Share

Pengar

Penulis: Cold_Writer
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-05 20:06:57

Ayla pulang dari klub dengan rasa pengar dan nyeri di kepalanya. Kebanyakan minum pun akhirnya membuat mabuk juga. Dia berterima kasih dengan taksi yang sudah mau mengantarnya. Bahkan mobilnya pun dia tinggal di klub saja, biar saja Barga yang menjaganya, dia tak peduli.

Dengan sempoyongan dia menuju lantai dua, di mana kamar tidurnya berada. Dengan asal-asalan dia melepaskan dress miliknya dan menyisakan dalaman saja baginya. Dia segera menjatuhkan tubuhnya di atas pembaringan yang empuk dan nyaman itu.

Matanya segera terpejam saat merasakan tubuhnya sudah mendarat di atas kasur dengan mulusnya.

Berada di alam mimpi usai mengeluarkan banyak energi tentu saja membuatnya menjadi begitu nyaman. Tubuhnya yang letih semakin membuatnya cepat jatuh tidur pulas. Dia benar-benar kehilangan energi dan akal warasnya karena mabuk.

Bahkan ART yang membukakan pintu untuknya memandangnya miris, jelas aja. Dia tahu kalau Nonanya itu terkadang memiliki hidup yang berantakan bukan main. Dia tak bisa menyalahkannya bukan?

Sengaja dia datang ke kamar Ayla dengan sebaskom air hangat dan juga handuk kecil. Dia sudah melihat Ayla yang berbaring menelungkup di tempat tidurnya. Bau alkohol dari mulutnya begitu kentara sampai menyengat dan membuat wanita paruh baya itu menahan napasnya sendiri.

“Haduh Non, kenapa mabuk terus sih?” tanyanya meskipun dia tahu kalau Ayla tak akan mendengarnya bukan?

Dia dengan hati-hati mengelap tangan dan kaki Ayla. Lalu dengan tissue basah dia membersihkan make up di wajah Ayla. Wanita itu akan terus melayani Ayla seakan Ayla adalah putrinya. Dia tak tega melihat Ayla yang sendirian dan hidup bak manusia tanpa rasa.

Ayla hanya merubah posisinya, mencari kenyamanan untuk tubuhnya yang terasa pegal. Sementara ART yang sudah selesai dengan pekerjaannya membawa baju kotor Ayla yang tercium aroma minuman beralkohol lagi.

Dia hanya berharap Ayla akan berhenti dari kegiatan yang merusak tubuhnya itu. Perlahan dia menutup pintu seakan kalau menimbulkan bunyi maka Ayla akan terbangun.

Ayla terbangun dengan pengar yang hebat bukan main. Jelas-jelas dia harus sadar berapa banyak yang dia minum semalam bukan? Sungguh dia tak menyangka akan bisa minum sebanyak itu sampai saat dia bangun pun tubuhnya sempoyongan.

“Ah! Gila emang gue!” gerutunya seraya meraih sweeter miliknya. Dia menuju lantai satu di mana tempat para pekerja sedang berkumpul.

Melihat sosok Ayla yang sudah bangun membuat ART itu segera bangun dari duduknya dan membawakan nampan berisi segelas air hangat dan aspirin.

“Minum dulu Non.”

Ayla tersenyum menerimanya, dia segera menelan pil itu dan mendorongnya masuk dengan air hangat yang diminumnya dalam sekali tegukan.

“Makasih Bi. Sarapan hari ini apa? Saya lapar.”

Wanita itu dibuat ternganga dengan ucapan Ayla. Dia tak pernah menyangka kalau Ayla akan bertanya prihal makanan.

“Eh? Non mau makan apa memangnya? Bibi buatin ya? Tadi Bibi cuma masak nasi goreng aja sama ayam goreng,” sesal wanita itu merasa kalau menu itu bukanlah yang Ayla inginkan.

“Enggak usah, saya makan ini aja. Lapar banget.”

