Pagi itu Anissa masih tertidur pulas di ranjangnya, hawa dingin yang menyelinap masuk membuatnya enggan untuk bangkit dari tempat tidurnya.
Namun sebuah suara terdengar nyaring dan menggema membangunkan nya.
"Nis, bangun Nak lihat sudah siang" teriak Lidya membangunkan putrinya.
Anissa tampak enggan menjawab ucapan bundanya dan memilih menutup seluruh tubuhnya dengan selimut hingga ke kepala."Anissa, bangun!! Kamu susah banget sih di banguninnya" ucap Lidya kesal "Yahh, bangunin tuh anak gadisnya masa jam segini belum bangun" ucap Lidya kesal.Anissa tampak memerjapkan matanya perlahan dan mulai bangkit dan terduduk di ranjangnya "Bawell banget sih!! Ga tau apa aku masih ngantuk gini" dumel Anissa kesal.Saat Anissa tengah mengoceh sendiri tiba tiba suara Handoko terdengar jelas ke telinga Anissa namun ntah apa yang terjadi suara Handoko tampak sangat lembut saat membangunkan putrinya itu."Anissa ini Ayah, bangunlah Nak, ini sudah siang" ucap Handoko lembut.
"Ayah? Itukan suara Ayah!! Perasaan lembut banget manggilnya padahal semalem mukanya bringas banget kaya singa mau makan rusa, aku anak bungsunya sampe di tampar" ucapAnissa dengan suara pelan."Iya yah, ini Anissa udah bangun kok" ucap Anissa setengah berteriak.
"Baiklah, Ayah tunggu kamu di bawah yah, ada yang ingin Ayah bicarakan denganmu" ucap Handoko."Iya yah" ucap gadis itu lalu setelahnya turun dari ranjang menuju kamar mandi.Anissa tampak keluar dari walk in closet dengan pakaian yang sudah rapih dengan kaos berwana biru cerah lengan pendek dan celana levisnya.Anissa berjalan menuruni anak tangga nya menuju ruang tengah dan disana tampak sudah ada Handoko, Lidya dan Davian yang duduk menunggu Anissa "Sejak kapan pria menyebalkan itu ada disini" batin Anisa berucap "Padahal masih pagi tapi udah ada disini aja tu orang" ucap Anissa mendelik sinia sembari menuruni anak tangga.
"Itu Anissa sudah siap" ucap Lidya."Sini Nak duduk" ucap Handoko lembut"Iya yah" ucap Anissa lalu duduk disebelah Handoko"Anissa, Hari ini kamu temani Davian jalan jalan keluar yah!! Biar kalian juga saling kenal" ucap Handoko.Anissa tampak menatap Ayahnya penuh selidik "Jadi dari tadi ngomong manis itu ada mau nya yah," ucap Anissa dalam batinnya"Anissa? Menemani orang ini!!" ucap Anissa sembari menatap Davian kemudian menatap Handoko lagi
"Namanya Davian Nissa bukan orang ini" ucap Lidya
"Cepat pergilah jalan jalan" ucap HandokoDavian tampak diam seribu bahasa hingga akhirnya ia berdiri tegak dan berpamitan."Baiklah, sebaiknya kita berangkat sekarang" ucap Davian dingin.
Lidya tampak memberi kode di bibirnya agar Anissa mau mengikuti keinginan Ayahnya untuk menemani Davian jalan jalan keluar.Akhirnya dengan terpaksa Anissa pergi bersama Davian dengan menggunakan mobil silver milik Davian, sepanjang perjalan Davian maupun Anissa tampak enggan memulai pembicaraan diantara mereka.
