Share

48 Ada Yang Marah

Author: Miss_Pupu
last update Huling Na-update: 2025-04-16 20:44:38

Hari ini Raya harus pulang dalam keadaan lesu. Mediasi kali ini dirasa gagal. Gagal bagi Raya, sebab harus ada mediasi kedua setelah ini. Nampaknya Raihan benar-benar mempersulit gugatan Raya.

Pukul 11.00 siang Raya sudah pulang ke rumah Aditya. Ketika langkahnya mulai masuk ke rumah, Raya mendengar suara tangisan bayi dari dalam. Seketika ia tersentak. Sudah bisa ditebak, tangisan bayi itu pasti milik Fatih.

Raya segera mempercepat langkah menuju kamar Fatih. Di dalam kamar bayi itu, ia melihat Anita tengah memberikan ASI melalui dot dari botol susu. Tapi Fatih terlihat menolak sambil terus menangis.

"Kenapa dengan Fatih, Tante?" tanya Raya sambil mendekat. Dia menjadi cemas mendengar tangisan Fatih yang tak biasa ditelinganya.

"Fatih haus, Raya. Dia minta ASI. Tapi menolak melalui dot bayi ini." Anita mengangkat botol yang berisi ASI Raya.

"Ya ampun." Saya segera menggendong Fatih kepangkuannya. Dipeluknya bayi tampan itu penuh kehangatan, hingga akhirnya Fatih menyudahi tangisann
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Bukan Ibu Susu Palsu   49 Keputusan Akhir

    Namun meskipun Raya terus menolak bantuan dari Aditya, tetap saja dengan sembunyi-sembunyi Aditya meminta bantuan pengacaranya untuk mengurus perceraian Raya.Hari berganti. Jadwal mediasi kedua telah tiba. Berat rasanya Raya meninggalkan Fatih, mengingat tempo lalu Fatih menangis karena terlalu lama Raya tinggalkan.Tapi mau bagaimana lagi, Raya harus tetap memenuhi jadwal mediasi kedua, agar gugatannya segera diterima. Hingga ketika matahari mulai naik ke atas, Raya masih berada di kamar Fatih, menatap bayi tampan itu cukup lama. "Kenapa masih belum berangkat? Bukankah hari ini ada jadwal mediasi?"Tiba-tiba saja Aditya datang menghampiri Raya di kamar Fatih, duda tampan itu bertanya dengan penuh perhatian kepada Raya."Saya bingung, Pak. Berat rasanya jika harus meninggalkan Fatih dalam beberapa jam. Saya sangat khawatir kalau Fatih akan menangis, seperti tempo lalu," jawab Raya terlihat lesu. Aditya yang sudah tahu kalau anaknya memang tidak mau minum ASI melalui dot bayi, hany

    Huling Na-update : 2025-04-17
  • Bukan Ibu Susu Palsu   50 Membuatnya Kecewa

    Raya melihat tubuh Wati digotong oleh beberapa orang ke pinggir jalan. Wanita berbulu mata lentik itu segera keluar dari kendaraan dan langsung mendekat pada Wati. Ia melangkah melewati beberapa orang yang berkerumun. "Permisi!"Dada Raya bergetar cemas. Debaran jantung terasa berdegup lebih kencang dari biasanya. Tepat di depan mata Raya, Wati tergeletak dengan beberapa luka di sekujur tubuhnya. Bukan hanya mantan mertua, Raya juga melihat Raihan—mantan suami yang turut menjadi korban kecelakaan tunggal pada hari itu. "Saya mengenal mereka, saya akan segera membawa mereka ke rumah sakit." Raya menjadi panik. Ia pun langsung berbicara pada beberapa orang yang berdiri mengelilingi Wati dan Raihan. Melalui sambungan telepon Raya segera menghubungi ambulans untuk membawa Wati dan Raihan ke rumah sakit. "Ma, bertahan ya." Air mata Raya menetes manakala naik mobil ambulans menamani Wati yang tak sadarkan diri. Karena panik dan tergesa-gesa, Raya sampai lupa menitipkan ponsel Aditya