Ayla segera duduk di depan meja dan menyendokkan nasi goreng pada piringnya dan mencomot bagian paha ayam yang digoreng kering itu.

Dia melahapnya tanpa merasa terganggu dengan tatapan keheranan ART nya itu, sedangkan satpam yang berjaga rumahnya itu sudah menyingkir dari hadapannya. Sedangkan Ayla menikmati makanan itu, dia sudah lama tak makan makanan rumahan.

“Non, kepalanya masih sakit ndak?” ART itu kembali membuka mulutnya.

“Nanti juga hilang kok Bi, kayak enggak biasa lihat saya mabuk aja Bi,” jawab Ayla ringan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Brondong, I'm in Love   Gelisah

    Aylaberusaha untuk tetap bersembunyi sampai waktu yang ia tak tahu kapan. Kedua matanya terus memantau pergerakan Halbert. Tingkah Aylayang seperti ini seperti sedang menjadi buronan polisi. Untungnya tak banyak pengunjung kafe yang memperhatikan tingkah Ayla. Hanya segelintir orang saja, namun mereka bersikap masa bodoh. Dalam kondisi yang seperti ini, ia masih sempat untuk melirik minuman yang masih tersisa. Rasanya ingin sekali meneguk minumannya sampai habis kemudian lari dari sini, pikir Ayla. Bagaimana pun caranya, ia harus keluar dari kafe secepat mungkin. Tatapan Halberttertuju pada seluruh penjuru kafe. Ia merasakan seperti ada sesuatu yang aneh. Ia dilanda kebingungan. Halbertmemesan secangkir kopi panas. Sambil menunggu pesanannya datang, ia masih menatap ke sekeliling secara tajam. Namun, detik ini entah keberuntungan atau kebetulan berada di pihak Ayla. Aylasedikit bernapas l

  • Brondong, I'm in Love   Selalu Ada Dirinya

    Aylamenjadi terkejut bukan main saat yang dilihatnya adalah Halbert. Ia memastikan bahwa ia masih mengenakan pakaian yang lengkap seperti semalam. Aylamerasa lega. Ia mengambil tas dan kunci mobil yang berada di atas meja. Sebelum pria itu bangun, dia kabur begitu saja. Halbertsebenarnya menyadari pergerakan Ayla. Ia tahu bahwa wanita yang tidur bersamanya sudah bangun. Namun, ia memilih untuk berpura-pura masih tidur. Mata coklatnya sedikit terbuka ketika Aylamembuka pintu dan pergi meninggalkannya. Kemudian, ia terlelap kembali. Aylaberjalan terburu-buru sambil sesekali melihat ke belakang untuk memastikan bahwa Halberttidak mengikutinya. Ia merapihkan rambut yang berantakan. Aylamerutuki dirinya sendiri karena tidak sempat ke kamar mandi untuk cuci muka terlebih dahulu. Ketika pintu lift terbuka, ternyata sudah ada tiga orang di dalamnya. Aylapun masuk sambil menundukkan wajah bantalnya. Dia menghiraukan tatapan mere

  • Brondong, I'm in Love   Menahan Hasrat

    Menahan Hasrat Ketika mereka berdua larut dalam hasrat masing-masing, Aylamulai bertingkah. Dia membuka bajunya. Tingkah Aylayang seperti itu menjadi sebuah cobaan yang berat untuk Halbert. Halbertmeneguk saliva dan mencoba mengalihkan pandangannya dari bagian atas tubuh Aylayang hanya terbalut dengan bra berwarna merah. Namun, tidak bisa. Hasrat Ayladan Halbertsemakin meningkat. Halbertmemejamkan matanya sejenak. Namun, suara kegelisahan Aylaterdengar oleh kedua telinga Halbert. Pengaruh dari minuman yang Aylategak mulai muncul. Halbertyang paham akan situasi Aylapun langsung membuka kedua mata coklatnya. Dan menangkap kedua tangan Aylayang sedang mencoba untuk melepas tali bra. Sesekali Halbertmengumpat dalam hatinya. Mana ada pria yang dapat menahan hasrat jika dihadapkan dengan wanita seperti Ayla. “Harusnya kamu bersikap seperti ini disaat kita sudah di a

