Kelakuan Bram semakin brutal, siang ini di saat Ayu membawa barang dagangan karena ada yang COD. Bram langsung memepet motor Ayu, dan meminta dengan paksa sejumlah uang."Kalau kau tak berikan uang itu, aku bisa menculik anakmu, ngerti!!""Apa! Kau!! Dasar perampok!""Diam, aku bisa berbuat kasar padamu, ayo! serahkan uangnya!"Ayu dengan gemetar menyerahkan sejumlah uang yang ada di dalam dompetnya. Dirinya takut Bram benar-benar akan menculik Tegar.Setelah Bram mendapatkan apa yang diinginkannya, dia langsung pergi begitu saja.Ayu hanya terdiam, sialan ini namanya perampokan. Dirinya sudah tahu sifat arogan Bram.Malam ini, Ayu duduk termenung saja. Tegar sudah tertidur dengan nyenyak. Kejadian siang tadi di luar dugaannya. Ada rasa khawatir bila Bram akan berulah lebih lagi.Apakah dirinya harus mempertimbangkan saran Desi. Memang harus tetap memikirkan masa depan Tegar. Terlebih lagi, posisi anaknya benar-benar harus dipikirkan matang-matang. Bram sudah mulai melakukan aksinya,
Tangan yang mencekal tangan Bram adalah Pras. Ayu sampai tak berkedip melihat suaminya datang pada saat yang tepat. Entah, ada genderang bahagia dalam hati Ayu. Namun, ada kesedihan yang tampak di mata Ayu, melihat penampilan Pras yang sekarang, kurus dan kulitnya sedikit menghitam. tubuh jangkungnya terlihat semakin tinggi saja. Baju yang asal-asalan dan kusut. Apakah Desi tak mengurus suaminya, ah ... mengapa pula Ayu berpikir semacam itu, bukankah dia masih sebagai istrinya pula."Mas Pras," bisik Ayu lirih. Setelah Pras sudah mengusir Bram, dirinya kembali ke hadapan Ayu. Matanya menatap wanita itu penuh kerinduan. Kecurigaannya benar, Desi membawa semua dus-dus berisi pakaian dan mainan untuk seseorang yang dia curigai. Walaupun di depan Istrinya Pras harus berpura-pura bodoh.Ayu nampak ragu, hendak berbuat apa, matanya langsung menatap ke dalam netra mata Pras.Langsung dengan cepat, Pras memeluk Ayu dalam deraian air mata. lelaki itu tipe yang gampang tergugah dalam air mata
"Aaa!" Ayu terpekik, saat rambutnya ditarik Bram dari belakang. Santi yang melihat hal tersebut, langsung mengambil Tegar dari gendongan Desi, dan segera membawa tegar masuk ke dalam kamar.Ibu menarik tangan Ayu. Desi masih tergugu melihat kejadian yang tiba-tiba ini."Ada apa sebenarnya! dan kau siapa! lepaskan Ayu!!' teriak Desi penuh emosi.Desi lupa dan pangling atas penampilan Bram saat ini."Wkk wkk, aku Bram mantan suaminya. ternyata Ayu hanya modol pinjam rahim saja, cuihhhh." Bram terus menarik rambut Ayu.Desi kini paham Bram mantan suami Ayu."Kau mau apa?! lepaskan Ayu. hal ini tak ada hubungannya denganmu, Ayu menikah secara sah. kau yang bajingan apa sekarang kau pernikahanmu dengan wanita babu itu sah di pengadilan! dasar lelaki bodoh!" omongan Desi yang penuh emosi itu memancing Bram untuk melepaskan jambakan pada Ayu."Kau!!""Apa! memangnya aku tak tahu kebusukanmu hah! lelaki macam kau itubdi loakan banyak! kau butuh duit kan! hingga melakukan ini! tak mungkin kamu
Ayu telungkup di pembaringan, beberapa bekas pecahan kaca terlihat tertutup perban yang masih basah oleh obat.Ayu memejamkan matanya, ada bulir air mata terus mengalir.Desi merasa tak tega melihatnya, walaupun apa yang sudah terjadi, Ayu adalah sahabatnya.Desi membelai rambut Ayu dan mengecupnya pelan."Maafkan aku Ayu, Maafkan aku." Desi sudah ikutan terisak."Kau tak bersalah, Bram yang kurang ajar.""Aku ... akan penjarakan dia. tenang saja.""Tegar ...." desis Ayu dan mulai menangis lagi."Aku akan menjaga Tegar."Ayu menggeleng, "biar dia bersama Santi." Desi merasa serba tak enak. "Mungkin sayangku pada Tegar melebihi dari kamu Ayu, buktinya aku semakin ikhlas menyerahkan suamiku untukmu.""Jangan bahas itu sekarang, kepalaku pusing sekali,' balas Ayu dan memalingkan wajahnya.Desi terdiam, namun tangannya masih terus membelai rambut Ayu.***Santi sudah membersihkan semua pecahan kaca, dan menceritakan kronologinya pada salah satu petugas yang datang. Tak lama datang Pras