    Huling Na-update : 2025-04-21
  • Bukan Ibu Susu Palsu   51 Sempoyongan

    Aditya terlihat kacau. Sang Presdir tak mampu mengendalikan emosinya. Ia juga lupa bahwa wanita yang telah dimarahi adalah ibu susu anaknya. Aditya terduduk sambil memasang wajah sinis dan berpangku tangan. Dia juga memalingkan tatapan ke arah yang lain, enggan untuk membalas tatapan Raya padanya. "Maafkan saya, Pak. Saya memang bersalah." Raya menundukan kepalanya. Dia melihat emosi Aditya persis seperti saat pertama bertemu dahulu.Ucapan maaf Raya tidak mendapat respon. Setelah meletakkan ponsel pintar milik Aditya di atas meja, Raya segera keluar dari ruangan Aditya. "Saya pamit," ucapnya sebelum berlalu. Akan tetapi Aditya masih tertuju dalam pandangan yang sama, seolah tak peduli dengan Raya.Raya sudah keluar dari ruangan Aditya, langkah pelannya sesekali berhenti. Raya menoleh ke arah belakang, tak ada Aditya di sana. Nampaknya sang presdir tak lagi perduli dengan perasaannya hingga tak mau mengejar langkah Raya."Dari mana kamu?" Raya tersentak, tiba-tiba saja Seline sudah

    Huling Na-update : 2025-04-22
  • Bukan Ibu Susu Palsu   52 Tak Percaya

    Sampai malam hari, Raya masih tertidur pulas akibat efek dari obat yang tercampur dalam minuman dingin berwarna merah di cafe tadi siang.Obat terlarang yang dimasukkan Selin ke dalam minuman Raya, langsung bereaksi hingga membuat Raya kehilangan akal."Saya harap, Ibu Raya tidak boleh memberikan ASI kepada bayinya. Pengaruh dari obat terlarang yang dikonsumsi dapat membahayakan bayi dan dapat menular melalui ASI." Penjelasan Dokter pribadi yang sengaja dipanggil oleh Anita sangat mengejutkan.Anita dan Aditya nampak terkejut. Keduanya merasa tak percaya jika memang selama ini Raya telah mengkonsumsi obat-obatan terlarang. "Dokter, apa ini serius? Rasanya Raya tidak mungkin mengkonsumsi obat-obatan terlarang." Anita berusaha membantah keadaan."Saya sudah memeriksanya. Semua tanda-tanda yang dialami oleh ibu Raya, adalah bagian dari pengaruh obat-obatan terlarang yang sudah dikonsumsi."Lagi-lagi Anita dibuat tercengang. Nafasnya terasa tersengal di tenggorokan. Ia duduk lesu di so

    Huling Na-update : 2025-04-22
  • Bukan Ibu Susu Palsu   53 Fitnah Yang Menyakitkan

    Satu hari setelah kejadian malam itu, semua orang berkumpul di ruang tengah kediaman Aditya. Di sana ada Anita, Aditya dan juga Raya. Berita mengejutkan itu telah sampai ke telinga Raya yang saat ini sudah sadar dari mabuknya."Tidak, Tante. Saya tidak pernah mengkonsumsi barang haram. Apalagi sebuah pil ekstasi. Melihat jenisnya saja saya tidak pernah. Sungguh saya bersumpah, saya tidak bohong." Raya menautkan kedua telapak tangannya di depan Anita dan Aditya. Dia berusaha membela diri, menepis hasil laboratorium di tangan Aditya. "Tapi kenyataannya kamu telah berbohong, Raya. Kenapa kamu melakukan ini? Apa karena gara-gara Saya marah kemarin kamu berbuat nekat?" Aditya menimpali.Raya pun mengalihkan pandangannya pada Aditya. Dia segera menggelengkan kepala. "Saya tidak pernah berbuat nekat. Saya memang kecewa, kenapa Pak Aditya sempat marah pada saya. Tapi kepala saya masih waras dan tak berpikir ke jalan pintas," bantahnya lagi. Dihadapan Raya, Anita sampai tak mampu untuk berk

