Share

Budak Malam CEO Arogan
Budak Malam CEO Arogan
Author: Putri Tidur

Club Malam

"Tuan, tolong bebaskan utang saya. Saya akan memberikan putri saya untuk Anda sebagai gantinya."

Diana terperangah mendengar ayahnya memohon-mohon sambil mendorong tubuhnya ke hadapan seorang pria yang duduk dengan angkuh. 

Hati Diana teriris diperlakukan seperti barang.

Tadinya Diana pikir, ia diajak sang ayah hanya untuk menemui salah satu partner bisnis.

Diana juga sempat menolak, apalagi kehadiran ayahnya itu sangat tiba-tiba. Tetapi Dody, ayahnya, membujuknya dengan menjanjikan akan menyekolahkan adiknya. Dan jika partner bisnisnya mau membantu, perekonomian Diana pun akan terbantu.

Maka dari itu, Diana menyetujui permintaan ayahnya, meski ia sempat bingung mengapa ayahnya juga menyuruhnya untuk berdandan menggunakan pakaian haram ini.

Dan ternyata….

Pria blasteran bernama Michel Rahardian itu menatap tubuh Diana sambil berdecak remeh.

Diana mengenali pria itu karena sering melihatnya tampil di TV.

"Dia ini tidak ada nilainya untukku. Tidak berharga dibandingkan dengan nyawamu, Dody. Aku bisa mendapatkan wanita mana pun yang aku mau, kenapa aku harus menerima gadis ini?"

Dari luar ruangan, terdengar suara lagu dari DJ dan juga teriakan orang-orang yang sudah mabuk. Meski Diana berteriak memohon untuk dilepaskan, orang yang berada di luar tidak akan bisa menolongnya.

Michel kemudian berjalan mengelilingi Diana yang kedua tangannya kini diikat oleh Dody.

"Anak saya ini masih murni, Tuan. Dia masih perawan," ujar Dody kembali memohon.

Diana melebarkan matanya, terkejut. “Tidak, tidak… Aku tidak ingin dijual. Jangan sangkut-pautkan aku dengan kesalahanmu!”

Tetapi setelah mendengar penuturan Doddy, Michel langsung menyeringai sinis ke arahnya. Ia menilai Diana dari atas ke bawah, membuat gadis itu risih.

"Baiklah, bawa dia pergi dari sini."

Michel lalu memerintah anak buahnya untuk membawa Dody pergi dari tempatnya.

"Aku bersikap baik hari ini karena anakmu," kata Michel sambil melirik Diana sekali lagi. "Dia tidak buruk."

Michel menendang kaki Dody hingga pria paruh baya itu bersujud di kaki Diana yang masih tidak percaya bahwa ayahnya telah benar-benar menjualnya.

"Diana, maafkan Papa, Nak,” ujar Dody.

“Tu-tunggu…” lirih Diana.

“Tuan, terima kasih banyak," sambung Dody kembali, setelahnya dibawa pergi oleh kedua anak buah Michel.

Diana melihat semua itu dengan bingung. Ia sebenarnya belum bisa mencerna apa yang terjadi padanya sekarang. Ia bahkan baru tahu jika ayahnya ini memiliki utang, dengan seseorang yang baru ia temui malam ini.

Diana tidak tahu mengapa ayahnya bisa berurusan dengan orang seperti Michel. Melihat bagaimana seisi klub begitu hormat padanya, dan anak buah yang selalu sigap pada tuannya itu, Diana bisa merasakan bahwa Michel bukanlah orang sembarangan. Ia pasti sangat berkuasa.

Tiba-tiba ketakutan menjalar dalam tubuh Diana. Ia ingin kabur, berlari menuju pintu keluar. Jadi, ia memberontak di kursinya.

"Lepaskan aku! Aku mohon! Jika kalian tidak melepaskanku, aku akan melaporkan kalian semua!" teriaknya frustrasi.

Bukannya takut dengan ancaman itu, semua anak buah Michel yang berada di ruangan tersebut malah menertawakan Diana.

Michel bersikap tenang lalu menarik kursinya dan duduk tepat di hadapan Diana.

"Tuan, aku rasa ada salah paham di sini. Aku tidak tahu apa yang dilakukan ayahku. Kumohon, lepaskan aku. Aku akan melakukan apa pun.”

Michel hanya menatapnya sambil bersedekap.

“Aku akan bayar utang ayahku. Aku janji. Jadi, tolong lepaskan aku," pinta Diana lagi, kali ini sambil terisak.

"Apa kamu sanggup membayar utang ayahmu itu, Diana?" Michel menatapnya intens. "Utangnya sangat besar, 50 miliar. Bahkan jika organ ayahmu atau kamu dijual sekalipun, tidak akan cukup untuk melunasi semua hutangnya."

Diana tersentak.

Bagaimana bisa ayahnya memiliki utang sebesar itu? Diana terdiam sejenak dan memikirkan cara apa yang bisa ia gunakan untuk bebas dari sini.

