Share

Bag 03. New Machine.

»»»»

"Lo mau gue ganti rugi? Berapa?" Cowok itu mengambil dompet dari sakunya dan ingin mengambil uang dari sana.

"Sialan!" Cia memaki, "gue nggak butuh duit lo, waktu gue kebuang cuma ngadepin manusia kayak lo!" Cia mengulurkan kunci mobilnya pada cowok itu. Si cowok hanya diam dan menaikkan sebelah alisnya. "Lo bego? Benerin mobil gue sampe mulus kayak semula. Besok harus lo balikin!" Cia menarik tangan cowok itu dan meletakkan kunci mobilnya di sana. Dan segera, setelah itu menuju mobil miliknya untuk mengambil tas juga ponsel yang masih tertinggal di sana untuk memanggil ojek online, setidaknya kendaraan itu yang saat ini banyak berkeliaran di dekat sekolahnya.

»»»»

    Cia menatap datar laptop di hadapannya. Seorang pria duduk di sampingnya dengan wajah dua kali lipat lebih datar dari Cia.

"Bang, lo yakin?" Cia menatap Ferry. Orang kepercayaan nya yang bekerja sebagai Pengacara. Ferry mengangguk dengan tenang, lalu meminum kopi hitam yang beberapa saat lalu tersaji di hadapannya. Keduanya, saat ini berada di sebuah cafe yang tidak jauh dari castroom.

"Lo sendiri yang harus dateng. Tander kali ini lebih gede dari sebelumnya," jelas Ferry. Cia mengangguk-angguk.

"Berapa hari!"

"Sekitar seminggu!"

"Lo gila, Bang. Gue nggak mungkin pergi selama itu!"

"Lo alesan kek, ke keluarga lo."

"Bukan itu masalahnya!"

"Terus?"

"Lo tau sendiri, jadwal gue minggu depan full. Kalo minggu ini gue pergi, yang ada gue bakal drop lagi!" Ferry mengangguk membenarkan.

"Bengkel biar Nata aja yang urus. Lo, fokus dulu sama tander."

"Gue serahin sama pak Rudi aja ya!"

"Ck! Kebiasaan ya, lo! Ya udah deh, yang penting, lo jaga kesehatan. Ok lah, udah di putusin, gue cabut dulu!"

"Mau kemana?"

"Ada klient yang harus gue urus!"

"Ya udah sana. Gue mau di sini bentar!" Ferry menatap keluar, lalu kembali menatap Cia.

"Mobil lo mana?"

"Gue naik ojek!"

"Hah!" Ferry menatap Cia bingung. "Terus, mobil segudang di Castroom mau buat apaan, nggak lo pake!"

"Males gue! Dah sana kalo mau pergi."

"Ya udah, lo jaga kesehatan ya. Gue bakal lama di sana, jadi kalo ada apa-apa, lo bisa bilang sama Nata atau kalo enggak lo telfon Nanda."

"Iya ish bawel!" Ferry terkekeh pelan, lalu membereskan laptop miliknya untuk ia bawa kembali. Cia hanya duduk diam melihat kepergian Ferry, sudah 9 tahun terkhir dirinya dekat dengan Ferry. Sudah selama itu pula, hanya Ferry yang tulus menyayangi dirinya lebih dari keluarganya sendiri.

"Kenapa lo jadi melow sih Ci!" Cia menepuk kedua pipinya. 

"Mbak, mau nambah minumannya?"

"Nggak perlu, gue mau balik aja, oh iya, bilang sama Tery, kalo dia udah balik, suruh temuin gue!"

"Iya, Mbak." Cia meninggalkan Cafe dengan langkah tegas seperti biasa. Berjalan kaki sebentar untuk menuju ke Castroom. Saat sudah dekat, tampak seseorang berteriak memanggilnya. Itu adalah Rio.

"Ci! Lo ngapain? Kok jalan kaki? Mobil lo mana?" Rio berdiri dari duduknya untuk menyambut Cia.

"Kena srempet. Lagi di bengkel."

"Kenapa nggak lo bawa aja ke Nata?"

"Orang yang nyerempet yang tanggung jawab!"

"Tunggu! Maksud lo, lo ngasih Lamborghini ke orang nggak kenal?" Cia mengangguk pelan sambil masuk ke Castroom. "Lo gila ya! Gimana kalo dia orang jahat!"

"Tenang aja, dia satu sekolah sama gue, kalo dia berani macem-macem. Gue bakal bikin dia nggak bisa bawa mobil lagi, selamanya!" Rio bergidik ngeri mendengar ucapan Cia. Si monster jalanan yang jago berkelahi.

