Share

Sekarang

last update Last Updated: 2022-05-04 16:16:23

Alya berjalan cepat meninggalkan kantin. Sambil memegang tempat minum, dia mempercepat langkah ingin segera sampai di tempat kerjanya. Sayangnya, perutnya yang semakin membuncit, mengurangi gerak langkahnya. Ditambah lagi, teriakan beberapa orang yang mengingatkannya untuk berhati-hati, mulai terdengar. Dia terpaksa menghentikan langkah saat Andri menghampirinya. 

"Hati-hati, Sayang! Aku ngeri lihat kamu jalan seperti barusan. Ingat, ada anak kita dalam perutmu!" tegur Andri dengan tatapan penuh kekhawatiran.

Alya yang mendapat protes dari suaminya hanya tersenyum polos. 

"Iya, Sayang. Maaf!"

"Jangan hanya minta maaf. Lain kali, jangan diulangi lagi!" Andri mengusap kepala Alya sayang. Kemudian, dia memberikan usapan pada perut Alya yang kini tengah mengandung anaknya kemudian.

"Anak Ayah, kalau Bundanya nakal jangan diam saja, ya?!" 

Perkataan Andri seolah didengar oleh bayi mereka yang kini menendang perut Alya. Keduanya pun tertawa.

"Dia nurut." 

"Iyalah. Anak aku!" Alya mencebik, sedang Andri tertawa pelan.

"Barusan kenapa sih tergesa-gesa?" 

Alya tersenyum penuh misteri, lalu menggeleng membuat Andri memicing semakin heran. 

"Rahasia! Aku belum mau cerita sama kamu sebelum bilang sama Cahaya." 

"Ada apaan, sih?"

"Nanti kamu juga tahu sendiri! Udah ah, takut dicariin anak-anak!"

Alya melanjutkan langkahnya menyusuri lorong menuju tempat kerjanya. Andri yang memang tidak bisa memaksa Alya akhirnya menggelengkan kepalanya. 

****

"Ya!"

Cahaya menoleh sebentar, lalu kembali memeriksa barang saat melihat Alya berjalan mendekat. 

"Apa?" tanya Cahaya saat Alya sudah berdiri di sampingnya. 

"Sibuk?"

"Iya. Ada yang urgent dan harus dikirim siang nanti. Tadi Pak Indra juga nanyain spec yang kemarin. Udah beres belum?" terang Cahaya tanpa mengalikan pandangannya. 

"Udah, sedang cek QC. Aku ada kabar gembira nih!" Alya semakin tidak sabar menyampaikan berita yang akan dia sampaikan, hingga Cahaya menghentikan pekerjaannya. 

"Apa?"

"Jangan kaget tapi!" Alya sudah heboh sendiri. Itu ciri khas dia saat ada berita yang menurutnya sangat menarik. 

Cahaya mendesah pelan, calon ibu itu tetap tak berubah. Itulah yang membuat Cahaya nyaman bersahabat dengan Alya. 

"Iya," jawab Cahaya pendek agar Alya segera mengatakan maksudnya. 

"Tadi waktu ke kan--"

"Cahaya!" sebuah panggilan menghentikan perkataan Alya. Keduanya menoleh pada sumber suara. 

"Iya, Pak Indra?" jawab Cahaya, sedang Alya menghembuskan napas pasrah. Tampaknya, waktunya kurang tepat untuk bercerita. 

"Ini nggak lulus, barang lain ada nggak?" tanya Indra memberikan kertas hasil kerja pada Cahaya. 

Cahaya mendesah lelah, "Aku cek ke belakang dulu, Pak!" 

"Nanti kabarin, ya?! Soalnya nanti mau ada manager pemasaran yang baru dan harus diajakin kenal bagian produksi." 

"Loh, emang Bapak mau kemana?" tanya Alya yang sedari tadi hanya diam. 

"Saya cuma pengisi kekosongan saja, Al. Orang barunya udah ada di kantor, kok, ya udah aku ke sana dulu."

Indra pun berlalu setelahnya. 

"Ya?"

