Share

2

Author: Gleoriud
last update Last Updated: 2022-03-21 20:10:53

Keke masih dalam mode bad mood, bahkan gadis itu mengurung diri di kamarnya saat makan malam.

Keke, sengaja pulang kampung karena proses sidang skripsinya telah selesai. Dia hanya tinggal menunggu jadwal wisuda yang akan dilangsungkan setelah lebaran. Selain itu, dia juga tengah mengobati hatinya yang patah.

Putus cinta begitu menyesakkan, dia dan Kevin telah berpacaran selama tiga tahun, suka duka bersama dan selama ini Keke begitu setia padanya.

Awalnya Keke mengingkari firasatnya sendiri. Tepatnya setelah masa KKN berlalu, Kevin mulai menampakkan perubahan, mereka jarang bertemu padahal berasal dari kampus yang sama. Kevin selalu saja punya alasan untuk menghindarinya. Namun, dua Minggu lalu, laki-laki itu menyerah dan memilih mengakhiri hubungan mereka.

"Ke, aku yang salah di sini, aku yang berselingkuh, kau wanita yang sangat baik, sangat sempurna, jadi aku tak berhak mendapatkan dirimu,"

Begitu kata Kevin waktu itu. Rasanya Keke ingin mencincang Kevin, jika tau dia bersalah seharusnya Kevin minta maaf, berubah dan kembali padanya. Bukan memutuskan hubungan mereka secara sepihak. Tapi, alih-alih menangis, Keke malah tersenyum anggun.

"Aku tau, wanita setia tidak akan cocok dengan laki-laki peselingkuh. Untungnya kau mengaku sekarang, sebelum aku memperkenalkanmu pada ayahku."

Padahal dalam hatinya, Keke merasa remuk, dia bahkan mengurung diri di kamar selama tiga hari. Hanya makan makanan ringan dan tidak mandi-mandi. Dia membebaskan airmatanya sampai dia bosan dan lelah untuk menangis.

Saat ini, Keke tidak ingin lagi mengingat laki-laki itu.

"Boleh ayah masuk, Ke?" Ayah tiba-tiba saja muncul. Ayah masih memakai kopiah, baju koko dan kain sarung. Artinya ayahnya baru saja selesai sholat.

"Masuklah, Yah!"

Keke membereskan komiknya yang berserakan di atas kasur.

"Ada apa, Nak? Ayah lihat kau sangat murung sejak kepulanganmu dari kota. Ayah siap mendengar ceritamu."

"Tidak ada, Yah." Keke berusaha menyembunyikan kebohongannya.

"Tidak ada berarti ada. Apa kuliahmu lancar?"

"Bentar lagi Keke wisuda, ayah juga tau kan?"

"Ayah tau. Terus, apa kau bertengkar dengan pacarmu?"

"Kami sudah berakhir, Yah. Dia bukan laki-laki yang baik. Keke selalu ingat pesan ayah, suami itu adalah pemimpin, jika dia tak mampu menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri, bagaimana dia bisa memimpin keluarganya?"

"Bagus." Pak Iwan tersenyum bangga. "Kau ingat laki-laki tadi?"

"Yang mana, Yah?"

"Yang mengantar mejamu."

"Oh, Abang itu. Ingat wajahnya tak ingat namanya."

"Namanya Bujang."

"Iya, kolot sekali namanya."

"Jangan nilai namanya. Nilai pribadinya, apa kau lupa, saat kau masih SD, kau pernah hanyut di sungai, Bujanglah yang menyelamatkanmu."

"Keke tidak ingat."

"Menurutmu bagaimana dia?"

"Kenapa ayah tanyakan dia pada Keke?"

"Tidak, ayah hanya perlu pendapatmu."

"Dia pendiam. Tak banyak bicara," jawab Keke.

"Apa menurutmu dia tampan?"

"Sedikit, sayang sekali, wajahnya tidak terurus, mungkin kalau rambutnya dipotong, dan kumisnya dicukur dia akan kelihatan lebih rapi."

"Ayah suka dengan Bujang?"