  • Brondong, I'm in Love   Terjerat dalam Perangkapnya

    Pucuk di cinta, ulampun tiba. Begitulah istilahnya, Halbertberpura-pura kesakitan usai kepalanya membentur lantai karena Ayla. Aylayang tadinya tidak peduli pun langsung mendekati Halbert. “Duh, bagaimana ini?” tanya Aylakepada dirinya sendiri yang dilanda kepanikan. Dia yang merasa bersalah dan parnoan pun segera membawa Halbertkeluar dari pub. Ayladan Halbertberjalan perlahan diantara para muda-mudi yang sedang berdansa. Aylasebenarnya merasa berat ketika tangan Halbertberada di pundaknya. Namun, dia tetap berusaha semampunya demi yang terbaik untuk Halbert. Karena ini semua salahnya. Ayladengan sabar memapah Halbert. Sedangkan tanpa Aylasadari, Halbertsebenarnya sedang tersenyum kemenangan. ‘Ternyata begitu mudahnya untuk mempermainkan wanitaku,’ batin Halbert. Halbertselalu mengatakan Aylaadalah wanitanya. Namun, ia sama sekali belum pernah meminta Aylamenjadi wani

  • Brondong, I'm in Love   Menyulut Api Cemburu

    Aylamerasa bersyukur bisa menikmati kebahagiaan bersama teman-teman terdekatnya. Namun, entah mengapa ia tidak bisa melupakan Halbertdalam satu detik saja. Ia merasa bahwa Halbertselalu menghantui pikirannya. Ia merasa gengsi jika menceritakan hal yang sedang dialaminya kepada teman-temannya. Mereka pasti akan mentertawakannya. Jika mengingat tentang Halbert, ia pun jadi teringat dengan Elang. Apakah Elang sekarang sudah baik-baik saja? Ia tidak berani untuk menghubungi Elang terlebih dahulu semenjak kejadian di malam itu. Saat malam itu, ia sama sekali tidak bisa mengontrol dirinya. Memang dari dulu juga ia tidak bisa menghargai perasaan Elang. Ia yang meminta bantuan Elang, namun ia juga yang menghancurkannya dalam satu waktu. Seharusnya dia berterima kasih karena Elang selalu ada saat ia sedang membutuhkan bantuannya. Untuk meminta maaf pun Aylamerasa malu. Aylabisa tertawa bahagia, namun kedua matanya ti

  • Brondong, I'm in Love   Hot Stalker

    Warna langit mulai berubah menjadi jingga. Aylasudah selesai mengajar di kampus. Ketika sedang bersiap untuk pulang, terdengar suara notifikasi pesan masuk. Ternyata ia mendapatkan pesan dari salah satu temannya. Pesan tersebut berisi tentang mengingatkan Aylabahwa hari ini akan ada perayaan ulang tahun di pub. Aylapun ingat kalau ia memiliki janji dengan teman-temannya untuk berkumpul di sebuah mall dan berangkat menuju pub bersama-sama. Tanpa Aylasadari, Halbertsedang mengikutinya dari belakang. Aylasebenarnya melihat sebuah mobil yang berada di belakang mobilnya. Namun, Aylatidak tahu kalau itu adalah mobil milik Halbert. Dia sama sekali tidak ambil pusing. Sedangkan Halbertyang berada di dalam mobil pun menerka-nerka tempat yang akan dituju oleh Ayla. Namun, kemanapun Aylapergi, Halbertakan terus mengikutinya. Halbertmasih mengikuti Aylayang sedang berada di mall. Ternyata tujuan Aylait

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status