"Ceritanya nanti aja ya, Al? Aku mau cek barang dulu." 

"Euh, Ya--"

Tangan Alya mengambang di udara. Dia tak bisa mencegah Cahaya yang beranjak ke bagian belakang untuk memeriksa barang. 

"Ya sudahlah, nanti saja bilangnya. Dia juga lagi sibuk," guman Alya meninggalkan tempat kerja Cahaya. 

***

Cahaya terus melakukan pekerjaannya mencari barang yang memang sangat dibutuhkan untuk segera kirim.

Perusahaan tempat kerjanya sekarang adalah perusahaan yang sama seperti saat dia bekerja di Korea. Setahun setelah Cahaya bekerja di negeri gingseng itu, mereka memutuskan memindahkan perusahaan ke Indonesia. Cahaya yang diberikan jabatan leader, akhirnya sibuk dan melupakan janji seseorang yang telah berjanji akan datang dua tahun lalu. Namun, hingga akhir penantian di tahun ketiga pun, lelaki itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya. 

Berbeda dengan Alya yang berhasil menyatukan cintanya dengan Andri. Kini, sahabatnya itu bahkan tengah menunggu kelahiran anak pertama mereka. 

Waktu terus berjalan. Kesibukan Cahaya harus terhenti oleh suara bel tanda istirahat berbunyi. Dia menyandarkan tubuh lelahnya di kursi kebesarannya dengan Alya yang menatapnya diam.

 

Tak nyaman, akhirnya Cahaya pun bertanya, "Kenapa, Al? Gitu amat liatinnya." 

"Capek?"

"Dikit, kenapa?"

"Aku tanya boleh?"

"Apa?"

"Kalau tiba-tiba kamu ketemu Aa Raja, gimana?"

Cahaya melihat Alya kaget. Sudah lama mereka tidak membicarakan nama itu. Kenapa sekarang Alya menanyakan lagi? 

"Ada apa sih, Al? Tumben!"

"Jawab saja." 

"Entahlah, aku malu--" Cahaya mendesah lelah, semua cerita masa lalu kembali membayang di benaknya.

Tentang dia, Kim, dan juga ... Raja. 

 "Kamu ... masih mengharapkan kedatangan si Oppa, ya?" tanya Alya menatap dalam Cahaya. Dia merasa iba dengan kisah cinta gadis cantik di depannya itu. 

"Aku ... tidak mau membicarakan tentang dia lagi, Al. Sudah cukup aku memberikan banyak kesempatan padanya. Baik saat bersama, atau pun setelah kami berjauhan," 

"Lalu selama ini ... kenapa kamu menutup hati? Adrian pun sempat kamu tolak dulu."

Cahaya tersenyum. Benar, dia dengan tegas menolak cinta Adrian saat lelaki itu mengungkapkan cintanya. Namun, karena merasa lebih nyaman menjadikan Adrian sebagai teman, pria itu pun tersadar.

"Aku bukan menutup hati, hanya ... belum bisa membuka hati lagi." 

"Bukan karena berharap bertemu seseorang?" 

 Cahaya mengerutkan keningnya, "Bertemu seseorang? Siapa?" 

 "Aku yakin kamu akan terkejut kalau aku bilang siapa yang aku lihat tadi," ujar Alya berteka-teki.

Namun, Cahaya yang sudah sangat mengenal Alya dengan baik, yakin kalau yang dikatakan Alya adalah satu kebenaran. 

"Emangnya siapa yang kamu lihat tadi?" tanya Cahaya yang mulai tertarik dengan pembicaraan mereka. 

"Tadi itu, aku ...."

"Kenapa belum ke kantin?" Suara lain menginterupsi, hingga Alya kembali menelan kata-katanya. 

Alya kesal. Lagi-lagi, dia gagal. 

"Ganggu aja kamu, Yan!" dengus Alya membuat Adrian yang baru saja datang mengernyit heran. 

"Kenapa sih Bumil satu ini, Cahaya?" kata Adrian bingung.