"Apa?" Keke sangat terkejut. "Jangan bilang,"

"Apa kau berpikir ayah punya kelainan, anak bodoh. Maksud ayah, ayah menyukai kepribadian Bujang, dia sebenarnya memiliki banyak uang, buktinya mesjid di desa tetangga dialah yang membangunnya. Tapi dia tak bermewah-mewah, dia punya hutan sendiri untuk usaha perabotnya. Dia hebat."

"Iya, Keke lihat rumahnya lebih cocok dikatakan pondok."

"Kalau ayah jodohkan dia sama kamu, gimana, Ke?"

"Apa?"

***

Luqman memisahkan kayu yang sudah dipotong-potong dan siap untuk diolah menjadi bahan untuk membuat perabot. Semua orang tau, bahwa Bujang pada hakikatnya bukan orang miskin, dia punya hutan sendiri yang didapatkan dari warisan keluarga.

Orangtua Bujang sudah meninggal, ayahnya meninggal saat dia berumur enam tahun, sedangkan ibuny meninggal sepuluh tahun yang lalu.

Bujang anak tunggal, tidak memiliki kerabat dekat karena ibunya juga terlahir tunggal. Bujang pernah bercerita pada Luqman bahwa dia pernah menyesali diri karena tak mampu mewujudkan keinginan terakhir ibunya, yaitu memiliki cucu. Bagaimana ada cucu, istri saja tidak punya.

Rumah Bujang dibangun di tengah-tengah hutan miliknya, alasannya agar dia tidak kesusahan membawa kayu ke gudang. Namun, walaupun terpencil dari desa, akses ke sana bisa dilewati kendaraan roda empat.

Luqman pada hakikatnya tak jauh beda umurnya dengan Bujang, hanya saja rambutnya cepat beruban dan tubuhnya tak se-perkasa sahabatnya itu.

Bujang keluar dari rumah kayunya, rambut gondrongnya masih basah karena baru saja selesai mandi. Dia memakai kaos tanpa lengan yang lebih mirip dengan singlet, dipadukan dengan celana jins pudar.

"Catnya sudah kering?" tanya Bujang mengamati meja pesanan Keke. Luqman menyapukan telapak tangannya di permukaan meja, lalu mengangguk.

"Sudah, kapan diantar?"

"Siang ini," jawab Bujang mengamati bon di tangannya. "Setelah ini kita harus menyelesaikan pesanan yang lain."

"Ah, tak rugi kau bertemu dengan gadis nyasar itu."

"Dia bukan nyasar, tapi memang sengaja ke sini." Bujang duduk di potongan kayu, lalu mengeluarkan korek api dari kantong celananya, dia memang perokok berat.

"Lihat siapa yang datang!" seru Luqman saat deru motor berhentu tepat di depan pagar kayu Bujang. "Aku yakin dia ke sini mencarimu," goda Luqman.

"Tentu saja, dia pembeli dan aku penjual," jawab Bujang membuang rokoknya dan menginjaknya. Melayani pembeli sambil merokok baginya tidak sopan.

"Ah, kau selalu serius tak bisa diajak bercanda," jawab Luqman sambil mengangkat meja itu ke tempat yang teduh.

Keke kali ini memakai baju kaus Gembrong bewarna kuning, celana pendek di atas lutut, khas Keke yang tak pernah memakai rok. Kakinya beralaskan sandal jepit bewarna hitam.

Sejenak Keke mematut Bujang yang berjalan ke arahnya, dia jadi berpikir, apa istimewanya laki-laki matang itu selain dermawan, sehingga ayahnya begitu menyukainya.

Bujang memiliki perawakan tinggi besar, kulitnya sawo matang rambut gondrong dan sedikit ikal, cambang dan jenggot tumbuh liar di wajahnya. Belum lagi bulu-bulu kasar yang mengintip sedikit dari singletnya.

Keke tak menemukan keistimewaan apa-apa. Biasa saja.

"Meja saya sudah siap?" Keke mengubah ekspresinya menjadi biasa, dia tak ingin Bujang melihat tatapan menilainya.

"Sudah, nanti siang kami antar."

"Boleh saya lihat dulu? Jadi kalau ada apa-apa bisa langsung diperbaiki sebelum diantar."

"Silahkan! Ikut aku!"