    Huling Na-update : 2025-04-23
  • Bukan Ibu Susu Palsu   54 Luka Tak Berdarah

    Anita segera mengejar langkah Raya yang sudah sampai di pintu utama.Langkah beratnya segera Raya hentikan begitu namanya dipanggil. Dadanya semakin terasa melemah. Raya ingin menoleh, tapi begitu berat."Raya, tetaplah tinggal di sini walau bukan lagi menjadi ibu susu Fatih." Anita meminta. Sebelah tangannya tampak meraih tangan Raya. Hingga membuat Raya harus kembali meneteskan air matanya. Raya menoleh pada Anita, menatap wanita paruh baya itu penuh dengan kasih sayang. "Tidak, Tante. Saya harus tetap pergi. Titip Fatih ya, Tante." Raya memeluk Anita. Terasa berat meninggalkan Fatih, tapi fitnah dari Aditya bagai senapan yang menusuk jantungnya. "Tante mohon, jangan pergi," pinta Anita lagi lirih.Namun Raya tetap memilih untuk pergi dari kediaman Aditya. Dia merasa sudah tak dibutuhkan lagi tanpa ASI. Langkah berat Raya kini telah jauh meninggalkan kediaman Fatih.Di bawah teriknya sinar matahari yang membakar kulit, Raya kini tengah duduk di kursi besi berwarna hitam yang ada

    Huling Na-update : 2025-04-23
  • Bukan Ibu Susu Palsu   55 Dalam Hati Menjadi Rindu

    "Biaya perawatan atas nama Nyonya Wati dan Tuan Raihan sudah ditanggung BPJS kesehatan." Keterangan dari pihak kasir membuat Raya menggelengkan kepalanya. Lagi-lagi Wati berbohong kepadanya, padahal Raya ingin berbaik hati dan berdamai dengan mantan mertuanya. Sebelum Raya berlalu dari rumah sakit, ia kembali ke ruangan Wati. Raya melihat Wati masih menangis di kamarnya, entah tangisan apa yang tengah dikeluarkan oleh Wati. "Kenapa Mama berbohong?" Raya bertanya ketika sudah kembali menghadap Wati.Melihat Raya sudah kembali, Wati pun mendongak terkejut mendengar pertanyaan dari mantan menantunya. "Mama tidak bermaksud membohongi kamu. Jika Mama jujur, kamu tak akan percaya," elak Wati. "Aku sudah menemui pihak kasir. Semua biaya rumah sakit Mama dan Mas Raihan sudah ditanggung BPJS kesehatan." Raut wajah Raya terlihat kecewa. "Maafkan mama, Raya. Mama terpaksa berbohong, agar kamu mau meminjamkan uangmu pada Mama," elak Wati lagi."Sudah, Ma. Tidak apa-apa. Tolong jangan ulan

    Huling Na-update : 2025-04-24
  • Bukan Ibu Susu Palsu   56 Mencarinya

    Pagi yang menegangkan itu membuat Aditya menunda pekerjaannya untuk pergi ke kantor. Aditya segera membawa Fatih ke Dokter. Perasaannya cemas memikirkan anak semata wayangnya yang tengah mengalami demam yang cukup tinggi pada suhu badannya. "Bisakah lebih cepat, Adit?" Anita yang duduk di kursi belakang di mobil Aditya terlihat resah sambil mengusap-ngusap punggung Fatih yang kini berada pada pangkuannya.Padahal Adit sudah melajukan kendaraan yang dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Anita hanya risau. Iya benar-benar khawatir terjadi sesuatu yang tak diinginkan pada cucunya."Iya, Mah," jawab Aditya dengan singkat sambil fokus ke jalan Raya. Hanya Aditya dan Anita yang membawa Fatih ke rumah sakit. Mereka tidak mengajak Susi, karena pembantu rumah tangga itu masih banyak tugas dan pekerjaan di rumah."Bubu..." rengek Fatih. Dalam tangisannya, anak tampan itu terus saja memanggil nama bubu sebagai sebutan sayangnya kepada Raya. Padahal baru satu hari satu malam Raya meninggalkan

