Home / Rumah Tangga / Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua / Bab 1. Permintaan yang Mengejutkan

Share

Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua
Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua
Author: Nuri522

Bab 1. Permintaan yang Mengejutkan

Author: Nuri522
last update Last Updated: 2023-01-24 07:43:08

“Maaf, Mbak. Aku enggak bisa menerima lamaran ini. Tak ada sedikit pun kepikiran kalau aku akan jadi istri kedua. Aku enggak mau menjadi duri dalam rumah tangga orang lain,” tolak Indira dengan tegasnya.

Gadis itu tahu Aryo laki-laki yang sempurna, tampan, mapan dan berkarisma serta berkepribadian baik pada siapa pun. Tapi bukan berarti dia dengan senang hati menerima begitu saja permintaan Wulan.

“Tidak ... kamu bukanlah duri dalam rumah tangga kami. Aku tulus memintamu menjadi maduku. Aku mohon jangan tolak lamaran ini,” bantah Wulan.

‘’Bagaimana mungkin ada wanita seperti Mbak Wulan yang malah rela melamar wanita lain untuk suaminya?’’ batin Indira.

Dia sungguh tak habis pikir dengan pemikiran wanita di hadapannya tersebut.

Namun, bukan Wulan jika tak bisa meyakinkan Indira, dengan berbagai cara wanita itu meyakinkan gadis yang dia pilih agar menerima lamaran itu.

“Baik, Mbak. Aku akan menerima lamaran Mbak Wulan jika Mas Aryo sendiri yang datang untuk melamar. Satu lagi, aku minta waktu untuk melakukan salat istikharah, “ ujar Indira seminggu yang lalu, waktu di mana ia meminta kepada Wulan untuk menentukan pilihannya.

Betapa leganya Wulan saat itu, ketika akhirnya Indira mengatakan kesediaannya untuk mempertimbangkan pinangannya untuk mewakili sang suami. Dengan hati semringah Wulan kembali ke rumahnya yang tak jauh jaraknya dengan hunian Indira. Ternyata, mereka bertetangga.

Tak sabar Wulan ingin menyampaikan kabar ini kepada suaminya, Aryo. Dia menunggu sampai sang suami pulang dari tempat kerja pada sore hari. Ketika suara mobil Aryo terdengar memasuki teras rumah mereka, Wulan segera berlari dan menyambut di depan pintu.

“Assalamualaikum, Sayang,” sapa Aryo.

“Waalaikumsallam, Mas.” Sambut Wulan sambil mencium tangan Aryo dengan takjub. Pria itu merangkul pinggang sang istri dan memberikan kecupan hangat di kepalanya.

Aryo memang laki-laki yang romantis. Tak segan dia menunjukkan rasa cinta kasihnya kepada Wulan. Sungguh, sebagai istri Wulan sangat bersyukur, tetapi ada satu hal yang membuat wanita itu merasa bersalah terhadap sang suami sehingga dia berani menyiapkan Indira menjadi madunya.

Ya, saat ini Aryo belum tahu apa pun tentang keinginan Wulan. Mempunyai istri sempurna di matanya membuat pria itu setia sampai sekarang. Apalagi rumah tangga mereka lengkap dengan hadirnya seorang buah hati yang tampan dan cantik bernama Danish dan Ria.

Danish berusia tujuh tahun, sedangkan Ria masih berusia empat tahun. Betapa sempurnanya bahtera rumah tangga mereka.

Setelah kecupan mendarat di kepala Wulan, Aryo masuk ke dalam kamar diikuti sang istri di sampingnya. Wulan menyuruh Aryo untuk mandi, sedangkan dia menyiapkan pakaian untuk suaminya. Ketika Aryo telah masuk ke kamar mandi, Wulan pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam.

Malam ini setelah salat magrib keduanya makan malam beserta anak-anak. Pria itu begitu menikmati hidangan yang dibuatkan sang istri tercinta yang selalu pas di lidah. Bahkan tanpa segan-segan Aryo menggenggam dan mencium tangan Wulan di hadapan anak mereka hanya untuk mengatakan dia menikmati serta memuji masakan istrinya.