Keke mengangguk, dia mengikuti Bujang, punggung lebar dan otot liat, menandakan dia pekerja keras dan suka membawa beban berat. Tapi bagi Keke, itu bukanlah sebuah keistimewaan. Rasanya terlalu berlebihan jika ayahnya menjodohkannya dengan pria yang usianya jauh di atasnya itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
siti fauziah
jangan cuman di lihat dari luar aja ke...
goodnovel comment avatar
Sumi Sumiyati
baru pertama melihat belum bisa menilai Keke
goodnovel comment avatar
Siti Yusuf
iissh Keke hati hati loohh kamu menghina Bujang ntar malah jatuh cinta
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bujang Lapuk ( Malam Pertama dengan Om Perkasa )   100

    Setelah melakukan berbagaipertimbangan, Amir kemudian menyerahkan dirinya kepada kepolisian dan mengaku semua kesalahannya. Pada hari itu juga, Alam diringkus oleh polisi dan mereka sama-sama masuk ke dalam sel tahanan.Di hari yang sama, pada hari itu juga Anne menghembuskan nafasnya terakhir di rumah sakit, setelah kecelakaan yang menyebabkannya kritis selama 2 hari. Sedangkan Hendrik masih dalam keadaan kritis. Peristiwa kecelakaan itu menjadi santapan para pencari berita, karena Anne adalah seorang yang dipandang di negri ini sebagai pebisnis muda yang sukses dan lahir dari keluarga kaya raya.Tak ada kejahatan yang tidak mendapatkan balasan. Mungkin Bujang tidak memiliki kemampuan untuk membalas karena dia kalah kekuatan dan kekuasaan. sehingga melakukan hukuman yang sangat besar kepadanya pada pagi itu televisi dipenuhi oleh berita tentang kematian wanita konglomerat yang memang namanya sudah dikenal sebagai wanita pebisnis yang sangat beruntung dalam mengelola semua bisnisnya

  • Bujang Lapuk ( Malam Pertama dengan Om Perkasa )   99

    Keke menangis sesenggukan melihat keadaan Bujang yang sudah selesai melakukan operasi patah tulang. Anne bertingkah sebagai Dewi penyelamat, berhasil membuat semua orang percaya dengan bualannya, yang mengatakan bahwa dia adalah penyelamat Bujang, hanya Keke yang berusaha menahan geram pada wanita itu, tapi dia lebih memilih untuk bungkam saja, karena yang terpenting sekarang adalah kesembuhan Bujang terlebih dulu."Maafkan Keke, karena telah berprasangka buruk kepada Abang. Ternyata apa yang Abang lakukan adalah mencari pekerjaan. Keke minta maaf, Keke sangat berdosa sudah berprasangka yang bukan-bukan pada Abang."Keke menangis penuh sesal, dia merasa seperti istri yang sangat durhaka, dengan musibah yang telah terjadi pada suaminya itu, seharusnya dia bersabar pada suaminya sedang berjuang mencari nafkah.Bujang sudah dipindahkan ke ruangan perawatan, ada beberapa orang di sana termasuk Lukman, Ayah Keke beserta ibunya. Mereka sangat prihatin dengan apa yang terjadi pada pria itu.

  • Bujang Lapuk ( Malam Pertama dengan Om Perkasa )   98

    "Makanlah! abang-abang sudah 3 hari tidak makan, air saja takkan bisa membuat kita hidup, pikirkan istri dan anak-anak, sampai kapan Abang akan begini?" kata wanita berumur 40-an itu pada suaminya yang termangu di depan jendela. Pria yang dipanggil Abang itu adalah Amir menggeleng dengan wajah yang lesu. Dia sakit-sakitan dan tak memilki nafsu makan sama sekali, bahkan tiga hari ke belakang, dia sama sekali tak menyentuh nasi.Sejak aksi kejahatan itu, Amir sama sekali tidak bisa makan enak, hatinya diliputi rasa bersalah yang amat besar. Perasaan bersalah itu menggerogotinya siang dan malam dan membuat dia merasa ketakutan. Terbayang wajah Bujang yang sedih melihat semua harta bendanya sudah lenyap dilahap api."Aku tidak mau makan. Simpan saja!" katanya pada istrinya, matanya cekung dan pandangannya kosong. Sang istri yang kebingungan hanya bisa mengelus dada dengan tingkah suaminya itu.Sang istri, yang wajahnya begitu sedih kemudian mengusap air matanya. Suaminya terlihat begitu