    Huling Na-update : 2025-04-25

Pinakabagong kabanata

  • Bukan Ibu Susu Palsu   86 Pergi Untuk Perawatan

    Tapi begitu Raya membuka pashmina yang menutupi wajahnya, seketika Fatih terkejut.Bola mata Fatih nampak membulat sempurna saat melihat wajah Raya. "Bubu..." Volume suaranya perlahan mengecil. Sementara kedua tangan Fatih terlihat memeluk Anita di sampingnya. Seperti Tengah berlindung dari rasa takut."Sayang, itu Bubu. Wajah Bubu sakit, Terluka, harus diobati sama dokter. Nanti kita ke dokter bareng-bareng ya, obati wajah Bubu yang sakit." Anita berbicara begitu pelan kepada Fatih. Wanita paruh banyak itu berusaha menjelaskan dengan pelan-pelan dengan memakai gaya bahasa anak-anak, agar Fatih bisa memahami."Bubu, sakit?" Perlahan Fatih mulai melepaskan pelukannya dari Anita. Anak laki-laki itu mulai berjalan mendekati Raya. Raya tidak pernah menyangka, Fatih benar-benar mendekatinya kemudian mengelus kedua belah pipinya. "Bubu, sakit?" Anak tunggal Aditya itu bertanya dengan raut wajah penasaran kepada Raya. Raya pun segera menganggukan kepalanya dengan pelan. "Iya, Fatih Sayang

  • Bukan Ibu Susu Palsu   85 Bersedih

    3 hari setelah insiden penyiraman minyak panas kepada wajah Raya. Hari ini Raya diantar oleh Aditya untuk pergi ke rumah sakit guna mengecek wajahnya."Bagaimana kalau wajah saya menjadi cacat?" desis Raya ketika di dalam mobil menuju rumah sakit. "Jangan bicara seperti itu, Raya. Pasti akan ada obat untuk menyembuhkan setiap luka," bantah Aditya segera. Nampaknya Aditya tidak mau kalau sampai Raya bersedih. Ketika telah sampai di rumah sakit, di sana perban yang melilit wajah Raya mulai dibuka oleh petugas medis.Seketika Raya terkejut ketika melihat wajahnya melalui pantulan cermin. "Ya Tuhan!" Bekas luka bakar di pipi Raya terlihat jelas. Bukan hanya di bagian dua sisi, pada hidung Raya juga terdapat luka bakar. Warna kulit pada wajah Raya menjadi berubah belang, keriput dan banyak totol berwarna putih bagaikan telur. Seketika air mata Raya menetes karena bersedih. Dia menggelengkan kepalanya. Semakin tidak pantas saja dia berdampingan dengan Aditya. Raya semakin merasa tidak p

  • Bukan Ibu Susu Palsu   84 POV Selin

    "Semoga saja wajah si Raya menjadi busuk!" Selin yang kini berada di bandara nampak tertawa puas. Wanita muda itu akan pergi ke luar kota untuk bersembunyi sekaligus liburan. Tak ada rasa bersalah dalam hatinya, padahal sudah melukai wajah Raya. Dia malah terlihat senang karena berhasil melukai wajah Raya. Dia malah berharap semoga wajah Raya rusak dak Aditya tak jadi menikah dengan Raya.Selin masih menunggu jadwal penerbangan. Dia berangkat lebih awal karena mengincar dari pencarian Aditya.Tidak lama ponsel Selin berdering. Panggilan masuk dari mamahnya. Terpaksa Selin menjawab telepon agar mamahnya tidak khawatir."Iya, Mah. Aku akan pergi liburan bersama teman-teman, mamah jangan khawatir." Selin langsung menjelaskan pada mamahnya tanpa jeda begitu benda pipih miliknya ia tempelken pada telinga."Bukan tentang liburan, Selin. Aditya akan melaporkan kamu ke polisi," lapor ibunya Selin dari dalam telepon."Apa!" Bola mata Selin sampai terbelalak. "Mamah jangan bercanda deh," imbuhn