Suasanapun menjadi sangat canggung kala itu hingga Davian akhirnya membuka suaranya "Namaku Davian" ucap Davian canggung.Gadis itu langsung menatap Davian dengan wajah datarnya "Aku sudah tau" ucap Anissa datar "Rupanya dia bisa bicara ku fikir dia bisu" ucap Anissa dalam benaknya."Emm, namamu Anissa kan" tanya Davian canggung."Kalo sudah tau ngapain nanya? Lagian Ayah atau bundaku juga pasti sudah memberi tahu namaku kan?" ucap Anissa kesal.Davian tampak terdiam sebentar, ia berfikir sejenak "kenapa harus mempertanyakan hal yang sudah pasti sih, Lagian jadi cewe ko jutek amat" batin Davian berucap."Hem" Davian tampak berdehem"Umurmu berapa?" tanya Davian lagi
"Ngapain nanyain umur? ga sopan banget sih nanya umur ke perempuan" ucap Anissa yang sudah mulai kesal dengan pertanyaan pertanyaan Davian yang tak berbobot "Tampan tapi kalo nyebelin kaya dia ya buat apa" batin Anisa berucap"Ganteng tapi bolotnya ya ampun mana pertanyaan nya dari tadi ga berbobot lagi, astaga Ayah!! Apa Ayah sudah tak sayang lagi pada Nissa!! Nisa tidak mau menikah dengan pria ini" ucap Anisa dalam benaknya.Davian tampak mulai kesal dengan ucapan Anissa yang sedari tadi dingin dan datar kepadanya padahal dia hanya ingin mulai akrab dengan Anissa.Apalagi sebentar lagi keduanya akan segera menikah. Davian akhirnya hanya diam dan tak mau emosi atau menanggapi Anissa yang mungkin sebenarnya tak suka dengan dirinya.
Davian hanya mempercepat laju mobilnya hingga Anissa tersentak kaget dan tak sengaja menyetuh tangan Davian."Arrggh jangan cepat cepat aku takut" ucap Anissa memegang tangan Davian kuat kuat dan menutup matanya.
Bukan hanya Anissa bahkan Davian sendiri kaget, bukan karna laju mobil yang ia percepat tapi karna Anissa memegang tangannya dengan sangan kuat.Davian akhirnya memarkirkan mobilnya di tepi jalan.
"Mobilnya sudah berhenti" ucap Davian Anissa tampak membuka matanya perlahan dan melepaskan kasar tangannya."Ehh, maaf aku tak sengaja" ucap Anissa salah tingkah.
"Hem, ya" ucap Davian singkat.Anissa tampak canggung dan hanya mampu menatap lurus kejalanan sesekali ia menoleh kesamping kaca agar wajahnya tak berpapasan dengan wajah Davian."Bagaimana rasanya menyetuh lenganku" tanya Davian tiba tiba Anissa tampak membulatkan matanya dan menatap Davian sinis "Maksudmu apa?" ucap Anissa penuh selidik."Aku tak punya maksud apa apa!!! Aku hanya ingin tau apa yang sedang kau fikirkan sekarang" ucap Davian santai."Aku tak berfikir apapun, dan aku juga tidak tau apa maksud pertanyaanmu tadi!! Jika kamu berfikir aku seperti wanita murahan itu terserah padamu!! Itukan fikiranmu dan aku tidak perduli" ucap Anissa."Kenapa arah pembicaraanmu melantur? Aku sama sekali tak berfikir seperti itu!! Aku tak habis fikir dengan pola fikirmu yang cetek itu" hardik Davian."Apa kamu bilang? Fikiranku cetek? Dan ya aku tidak melantur!! Memang benar kan kamu berfikir aku sama seperti wanita murahan di luaran sana!!.Jangankan kamu, Galang bahkan Ayahku sendiri mengatakan hal yang sama!! Jadi mustahil jika kamu tak berfikiran sama disaat Ayahku sendiri ..." ucap Anissa berkaca kaca hingga ucapannya pun tak bisa ia teruskan, air matanya sudah tak terbendung lagi saat mengingat ngingat ucapan Handoko semalam.
Davian tampak menarik nafas dan membuangnya kasar, ada rasa kasian dan menyesal karna sudah membuat Anissa menangis tapi Davian tak berfikiran bahwa Anisa wanita murahan, Ia justru sangat menghormati Anissa.Ingin rasanya ia memeluk tubuh Anissa namun ia tak bisa Anissa belum menjadi istri dan terlebih mereka belum mengenal satu sama lain.
"Maafkan aku Anissa, Aku sangat menghormatimu sebagai wanita, aku tau fikiranku sekarang sangat salah, jujur saja aku sangat ingin memelukmu, maafkan fikiran dan hasrat bodohku ini" batin Davian berucap.