  • Bujang Lapuk ( Malam Pertama dengan Om Perkasa )   97

    Orang yang telah membuat Bujang celaka itu sudah pergi, sedangkan Bujang masih terkapar di tengah jalan dengan kondisi yang mengenaskan, pria itu terlihat sekarat. Pingsan, lalu sadar kembali, entah berapa lama dia kehilangan kesadarannya.Bujang tak meneteskan air mata, matanya menatap ke atas langit yang kelam. Di sana ... dia seolah-olah melihat ayah dan ibunya tengah melihat dirinya yang sangat malang. Bujang merasakan amat kesakitan di seluruh tubuhnya, apalagi bagian kakinya, dia yakin, tulang yang sudah patah. Siapa yang telah tega membuatnya seperti ini, dia bukanlah orang yang jahat, dia hanya pria penyendiri yang tak suka diusik dan tak pernah mengusik. Lalu, dengan kejamnya mereka melakukan ini padanya. Jika umurnya panjang, dia takkan memaafkan mereka. Bujang akan membalas dengan cara setimpal.Bujang terbayang wajah Keke dan anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Andaikan malam ini dia dipanggil oleh Yang Maha Kuasa, bagaimana nasib mereka semuanya? Siapa yang akan menafkah

  • Bujang Lapuk ( Malam Pertama dengan Om Perkasa )   96

    Motor Honda melesat dengan kecepatan sedang, dia tidak menyadari, sejak tadi ada 4 orang dengan mobil pikap mengikutinya. 4 pria utusan Anne itu menyamar seolah-olah membawa barang di dalam mobil pick up, sehingga Bujang sama sekali tidak curiga.Di tempat lain, Keke tengah merasa sedih. Nabil terpaksa dirawat malam ini, sedangkan dua anaknya, Delia dan Delio hanya rawat jalan. Si kembar sudah dibawa oleh Ibu dan Ayah keke pulang ke rumah. Bayu sempat menemani Keke di rumah sakit, tapi anak itu besok harus bangun pagi-pagi untuk sekolah, Keke menyuruh Bayu pulang saja.Berulang kali gagal menelepon Bujang dan tidak diangkat. Kali ini tidak tersambung, sepertinya ponselnya mati atau sengaja dimatikan. Hal itu membuat Keke makin kesal.Nabil sudah tidur sejam yang lalu. Rasanya ingin marah, dia merasa Bujang sudah berbeda, Bujang yang sekarang lebih asik dengan dunianya sendiri. Dia sering termangu, bahkan sudah jarang berbicara dengan Keke."Kenapa Abang Bujang seperti ini?" kata Kek

  • Bujang Lapuk ( Malam Pertama dengan Om Perkasa )   95

    "Terima kasih, Wak."Pria yang dipanggil Uwak itu menggangguk. Bujang pun mulai bekerja hari ini.Pria yang dipanggil Uwak itu melihat Bujang dengan tatapan sedih. Bujang adalah pria yang baik, terkenal sangat dermawan dan tidak pernah pandang bulu dalam menolong orang. Bujang bukan pria yang kesusahan, dia sudah terlahir sebagai anak tunggal yang kaya raya, cuma orang tuanya mengajarkan hidup sederhana. Pria itu malah menjadi anak buahnya sekarang, pria yang dulu yang mengajarkannya cara membuka usaha perabot, sekarang malah menjadi anak buahnya.Bersamaan dengan itu, Keke yang baru pulang mengajar dan belum merasakan istirahat merasa kebingungan. Delia Delio demam, sedangkan Nabil memang sudah demam sejak 2 hari yang lalu. "Ayo, kita bawa ke rumah sakit saja," kata ibunya yang juga khawatir dengan kondisi cucunya itu. "Kita tanya Bang Bujang dulu, Bu," jawab Keke, wanita itu kemudian mengeluarkan handphonenya dan menelepon Bujang beberapa kali, tapi Bujang sama sekali tidak menjaw

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status