  • Bukan Ibu Susu Palsu   83 Disiram Minyak Panas

    Mendengar suara Raya berteriak dari arah dapur, serentak Aditya dan Anita terkejut. Mereka segera beranjak dari tempat duduk, berlarian menuju sumber suara Raya menjerit meminta tolong."Aww!!!" pekik suara jeritan Raya semakin keras. "Tolong!" teriak Raya kemudian.Ketika Aditya dan Anita telah sampai di ruang dapur, dia melihat Raya menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan sambil merintih kesakitan. "Ada apa ini?" Aditya menjadi tegang kemudian bertanya kepada Selin dan pembantunya yang masih berdiri sedikit menjauh dari Raya."Dia kecelakaan," jawab Selin beralasan. Wajahnya menjadi terlihat gugup, dia tidak berniat untuk melakukan itu. Semuanya terjadi begitu saja, cepat dan spontan. Aditya tak bergeming, segera mendekati Raya yang tengah merintih kesakitan. Begitu Aditya membuka telapak tangan Raya yang menutupi wajah, sontak dia terkejut. Wajah Raya sudah memerah, akibat terbakar oleh minyak panas yang mengenai wajahnya. "Ya Tuhan!" "Kenapa bisa terjadi seperti ini?" Ta

  • Bukan Ibu Susu Palsu   82 Jahat

    Dalam perjalanan menuju kediaman orang tua Sarah, perasaan Aditya sebenarnya merasa tidak enak hati, seperti ada firasat sesuatu yang buruk akan terjadi. Dia sangat khawatir kalau orang tua Sarah akan menolak niatnya. Tapi Aditya harus berusaha. Apapun hasilnya nanti, dia akan tetap memperjuangkan Raya.Kendaraan roda empat mewah milik Aditya sudah sampai di depan rumah orang tua Sarah dan Selin. Semuanya segera keluar dari mobil.Ketika sudah berada di depan pintu utama, Aditya tidak perlu menekan bell. Seorang pembantu rumah tangga di kediaman mewah milik orang tua Sarah, sudah mengetahui kedatangan Aditya. Wanita berseragam pembantu itu segera membuka pintu utama. "Apakah Ibu dan Bapak ada di rumah?" Aditya bertanya kepada pembantu rumah tangga itu."Ada, Tuan. Mari, silahkan masuk." Dengan ramah pembantu rumah tangga itu mempersilahkan Aditya dan keluarganya untuk masuk. Setelah Aditya, Anita dan juga Raya yang masih menggendong Fatih duduk di sofa yang berada di ruang tamu, or

  • Bukan Ibu Susu Palsu   81 Jalan Yang Mulus

    "Jadi apa jawabannya?" Aditya yang sudah penasaran tidak bisa menahan pertanyaannya."Apakah kamu bersedia menikah dengan saya?" Dengan isi dada yang menggebu-gebu, Aditya bertanya lagi untuk memastikan. Sementara dengan Raya, lidahnya terasa berat untuk berucap. Dia masih mematung dalam beberapa detik. Bola matanya bahkan terlihat masih berkaca-kaca, dia ingin menangis tapi bukan bersedih. "Apa jawabannya, Raya?" Aditya sampai bertanya lagi untuk yang kesekian kalinya. Hingga Raya akhirnya menganggukan kepalanya. Aditya terperangah. "Apa itu artinya kamu bersedia menikah dengan saya?" "Iya, Pak." Dengan penuh keyakinan Raya menjawab sambil mengganggukan kepalanya.Aditya menghala nafas lega. Dua sudut bibirnya nampak tertarik ke samping. Duda tampan itu terlihat sangat bahagia. "Terima kasih atas kepercayaan kamu kepada saya," ucapnya terharu. "Saya yang harusnya berterima kasih pada Pak Aditya, saya ini hanya wanita biasa yang jauh dari kata istimewa. Bahkan tidak sekufu denga

