Mobil melaju dengan pelan menuju bioskop Rajawali disopiri Mas Rayyan. Kami segera menonton film dua garis biru. Posisiku duduk diantara dua bersaudara.
Baru sekitar 15 menit film diputar aku merasakan ada kepala yang menyandar di bahu kananku. Aku menoleh kulihat Mas Rayyan tengah tertidur sambil mangap. Pasti dia kelelahan habis jaga malam. Cowok kalau ganteng, mau tidur sambil mangap ya tetep aja ganteng. Aku membiarkannya tertidur pada bahuku. Merasai kehadirannya melalui indera penciuman dan perasaku. Ternyata rasa itu masih sama seperti 6 tahun yang lalu. Hatiku ternyata tak bisa berbohong. Aku memang jatuh cinta pada mantan calon kakak iparku ini. Iya jatuh cinta sejak pertama berjumpa dengannya. Tapi aku sadar dia milik kakakku jadi aku berusaha memendam cinta dalam diamku. Dan memutuskan berpacaran dengan Feri karena sepintas dia mirip dengan Mas Rayyan. Aku sudah tak fokus menonton film. Aku justru lebih memilih fokus menatap seseorang yang menyaMobil melaju dengan kecepatan sedang menuju kebun strawberry, Purbalingga. Aku dan Rania sejak tadi bercerita dan bercanda. Mas Rayyan sesekali ikut juga. Namun, dia menjadi pendiam sejak kami membahas masalah cinta dalam diam. Sampai di kebun, aku dan Rania langsung turun dari mobil dengan antusias."Hati-hati Ra, Na. Dasar bocah," teriak Mas Rayyan.Aku dan Rania hanya tertawa. Kami sudah sampai di kebun strawberry. Kami berdua sibuk memetik buah dan berlarian. Emang kayak bocah sih, bocah tua sama bocah remaja hahaha. Mas Rayyan cuma berjalan mengikuti kami dengan memasukkan kedua tangannya ke saku celana Jeansnya.Sesekali kami berfoto dengan berbagai gaya, dari gaya normal sampai gaya urakan kami lakukan. Mas Rayyan kami jadikan sebagai fotografer dadakan. Sesekali dia ikut foto juga sih.Kami melewati sekumpulan lelaki. Sepertinya masih usia anak kuliahan. Beberapa dari mereka ada yang menggoda kami tapi langsung diam melihat tatapan tajam dari si mata elan
Satu minggu ini aku harus menulikan kuping dan menyabarkan hati. Ya Allah, ngenes banget hidupku. Dari mulai cinta dalam diam, dikhianati pacar, sering di PHP-in, sekarang punya tunangan ya cuma bohongan. Miris.Saat ini aku cuma rebahan aja di kamar. Padahal kalau Minggu biasanya aku lagi ngedate sama Rania plus kakaknya. Tapi sejak kejadian Minggu kemarin aku males pergi sama mereka lagi. Rania udah WA sampai telepon berkali-kali merengek minta ditemenin ngemall. Aku beralasan lagi sakit."Dekkkkk..." teriak Ibu membahana."Apa sih Bu. Kuping Nasha jadi budeg ini.""Kamu kenapa? Sakit?""Capek aja Bu. Pengen rebahan. Kangen ma kasur.""Tumben hari Minggu di rumah.""Kan Adek emang gadis rumahan Bu? Ya wajarlah Adek di rumah.""Biasanya kan kamu jalan-jalan sama Rania dan Rayyan. Ini kok di rumah aja.""Lah kan jalan-jalan gak setiap Minggu juga.""Yah, padahal Ibu penginnya kamu main keluar. Kalau di rumah kamu itu cuma glund
Aku masih belum percaya dengan semua yang terjadi. Apa iya aku beneran dilamar? Selama dua minggu ini aku sering melamun jika sedang tak ada kegiatan. Bahkan aku kadang sering tersenyum sendiri."Ya ampun, pasti Mas Rayyan cuma bercanda. Buktinya hampir dua minggu ini dia tak ada kabar." Aku mengucap itu berulang kali."Cuma Rania sama Tante Helena yang sibuk menghubungiku tanya ini itu. Ah, bodo amat. Dasar Mas Rayyan nyebelin."Rupanya dua minggu ini, aku terlihat uring-uringan. Seina dan Suster Mira sampai bingung dengan tingkahku."Kamu kenapa Na?" tanya Seina."Gak papa." Aku berusaha tampil baik-baik saja."PMS kamu?" tanyanya penuh selidik."Enggak.""Lah terus?" Rupanya Seina masih kepo."Aku cuma capek kok Sei."Seina nampak ingin bersuara lagi namun aku memberinya kode kalau aku butuh ketenangan. Itu berarti aku butuh sendiri dan tak ingin diganggu.*******Aku membuka pintu, mataku terbelalak. Mas Rayyan? A
"Kamu mau pilih yang mana?" saat ini aku sedang memilih perhiasan, katanya buat seserahan. Aku memilih model yang sederhana tapi elegan dan gak banyak permatanya."Kita kemana lagi Mas?""Beli baju, sandal sama kosmetik.""Okeh." Mas Rayyan menggenggam tanganku, aku sempat syok namun memilih diam dan menikmati hawa hangat dari genggaman tangannya.Setelah berkeliling mencari seserahan dan pemapag untuk Mas Rayyan, akhirnya kami makan di area foodcourt. Sebenarnya agak gak enak juga sih, semua benda pemapag yang niatnya aku beli untuk Mas Rayyan seperti kemeja, celana panjang, kaos sampai dalemannya malah dibayarin sama Mas Rayyan. Tapi gak papa sih lumayan jadi ngirit.Saat kami sedang mengobrol dan menunggu pesanan datang, kulihat dr. Wijaya tengah berjalan bersama Mbak Hilda. Mereka melihat kami sehingga memutuskan ikut duduk bersama kami."Halo Nasha cantik. Gimana kabarnya?" dr. Wijaya menyapaku dengan overdosis lebaynya seperti biasa."B