"Ibu, masak sayur lompong Bu," pinta Ayu pada malam itu."Apa! Mau nyari batang lompong di mana malam-malam begini," ujar ibu.Lompong adalah batang dari umbi talas.Ayu terdiam, "Tapi rasanya ingin sekali Bu, dulu ibu sering buat kan?""Itu dulu, Ayu , masa kecil kamu. Ah jangan yang aneh-aneh, ibu nggak bisa nemuin lompong itu."Kemudian Pras keluar dari kamarnya dan ikutan nimbrung."Besok aku carikan, sayang. Tapi nggak malam ini. Lihat sudah jam 11 malam, nggak mungkin ke pasar, lagian pasarnya tutup."Ayu sedikit cemberut dan langsung masuk kamar. Ibunya memandangnya sedih."Tak apa Bu, biarlah besok aku cari lompong tersebut, sekarang ibu istirahatlah."Ibu pun menurut perintah menantunya tersebut. Kebahagian saat ini karena pengorbanan dari Pras juga.Pagi menjelang, kesibukan di rumah Desi sungguh meriah, Tegar sudah berlarian mengejar kelinci di halaman. Pak bandar hanya tersenyum saja, semua taman sudah bersih hanya rumput luas terhampar jadi tak membahayakan Tegar yang ber
Di dalam rumah, Ayu nampak mengelus perutnya yang terlihat cepat sekali besar."Ibu, ibu! apa aku normal, usia kehamilan empat bulan tapi kaya lima bulan saja."Ayu masih melihatnya di cermin.Mendengar Ayu memanggilnya, ibunya pun mendekat, memang perut Ayu terlihat besar, dan tubuhnya cepat sekali gemuk."Kau sudah periksa bulan ini, Ayu?""Belum Bu.""Jangan-jangan anak kamu kembar, Ayu.' Perkiraan ibunya membuat Ayu langsung menatap ibunya dengan tak percaya."Mungkin, benar saja Bu, karena napsu makanku sungguh luar biasa. nggak pernah kenyang." "Ayok kita periksa sekarang, bila benar anakmu kembar kali ini, ibu bahagia sekali Ayu. Tegar akan punya adik baru.""Tegar Bu? bukankah sudah sebulan lebih Desi tak membawa tegar main ke sini. Santi juga tak beri kabar, ah aku terlalu asyik sampai lupa jadwal mereka berkunjung padaku Bu ."Ayu segera mengambil ponselnya dan menghubungi Santi.Tak juga aktif, Ayu menjadi tanda tanya ada apa sebenarnya? kini, berganti Ayu menghubungi Desi
Begitu asyiknya Pras menikmati kegiatannya, sambil duduk Tika bak menyusui seorang bayi. Kini berganti pada gundukan yang sebelahnya. Tak ayal benda kenyal dan menggemaskan itu sudah Pras Raup dalam genggaman tangannya. meremas dan memainkan benda kecil berwarna coklat muda tersebut. Desahan dari mulut Tika membuat Pras semakin intens bergerilya."Pak, kok enak ah ...."Pras masih terus mengenyot milik Tika, tak lama melepasnya dengan menariknya pelan. Kini bibir ranum Tika menjadi sasaran berikutnya.hmmm hmmm hmmmterdengar suara suara saking berdecap, tak lama terdengar ketukan di pintu.Tika segera berdiri dan membenahi pakaiannya yang sudah setengah terbuka, begitu juga Pras, segera membetulkan resletingnya yang baru saja dibuka Tika.Tika segera bersembunyi di bawah meja kerja Pras."Ya, Masuk."Bu Indira masuk, di tangannya ada setumpuk map yang kini diletakan di meja kerja Pras."Apa ini?""Tugas kemarin Pak, beberapa laporan yang perlu bapak tanda tangani.""Oh, iya. Nanti sa
Ayu langsung membalikkan badannya dan tersenyum lebar, matanya berbinar bahagia melihat suaminya pulang kerja."Apa Mas? Martabak manis?"Suaminya mengangguk dan menarik tangan istrinya pelan, membantunya turun dari ranjang dengan hati-hati.Ayu masih dengan senyum manisnya, walaupun dalam hatinya sangat remuk redam.Ayu melahap martabak manis yang sudah terhidangkan di meja makan, ternyata ibunya telah memindahkan makanan tersebut ke sebuah piring besar. Ayu menikmati makanan tersebut tak sadar air matanya menitik, segera dihapusnya dengan lengan bajunya. Pras menatapnya tak curiga, "aku mandi dulu ya? Love you." Tangan Pras mengelus rambut Ayu perlahan, dan lelaki yang penuh drama itupun pergi meninggalkan Ayu dan ibunya. Ayu terdiam, segera meletakkan kembali makanannya, dadanya sesak, akhirnya Isak tangisnya pun pecah.Ibunya kaget melihat perubahan mendadak dari Ayu."Ada apa, Nak? Mengapa kau menangis? Ada apa?!"Ayu masih terus terisak, tak sanggup untuk menceritakan pada ibun