginkan.

“Enggak usah, saya makan ini aja. Lapar banget.”

Ayla segera duduk di depan meja dan menyendokkan nasi goreng pada piringnya dan mencomot bagian paha ayam yang digoreng kering itu.

Dia melahapnya tanpa merasa terganggu dengan tatapan keheranan ART nya itu, sedangkan satpam yang berjaga rumahnya itu sudah menyingkir dari hadapannya. Sedangkan Ayla menikmati makanan itu, dia sudah lama tak makan makanan rumahan.

“Non, kepalanya masih sakit ndak?” ART itu kembali membuka mulutnya.

“Nanti juga hilang kok Bi, kayak enggak biasa lihat saya mabuk aja Bi,” jawab Ayla ringan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status