Saat aku bersiap-siap akan pulang kulihat Rian menghampiriku."Selamat ya Na, semoga lancar pernikahannya.""Makasih Yan. Semoga kamu juga dapat calon istri yang baik.""Tapi bukan kamu, Na.""Cinta gak bisa dipaksakan. Maaf.""Baiklah." Saat Rian akan pergi dari ruanganku, aku memanggilnya."Yan, lain kali kalau kamu serius sama cewek, jangan hanya beri dia harapan tanpa kepastian, itu saranku."Rian diam, tapi kemudian dia menyahut."Jadi kalau dulu aku ngajakin kamu nikah kamu mau sama aku?" ucapnya dengan mata berbinar."Mungkin jika aku suka kamu iya, tapi sekali lagi maaf cinta gak bisa dipaksakan."Rian kembali cemberut, "Baiklah akan aku pertimbangkan usulmu kalau besok aku suka sama cewek. Sekali lagi semoga bahagia ya.""Makasih."Aku sudah berada di parkiran, saat aku menyadari ada seseorang menungguku disana."Bisa kita bicara berdua, Nasha."*****Aku tengah menyeruput minumanku, menunggu s
Tanganku sedang dihias hena cantik oleh Mbak Diah. Hasil rekomendasi dari Seina. Akad nikah dilaksanakan di Sokaraja karena rumah lama kami akhirnya dibeli Huda. Lagian kata Ayah aku juga dapat jodoh orang Purwokerto jadi mending rumah Jatilawang dijual saja.Malam ini aku ditemani oleh Jeni dan Leo. Maklumlah sahabat kentel gitu loh. Dimana ada Jeni disitu ada Leo walaupun mereka seringnya berantem daripada diem. Seina jelas gak bisa ikut menemani kan lagi hamil muda. Gita apalagi, anaknya butuh dijaga. Sedangkan Lusi dan Dino datang besok siang bersama keluarga masing-masing.Acara resepsi akan dilaksanakan malamnya di Hotel Aston menimbang karena kenalan Om Surya sangat banyak dan rata-rata orang kaya. Maklumlah kan beliau Arsitek dan kontraktor jadi kenalannya oke punya. Belum lagi kenalan anaknya.Sedangkan Akad nikah dan prosesi adat Jawa dilakukan di rumahku. Bersyukur Ayah dulu bisa membeli rumah deket jalan raya tapi berhalaman luas dan memang sud
POV Rayyan.Aku masih ingat pertemuan pertamaku dengan dia... Istriku. Mungkin sekitar 11 tahun yang lalu. Seorang remaja berusia 15 tahun. Saat itu aku sedang menjemput adikku Raisa yang tengah ikut try out ujian nasional di SMA 2 Purwokerto. Harusnya sekarang dia kelas 1 SMA tapi karena pernah sakit tipes parah sehingga ia harus mengulang kelas 1 SMP-nya. Karena alasan itulah aku memilih kuliah di kedokteran.Entah kenapa gadis remaja SMP itu begitu memikat mataku. Sebenarnya hampir semua teman-temannya cantik juga tapi mungkin karena penampilannya yang tomboy membuat dia berbeda.Remaja tinggi langsing berhidung mancung dan berkulit putih dengan alis tipis melengkung indah menghiasi mata bulatnya. Satu yang menarik perhatianku adalah pipi chubbynya yang membuat setiap orang merasa gemas ingin mencubitnya termasuk diriku.Selama menunggu pengumuman hasil try out, mataku tak pernah lepas dari gerak gerik si gadis tomboy. Ini diluar kebiasaanku, aku t
Akhirnya resepsi pernikahan kami akan berlangsung juga. Sekali lagi aku harus didandani seperti pagi tadi.Aku menahan malu saat Bu Titik tengah meriasku. Dia dengan telaten meriasku meski beberapa kali terlihat seulas senyum terbit dari bibirnya. Ah, ini semua karena ulah suamiku. Bisa-bisanya dia memberiku tanda cinta dileher. Haish... Untungnya hasil make up Bu Titik mampu menyamarkan noda tersebut. Hingga setelah selesai dirias, aku menatap takjub diriku di cermin. Wow, apa ini aku? Aku kok kayak princess ya? Aku masih mengagumi penampilanku lewat cermin besar. Hingga aksiku terhenti karena suara pintu kamar yang terbuka."Gimana Na, udah sele..." Mas Rayyan masuk ke kamar rias yang sengaja di sewa di Aston.Kulihat mata Mas Rayyan memancarkan kekaguman dan senyum terbit dari bibirnya. Aku pun tersenyum kearahnya."Eh Mas Rayyan, duh yang udah gak sabar mau belah duren. Jangan dicicip dulu ya Mas. Kasihan, nanti dandannya lama lagi," kelakar Bu Titik.