Hiks hiks hiks Anissa tampak menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan terus menangis sesegukan."Aku sangat menyesal atas perbuatanku, aku tau aku salah itulah kenapa saat Galang menciumku aku langsung menghentikan aksinya karna itu bukan hal yang ku inginkan darinya, aku mencintainya dan dia malah membuatku seperti wanita yang tak ada harga dirinya dan saat aku sadar perbuatan itu adalah dosa besar semuanya sudah terlambat ciuman pertamaku sudah di renggut" ucap Anissa menjelaskan panjang lebar sambil sesegukan.
"Aku tak ada niat membahas hal itu Nissa, aku hanya ingin bertanya, apa saat memegang leganku ada rasa tak biasa di hatimu? Apa jantungmu berdebar dengan sangat kencang? Hanya itu yang ingin ku tanyakan, dan Aku tak sama seperti Galang dan Ayahmu yang berfikir bahwa kamu wanita seperti itu, jika aku berfikir seperti itu aku tak akan melanjutkan pernikahan kita" ucap Davian menjelaskanpanjang lebar."Aku tak tahu bahwa Ayah akan memaksaku menikah denganmu, aku ingin melarikan diri, aku ingin mati, aku ingin pergi dari kehidupan ini" ucap Anissa yang masih menutup wajahnya dengan tangan.
"Apa maksudmu Nisa? Aku sendiri awalnya menolak penikahan ini hingga Papahku memberikan fotomu padaku dan akhirnya ntah kenapa aku menyetujui penikahan ini, jika menikah denganku membuatmu tak ingin lagi hidup, maka dengan ikhlas aku akan melepaskanmu" ucap Davian lembut."Lagi pula kamu tidak mencintaiku dan justru mencintai pria yang ada di club malam itu" batin Davian.Anissa akhirnya perlahan melepaskan tangannya yang sedari tadi terus menempel di wajahnya dan menatap Davian yang ia sadari wajah Davian tampak seperti awan mendung yang berselimut sendu."Kamu akan melepaskan aku? Kamu yakin?" tanya Anissa
Davian tampak menarik nafasnya dan membuangnya kasar "Aku sebenarnya enggan melepaskanmu, tapi jika itu membuatmu senang maka akan kulakukan" ucap Davian pasrah"Kenapa kamu enggan melepaskan aku? Kita bahkan tak saling mengenal satu sama lain, kamu tidak mencintaiku lalu kamu berkata enggan untuk melepaskan?" "Kalaupun kamu membatalkan penikahan kita, Ayahku pasti akan menjodohkan ku dengan pria lain selain dirimu, dan aku tidak mau hal itu terjadi.Bukan karna aku menginginkanmu tapi menurutku kamu pria baik dan jika aku di jodohkan dengan yang lain aku tak bisa menjamin bahwa dia akan sama baiknya denganmu. Itulah alasanku ingin mati atau pergi saja melarikan diri" ucap Anissa frustasi.
"Aku tak perduli jika kamu tak mencintaiku, tapi izinkan lah aku menjadi suamimu!! Jangan melarikan diri!! Aku berjanji akan membahagiakan mu" ucap Davian akhir meminta izin agar Anissa mau menerimanya."Penikahan kita memang tidak di dasari atas rasa cinta, tapi apa salahnya jika kita saling mengenal setelah menikah?"Davian tampak menarik nafasnya dan membuangnya kasar "Aku sebenarnya enggan melepaskanmu, tapi jika itu membuatmu senang maka akan kulakukan" ucap Davian pasrah.Entah perasaan macam apa yang kini bersarang di hati Davian, melepaskan Anissa? Aku bahkan tak memilikinya tapi aku malah enggan melepaskannya. Kenapa hatiku menolaknya aku jelas tak mencintainya namun ada rasa kasihan pada gadis ini aku juga hanya ingin membuatnya lebih baik lagi."Kalaupun kamu membatalkan penikahan kita, Ayahku pasti akan menjodohkan ku dengan pria lain selain dirimu, dan aku tidak mau hal itu terjadi.Bukan karna aku menginginkanmu tapi menurutku kamu pria baik dan jika aku di jodohkan dengan yang lain aku tak bisa menjamin bahwa dia akan sama baiknya denganmu. Itulah alasanku ingin mati atau pergi saja melarikan diri" ucap Anissa frustasi."Aku tak perduli jika kamu tak mencintaiku, tapi izinkan lah aku menjadi suamimu!! Jangan melarikan diri!!