Diana tidak punya siapa pun yang bisa ia mintai pertolongan. Ia hanya punya Doni, adiknya. Dan Doni tidak bisa melakukan apa pun untuk menolongnya karena adiknya itu masih sekolah. Diana juga tidak mungkin melibatkannya.

Mereka sudah tidak punya ibu karena ibu kandungnya sudah meninggal dan ayahnya sudah memiliki keluarga baru.

"Lalu, apa yang akan Tuan lakukan padaku? Apakah Tuan akan membunuh dan menjual organ tubuhku?" Diana bertanya dengan wajah nanar.

"Tergantung. Jika kamu membuat saya tidak senang, saya akan memutilasi tubuhmu!" kata Michel dengan maksud untuk bercanda. Tapi nada datarnya justru membuat tubuh Diana bergetar hebat.

"Tuan, bagaimana bisa Anda bertindak tidak adil seperti ini? Yang berbuat salah bukan aku, tetapi kenapa aku yang harus dihukum? Tuan bisa menangkap ayahku!” seru Diana tidak terima.

"Tidak ada pilihan lain lagi, Diana. Kamu adalah milik saya sekarang.”

Dengan gerakan tangan dari Michel, salah satu anak buahnya melepaskan ikatan tangan Diana. Lalu Michel memerintahkan anak buahnya itu untuk mengambil satu botol bir.

Mendengar itu, Diana segera bangkit dan berusaha kabur, karena ia punya firasat jika Michel akan menjebaknya.

Belum sempat ia sampai di pintu, tiba-tiba…

DOR!

Suara tembakan menggema dan Diana langsung terdiam membatu di tempatnya.

Michel menghampirinya. Langkahnya begitu gegas dan gagah. Ia lalu mencengkeram kedua pipi Diana dan menuang sebotol bir ke mulut Diana secara paksa.

Namun, Diana memuntahkan minuman yang sangat berbahaya itu.

Uhuk, uhuk!

Diana tersedak, tetapi Michel kembali mencengkeram pipinya, dan menengadahkan kepala Diana ke atas.

Minuman haram itu dimasukkan kembali dan kali ini lolos masuk ke tenggorokannya. Diana bisa merasakan pahitnya cairan itu dan tubuhnya kian bergetar dengan perbuatan Michel.

Setelah Diana berhasil meminumnya beberapa teguk, Michel baru melepaskannya.

Pria itu menyeringai puas.

Tubuh Diana melemah. "Tuan, aku mohon. Aku wanita baik-baik dan aku harus mengurus adikku yang masih sekolah,” lirihnya dengan suara bergetar. Tetapi Michel hanya menatapnya dengan tajam.

Rasa pening mulai menguasai diri Diana. Efek alkohol begitu cepat muncul dalam dirinya. Dari sudut matanya, Diana bisa melihat bahwa pintu keluar tidak jauh darinya. Dan beberapa anak buah menjauh dari pintu, seperti memberikan waktu untuk tuannya.

Michel berjalan ke arahnya, dan Diana bergerak mundur. Tanpa banyak pikir, Diana tetap nekat bergegas keluar dari tempat menyeramkan ini.

Ia berhasil berlari dengan cepat, membuka pintu dan keluar dari ruangan. Namun, di luar ruangan itu ternyata lebih luas dari ruangan tempat Diana ditahan.

Ada banyak lampu warna-warni yang semakin membuatnya pusing, dan musik disko yang telah diputar membuatnya tidak bisa mendengar suara orang lain.

Meski kepalanya pusing dan tubuhnya terasa lemas, Diana berusaha mencari jalan keluar. 

Ia terus berjalan melewati lorong sampai tiba di lantai dansa yang penuh sesak. Diana membelah kerumunan hingga menabrak orang-orang yang sibuk berjoget dan bersenang-senang di tempat tersebut.

Sampai akhirnya Diana jatuh tersungkur di hadapan seorang pria mabuk yang melihatnya dengan tatapan lapar.

Pria itu langsung menarik Diana dan memeluknya dengan erat. Diana bergidik karena pria itu mencoba untuk menyentuh tubuhnya.

“Lepaskan aku!” pekik Diana sambil berusaha menjauhkan pria itu darinya. Tapi tenaga Diana tidak sebanding dengan pria yang bobotnya dua kali dari tubuhnya sendiri.

Diana akhirnya hanya bisa pasrah, kehabisan tenaga untuk melawan. Namun, saat pandangannya mulai memburam, tiba-tiba suara serak menggelegar membuat Diana dan pria yang melecehkannya itu tersentak kaget, dan otomatis menoleh ke arah sumber suara.

"Lepaskan tanganmu dari wanitaku!"

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Okta ana okta ana
seru bgt cerita,y
goodnovel comment avatar
Putri Tidur
makasih banyak cinta...️
goodnovel comment avatar
Meylani putri
cerita nya keren
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status