"Dari tadi, aku tuh mau ngasih tahu Cahaya sebuah kabar gembira. Sayangnya, selalu aja ada halangan. Siapa yang nggak kesel coba?" rajuk Alya dengan wajah ditekuk.

Adrian yang mengerti langsung terkekeh. 

"Ya, maaf ... kan aku nggak tahu kalau kalian sedang serius, kirain sengaja lagi nungguin biar bisa barengan ke kantin. Andri mana?" kata Adrian dan menanyakan keberadaan suami Alya itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukan Aku Tak Setia    Akhir Kisah Kita

    Kim tak menyembunyikan kehancurannya. Di depan Raja dia menceritakan semua cerita hidupnya. Terpaksa menikahi wanita pilihan orang tuanya, mengabaikan semua perasaannya untuk menemui Cahaya, yang dia yakin pasti menunggunya tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pernah berpikir untuk melupakan gadis itu, saat pernikahannya terberkati oleh kehamilan istrinya. Memilih tetap hidup dengan rasa yang sudah mati. Dia bagai tak memiliki tujuan pasti, hanya diam dan menuruti semua keinginan ayahnya. Hingga asa itu hidup lagi, saat istrinya harus menyerah dalam perjuangan meraih cintanya, meninggal setelah memberinya seorang putri yang kemudian diberinya nama, sesuai dengan nama sang pujaan seperti keinginan Su Ni. Kim merangkai mimpi lagi, berharap Cahaya masih sendiri dan sudi menerimanya kembali. Datang ke Indonesia dengan harapan yang bertumbuh besar. Bahagia, saat alamat yang tertulis dalam kertas yang mulai memudar, bisa dia temukan. Bertemu Rosita yang dengan jelas mengatakan, kalau

  • Bukan Aku Tak Setia    Meminta Kesempatan

    Taksi yang mereka tumpangi berhenti tepat di depan gerbang apartemen. Setelah membayar, Raja meminta Cahaya untuk menunggunya membukakan pintu. Tak ada penolakan, Cahaya biarkan suaminya melakukan apapun yang dikehendaki. Tangan keduanya bergandengan memasuki area apartemen. Baju yang kemarin dipakai Cahaya kerja, kali ini pun kembali dipakainya. Karena memang kemarin, jangankan berganti pakaian, masuk ke apartemennya saja Cahaya tidak sempat, karena langsung dibawa Raja yang dalam keadaan cemburu, melihatnya datang bersama Kim. Langkah Cahaya terlihat berbeda, sisa serangan Raja di malam pertama mereka yang tertunda, membuat Cahaya masih merasakan sakit di setiap langkahnya. Sedang si pelaku utama, dengan sabar mengimbangi langkah istrinya dengan tatapan iba. Meski tak ada lagi kata maaf yang dia katakan, karena memang seperti itu prosesnya. Nanti setelah terbiasa, sakit itupun tak lagi terasa. Ah, biasa … bagaimana akan terbiasa? Sedang dia tak lama berada di sana, rasanya Raja

  • Bukan Aku Tak Setia    Aku Menunggu, Mereka Bercumbu

    Semalaman dia di sana. Menghabiskan setiap detik yang membuatnya bagai dicekik, bahkan setiap oksigen yang dihirup, membuat dadanya sesak disetiap hembusan. Jangan tanya rasa hatinya. Hampa. Tak berdaya. Ingin mati saja, bersama dengan cintanya yang kini telah kandas. Lepas. Hancur tak tersisa. Bayangan semua hal yang bisa dilewati dengan semua kehangatan, oleh gadis pujaan dengan seseorang yang pernah begitu dekat dengannya, semakin membuatnya enggan memejamkan mata. Berharap dan menunggu, mungkin saja pasangan yang sudah dinyatakan sebagai suami istri itu, kembali meski malam telah larut, atau di saat pagi siap menjelang. Meski dia tahu, itu tentu saja pemikiran yang salah, karena dua orang yang terus memenuhi pikirannya, tengah panas menghabiskan malam. Memadu kasih, melebur kerinduan. Sedang dia membeku, bersama serpihan salju yang turun dengan lebat di luar. Mereka sepasang pengantin baru, terpisah karena tugas yang tidak bisa ditolak, tentu saja saat bertemu, mereka akan ter