Terlihat di setiap ruangan dirumah Anissa kala itu sudah di rias sedemikian rupanya. Davian dan Ayahnya sudah melangkah kan kakinya masuk kerumah Anissa, Disana sudah banyak tamu yang datang termasuk ada penghulu yang sudah terduduk di tempatnya.Perasaan campur aduk beradu menjadi satu, grogi, gemetar itulah yang di rasakan Davian sekarang. Handoko dan Lidya kemudian berjalan menghampiri Davian dan Ayahnya. "Wahh wahh ini calon besan udah gagah aja" ucap Handoko memberi senyum bahagia nya.Yudha Ayahnya Davian tersenyum mendengar ucapan Handoko "Bukan calon tapi memang besan toh" ucap Yudha sembari menepuk pelan lengan Handoko kemudian setelahnya mereka tertawa bersama."Ahh iyah aku sampe lupa, tinggal menghitung menit dan putramu akan menjadi putraku juga" ucap HandokoPercakapan di antara dua besan itu tampak asik, namun tidak untuk Davian. Waktu semakin cepat berlalu setiap detik rasanya jantungnya mau copot karna memikirkan ia harus meng
Masih banyak tamu yang datang untuk memberi selamat ku lihat sedari tadi Anissa tampak tak nyaman dengan pakaiannya, sebenarnya tadi ku lihat dia sedikit menarik samping yang ia kenakan, apa jangan jangan dia menariknya terlalu kencang hingga ku lihat beberapa kali tangan nya mencoba mempererat ikatannya.Ckck ternyata dia sangat lucu sekali, kini ku lihat ada sepasang suami istri yang datang untuk memberi selamat, aku melirik wajah Anissa yang mulai tak karuan wajahnya tampak gelisah, apalagi saat tamu ikut kini semakin mendekat, aku tak tahu apa yang harus ku lakukan namun akhirnya aku menekan tubuh Anissa agar duduk di kursi, ku lihat wajahnya melihatku dengan heran.Akhirnya tamu tadi memberi selamat dan pergi menjauh dari kamu, aku mulai terduduk lagi di samping Anissa, aku tak berani bertanya padanya. Namun ku lihat wajahnya terlihat aneh, matanya menjauh agar tak bisa terlihat olehku, apa samping yang ia kenakan masih belum nyaman? "Anissa" ucapku me
Aku menyipitkan mataku kala mendengar ucapan nya, kata nya dia takkan menjamahku jika aku tak mengizin kan nya Aish pria itu seperti bisa membaca fikiranku saja. Kamu memang tampan terlebih senyum mu juga manis tapi jangan berharap jika aku akan mencintaimu.Aku berjalan masuk menuju kamar mandi ahh rasanya segar sekali, aku basahi seluruh tubuh ku dari atas hingga kebawah rasa dingin menjalar ke seluruh tubuh ku namun selain rasa dingin ada rasa segar yang menyeruak pula.Biasanya aku keluar hanya dengan handuk yang terlilit di dadaku, tapi sekarang pria itu ada di kamarku jadi aku harus apa, apa aku berlari saja menuju walk in closet!! Lagi pula jaraknya hanya 10 langkah dari kamar mandi baiklah aku harus segera bersiap.Huh baiklah Nissa kamu pasti bisa, semangat.ClekSetelah membuka pintu aku berusaha berlari menuju walk ini closet Aish sial terasnya licin.ArrgghhGbrugggAih kepalaku sakit hiks hi