  • Bukan Ibu Susu Palsu   80 Jawabannya

    Beberapa hari berlalu, Aditya kembali menemui Raya. "Saya ingin bicara sangat penting." Di ruang dapur setelah selesai mencuci tangan, Raya membeliak terkejut mendengar suara Aditya. "Silahkan, Pak," balasnya dengan terbuka. "Tapi tidak di sini, saya ingin bicara serius dengan kamu di tempat yang lain."Raya tidak bisa menolak, dia segera mengikuti langkah Aditya di belakang."Tunggu sebentar, Pak." Raya menahan langkah Aditya ketika telah sampai di pintu utama."Kenapa?" Aditya menjeda langkahnya. "Bolehkah saya mengajak Fatih? Saya khawatir Fatih menangis seperti tempo lalu. Saya tidak bisa meninggalkannya terlalu lama," pinta Raya.Aditya mematung dalam beberapa detik kemudian ia menganggukan kepalanya. "Boleh," jawabnya akhirnya. Raya pun menyeringai senang. Dia segera meminta izin kepada Anita. Setelah mengantongi izin, Raya pun segera menggendong Fatih.Kebetulan hari ini memang hari minggu, Mereka terlihat seperti keluarga kecil yang hendak piknik."Semoga jalan-jalannya me

  • Bukan Ibu Susu Palsu   79 Menagih Jawaban

    "Maksudnya untuk apa? Ini terlalu mewah untuk saya, Pak." Raya bertanya lagi. Ia melayangkan tatapannya pada Aditya.Aditya segera meraih sebelah tangan Raya lalu diusapnya dengan lembut. Perlakuan Aditya itu membuat Raya semakin salah tingkah."Saya ingin kamu menjadi ibu pengganti untuk Fatih. Bukan lagi ibu susunya," pinta Aditya, mengutarakan isi hati secara langsung."Apa!" Namun Raya malah terkejut. "Maksudnya?" Dia tercengang."Saya ingin kamu menjadi istri saya," pinta Aditya memperjelas.Seketika Raya menarik tangannya. Melepaskan tangannya dari genggaman Aditya. Dia terkesiap. Ucapan Aditya barusan bisa jadi hanya gurauan saja untuk Raya."Jangan bercanda, Pak. Itu tidak lucu." Raya mengusap pipinya sendiri. Dia menjadi gugup."Saya serius, Raya." Aditya kembali menegaskan. "Maukah kamu menjadi istri saya?"Raya kian terlihat gugup. Keringat dingin seketika membanjiri tubuh. Raya mengusap-usap tangannya sendiri. Gugup tak bisa dikendalikan."Kamu kenapa?" Aditya pun menjad

  • Bukan Ibu Susu Palsu   78 Tempat Romantis

    Pemilik toko bunga tersebut segera memutar rekaman CCTV yang terjadi pada kemarin sore di saat Aditya memesan bunga. Di salah satu ruangan yang hanya beberapa orang saja bisa masuk ke sana, pemilik toko, Aditya dan 3 orang saksi sudah siap menyaksikan hasil rekaman CCTV yang terjadi saat kemarin. Apa yang telah diucapkan pelayan toko, ternyata benar adanya. Dia bekerja dengan sebaik-baiknya sesuai dengan perintah Aditya. Namun keteledoran terjadi ketika Selin datang dan mengubah semuanya. Tetap saja pelayan toko yang disalahkan karena telah teledor sehingga orang lain memanipulasi keadaan. Aditya tampak mengepalkan sebelah tangannya. "Selalu saja Selin! Mengapa dia jadi menyukai kekacauan. Dia selalu saja membuatku geram," desisnya pada diri sendiri. Aditya tidak pernah menyangka kalau kejadian di toko bunga itu adalah ulah Selin. Kalau saja dia tidak menghormati mertua, mungkin Aditya sudah melabrak sang adik ipar dan membuat perhitungan dengannya. Aditya meminta maaf kepada pem

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status