  • Bukan Aku Tak Setia    Indah Bersamamu

    Mata yang tadi terpejam rapat itu perlahan terbuka, mengumpulkan kesadaran yang beberapa saat lalu terseret oleh alam mimpi yang sekejap dikunjungi. Kehangatan yang sempat membuatnya lelap beberapa saat lalu, membuatnya menduga kalau kehangatan tadi hanyalah mimpi, saat tak mendapati sosok yang tadi merengkuhnya dalam nikmat, kini tak ada di sisi. Mimpi? Cahaya semakin menegaskan pandangan, melihat keseluruhan tempat di mana dia berada kini. Ini bukan kamarnya di apartemen, yang sudah menjadi tempat tinggal sementara tiga bulan terakhir. Jelas ini bukan mimpi. Bahkan rasa sakit dan perih yang menyengatnya di bawah sana, adalah bukti nyata kalau dia tidak bermimpi, suaminya ada di Korea. Tapi kemana dia? "Sayang?!" Mata Cahaya terpaku pada pintu kamar mandi di sudut ruangan. Berharap Raja keluar dari sana, setelah mendengar panggilannya. Tak ada jawaban. Apa Raja meninggalkannya sendirian di sana? Apa suaminya itu masih marah, tentang kejadian tak diharapkan mengawali pertemuan me

  • Bukan Aku Tak Setia    Pengobat Rindu

    Drttt … drttt … Getaran ponsel yang beradu dengan nakas disamping tempat tidur, mengalihkan perhatian Raja dari menatap wajah damai Cahaya. Beberapa saat setelah penyatuan mereka, istrinya itu langsung tertidur dengan nyaman dalam pelukannya, mengabaikan desakan gairah Raja yang kembali bangkit, saat kulit tubuh mereka kembali bergesekan, dia biarkan istrinya lelap. Bahkan napas yang terhembus belum sepenuhnya normal, namun lagi Raja mengharap bisa mengulang kenikmatan yang baru saja berlalu. Menarik pelan lengannya yang dijadikan bantal oleh cahaya, Raja berusaha agar gerakannya tidak mengganggu lelap tidur istrinya yang nampak kelelahan, meski mereka hanya melakukan dalam waktu yang sebentar, tapi istrinya langsung kalah dalam sekali serangan, sama sepertinya yang juga menyerah di awal pertempuran. Mengambil ponselnya untuk melihat siapa yang menghubunginya, Raja melihat nama Khadi juga Mukta di layar, memintanya melakukan panggilan grup. Menepuk keningnya pelan, Raja melihat pe

  • Bukan Aku Tak Setia    Yang Tak Termiliki

    Young Nam hanya diam menanggapi perkataan Hana, apalagi kata yang selanjutnya terlontar, memang sanggup membuatnya menyalahkan dirinya seperti yang dikatakan Hana tadi. Anaknya menderita karena dia. Dialah yang empat tahun ini menciptakan luka dan sakit di hati anaknya. Merubah anaknya yang dulu sangat ceria setelah bertemu dengan Cahaya, menjadi pendiam setelah keegoisannya menjodohkan Kim dengan anak kakaknya. Meski kata maaf sudah dia sampaikan, restu sudah diberikan, ternyata kisah mereka memang harus terhenti begitu saja, saat dia mengucap kata tidak untuk hubungan mereka dulu.Sesal. Itu yang Young Nam rasakan sekarang. Apalagi ketiga anak muda itu masih berputar dalam lingkaran yang sama. Rasa traumanya atas penghianatan sahabat dan tunangannya, harus dia limpahkan dengan memberikan duka pada anaknya. Padahal kasus untuk Kim, Cahaya, dan Raja jelas beda. Tapi dia sudah tidak memberikan ruang restu untuk Cahaya, saat tahu kalau gadis yang dicintai anaknya adalah kekasih dari Raj

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status