Aku mendengar suara pintu di buka dan yakin itu pasti Davian, jadi dia memutuskan untuk kembali? Huh jangan harap aku akan memberikannya padamu. Aku segera membaringkan tubuhku dan menutupnya dengan selimut hingga ke leher, aku segera menutup mataku saat ku dengan langkah kaki Davian semakin mendekat.ClekAku membuka mataku sedikit dan kulihat pintu kamar mandi baru saja di tutup."Ciih, dasar pria menyebalkan!! Ganteng sih!! Tapi kalo nyebelin ya buat apa huh" omelkuAku tak mengerti dengan pola fikir nya itu, aku tak yakin dia mencintaiku!! Huh jika dia benar benar mencintaiku dia akan melakukan banyak hal agar aku terkesan padanya.Allahuakbar AllahuakbarAzan magrib sudah berkumandang namun aku masih menutup mataku dan menunggu Davian hingga keluar.ClekPintu kamar mandi tampak terbuka aku segera menutup mataku lagi."Nissa bangun, ayo kita solat magrib dahulu" ucap Davian menggoyahkan tubuhku.A
Wajah Davian kini mulai memerah matanya juga tak bersahabat ia mendekati ku perlahan. Apa dia akan memukulku!! Apa dia yang sebenarnya seperti ini!!Aku memejamkan mataku kala tubuhnya semakin mendekat ke arahku. Hingga pelukannya menghangatkan tubuhku, Davian memelukku dengan sangat erat. Benarkah dia memelukku? Aku mulai membuka mataku perlahan, pria ini benar benar memeluk dengan sangat erat "Jangan marah lagi!! Aisyahku tak boleh jadi wanita pemarah!! Aku akan tidur di samping mu jika itu yang kamu inginkan" ucap Davian lalu meregangkan pelukannya. Ia mulai menarik tubuhku hingga ke ranjang"Ini udah malem, aku juga yakin Aisyahku ini sudah mengantuk jadi kita tidur saja yah" ucapnya lalu mulai merebahkan tubuhnya di ranjang.Seolah aku mulai terbuai oleh kata kata nya dan entah kenapa saat Davian mengatakan jika aku Aisyah nya hatiku mulai berdebar tak menentu. Hei jantung !! Berdetak dengan sewajarnya saja atau kau akan membuatku mati kar
Kamu mau pergi jauh ataupun dekat kamu harus tetep izin sama aku yah Nis, aku itu suami kamu sekarang jadi kalo kamu mau pergi kemanapun aku harus tau dan kamu harus izin dulu sebelum pergi" ucap Davian"Yaelah mau keluar bentar aja ribet amat sih" ucap Anissa, ia kemudian menutup telfon nya secara sepihak.Aku tuh ga ngerti yah emang jadi Istri seseorang itu kaya gini yah? Mending kalo gw cinta sama tuh cowok lah ini kenal aja baru beberapa hari udah so ngatur ngatur gw, nyebelin banget sih.Sepanjang perjalanan Anissa terus menggerutu kesal membicarakan Davian yang menurutnya sangat over protektif terhadapnya."Pak saya turun disini aja yah" ucap Anissa pada sang sopir taksi."Iyah Mbak" ucap sang sopir ia pun segera mengerem kan mobilnya.Setelah memberikan ongkos taksi Anissa segera keluar dari mobil.Anissa tampak berhenti di sebuah tempat makan yang cukup terkenal disana.Dertt"Euhh pasti cowok itu lag
Aku segera beranjak pergi meninggalkan kantor saat tau Anissa sedang berada di luar, wanita itu benar benar tak bisa mematuhi Suaminya.Apakah menikahinya adalah suatu kebodohan yang ku buat sendiri? Bisa bisanya aku meminta segera di nikah kan dengan wanita pemarah dan egois seperti dia.Seharusnya dia mendengarkan aku, bukankah sekarang aku adalah Suaminya.Aku segera beranjak menuju lift dan turun ke bawah, setalah nya aku berjalan ke arah parkiran dan membawa mobilku dengan kecepatan normal.Aku merogoh saku di Jas ku dan mengambil handpone yang ada disana, aku segera mengecek lokasi Anissa dengan melihat GPS, "ahh akhirnya ketemu"."Sedang apa dia restoran? Apa jangan jangan dia bertemu seseorang atau teman teman nya yang biasa mengajaknya ke club malam"."Aku tidak bisa membiarkan Istriku bergaul dengan teman teman nya yang sekarang, aku bukan nya mau mengatur hidupnya, tapi jika sampai harus bergaul dengan hal yang tidak b