"Terserah lo deh. Terus, lo kesini mau ambil mobil lagi?" Cia menaiki Hoverboard miliknya, diikuti Rio di sampingnya.

"Motor yang kemaren udah lo jual kan?" Rio mengangguk.

"Udah sih, tapi ya gitu, lo tau sendiri motor lo udah nggak muat lagi di sini. Lo jual in aja sih!" Cia tampak berpikir, lalu membelokkan Hoverboardnya ke arah lift.

"Gue liat dulu!" Rio mengikuti. Keduanya mendapat sapaan dari para security dan karyawan lainnga ketika keduanya keluar dari lift. Cia memasuki sebuah ruangan lain yang berada di bagian belakang. Deretan motor sport dengan berbagai jenis merek dan juga warna itu tampak berjejer rapi. Cia mendekati salah satunya, lalu menatap body motor tersebut dengan seksama.

"Lo boleh jual ya ini, sama dua yang itu." Cia menunjuk dua motor lain yang tak jauh darinya.

"Tapi itukan yang lo dapet dari pertandingan lawan si Martin!" Cia tau itu.

"Lagian gue nggak pernah pake." 

"Ok deh, jadi 3 ini ya!"

"Iya. Minggu depan ada jadwal apa?" Rio tersenyum senang.

"Ikut gue!" Rio melajukan Hoverboard yang dia naiki menuju sebuah ruangan lain yang bersebelahan dengan ruang penyimpanan sepeda motor. Di sana, ada sebuah mobil yang di tutup dengan kain hitam, dan ada sebuah layar besar di samping mobil menempel di dinding.

"Ini apa?"

"Gue udah siapin ini sama Nata. Gue yakin lo pasti suka!" Rio menyalakan layar yang ada di dekat mobil. Sebuah gambar mobil Lamborghini berwarna putih di layar tersebut

"Lo nggak mau bilang, kalo lo abis beli mobil itu kan?" Rio terkekeh.

"Sejak kapan lo ngijinin gue beli mobil! Sedangkan, di sini mobil banyak." Rio terkekeh. "Ini hadiah yang bakal lo dapet minggu depan. Gue berharap lo bisa menang, lo juga harus bertaruh mobil ferrari GTC4Lusso T, punya lo yang udah lama itu."

"What! Kok Ferrari yang itu sih. Lo nggak salah? Mobil itu gue dapetin susah payah Rio! Lo gila ya!" Harga Ferarri GTC4Lusso T sekitar 12 Milyar rupiah dan Cia mendapatkan mobil itu sekitar 4 atau 5 bulan yang lalu.

"Yang lo lawan kali ini, bukan orang sembarangan, Ci. Dia itu dari luar Negri yang penasaran abis sama lo. Bahkan, dia ngehubungin gue mulu, dan minta gue supaya dia bisa ngomong langsung sama lo!"

"Ok, terus apa istimewanya dia?"

"Dia itu dari New Zealand, pembalap yang udah terkenal banget, dia di juluki master jalanan. Lo nggak boleh remenin dia!" Cia hanya mengangguk mendengar penjelasan Rio, "dan ini ..." Rio memencet tombol yang ada pada remot, dan saat itulah kain yang menutupi mobil terbuka. Sebuah mobil sport yang sudah sangat Cia kenal terpampang di hadapannya, itu adalah mobil yang sering dia pakai untuk balapan. Bugatti Chiron miliknya yang berwarna hitam.

   Cia turun dari Hoverboard dan mendekati mobil itu. Itu memang mobil yang sama, hanya saja, Cia merasa bahwa beberapa bagian mobil itu sudah di modifikasi.

"Mesinnya udah di modifikasi. Nata sama gue yang ngerancang ini, khusus buat lo." Cia tersenyum, lalu masuk ke dalam mobil untuk melihat perbedaan dari kendaraan kesayangannya itu. Saat Cia menyalakan mesin mobilnya, suara menggaum lebih sangar dari sebelumnya, Rio ikut tersenyum saat melihat Cia tampak senang dengan mobil barunya itu.

"Boleh gue coba nggak?"

"Jangan dulu deh. Ini masih siang, Ci. Nanti malem aja, lo tau kan kalo lo sendiri nggak mau keliatan sama orang luar!" Cia terdiam, benar juga yang Rio katakan.

"Kalo gitu, kita bikin arena sendiri!"

"Lo gila!"

««««

To be Continue ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status