Waktu menunjukkan pukul sembilan malam anak-anak sudah tidur di kamar mereka. Sedangkan Aryo, masih asyik menonton televisi di ruang tamu ditemani Wulan di sampingnya. Wanita itu bertekad akan menyampaikan permintaannya hari ini juga.

“Mas, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan,” ucap Wulan sambil menghadap suaminya.

“Ngobrol apa sih, Sayang?” tanya Aryo penasaran. Dia heran aneh sekali sang istri terlihat gelisah dan meminta izin untuk mengobrol. Biasanya wanita itu selalu langsung bicara ketika akan mengatakan apapun kepadanya.

“Aku ... a-ku mau Mas Aryo menikah lagi ...,” ucap Wulan.

Aryo terlonjak kaget. ‘Apa aku tak salah dengar?’ Batin Aryo.

“Maksud kamu apa, Sayang? Aku tak berniat menikah dengan orang lain. Hanya kamu yang Mas cintai,” tanya Aryo, alisnya bertaut merasa bingung dengan ucapan istrinya itu.

“Aku tahu, Mas sangat setia. Aku percaya itu. Aku hanya ingin Mas menikahi Indira. Aku sudah melamarnya untuk Mas, dan dia sudah menerimanya,” kata Wulan sambil menatap suaminya.

“Apa?! Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu melamar Indira untukku. Kenapa kamu enggak cerita lebih dulu padaku?” Aryo sangat tak habis pikir, dia benar-benar syok dengan apa yang dikatakan istrinya. Tak ada kata yang dapat terucap dari mulut Aryo saat ini.

Aryo marah, kesal, kecewa bagaimana mungkin Wulan memutuskan hal besar ini sendirian. Apalagi, ini juga menyangkut dirinya.

“Aku tak tahu harus mengatakan apa. Kumohon jangan mengatakan apapun tentang hal itu. Cukup sekali ini saja. Aku enggak mau mendengar kamu mengatakan permintaanmu yang ngawur itu.”

Aryo hendak berdiri tapi Wulan mencegahnya.

“Aku mohon, Mas. Sekali ini saja kabulkan permintaanku,” ucap Wulan memohon.

Aryo mengacak rambut di kepalanya dengan kasar. Merasa frustasi dengan pemikiran istrinya.

“Dengar! Aku tak tahu apa yang mendasari pikiranmu sehingga kamu meminta ini dariku. Apa kamu enggak sadar dengan permintaanmu ini? Kamu ingin wanita lain masuk ke dalam rumah tangga kita? Selama ini aku rasa enggak ada yang salah dengan pernikahan ini. Tapi kenapa? Apa yang membuatmu memiliki keinginan memberikanku istri kedua?” tanya Aryo lagi. Kali ini dia bertanya dengan suara tenang. Berharap, istrinya menceritakan isi hatinya.

“Aku enggak memiliki alasan apa pun, Mas. Aku hanya ingin Mas Aryo menikah dengan Indira, itu saja. Dia gadis yang baik dan cantik. Cocok dengan Mas yang tampan dan juga sama baiknya. Kami pasti bisa berbagi suami dan Mas bisa adil terhadap kami,” ucap Wulan yakin. Entah apa yang di rasakan hatinya. Yang jelas Wulan sangat bisa mengendalikan semua perasaannya. Dia bisa bersikap biasa saja saat mengatakan itu.

“Omong kosong.” Aryo tertawa sinis, benar-benar tak masuk akal alasan istrinya ini. Dia berdiri hendak pergi ke kamar mereka, tetapi saat Aryo sudah hampir membuka pintu kamar. Dia mendengar suara benda jatuh.

Aryo berlari mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Dia terpaku melihat sesuatu terjadi kepada Wulan.

“Ya Allah, apa yang terjadi kepada istriku?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rokhani Khani
penasaran. istri kaya wulan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Ending

    Akan tetapi, wanita itu berhenti sejenak di depan pintu. Sorot matanya menangkap sosok tampan di dalam sana yang tengah mengusap perut Indira. Ia berniat kembali berbalik arah, tetapi Indira melihat Wulan yang bergegas langsung memanggilnya.Wulan menoleh dan tersenyum menatap adik madu dan sang suami. Sebenarnya, ia pergi bukan karena cemburu, tetapi lebih karena tidak enak hati telah mengganggu kebersamaan Aryo dan Indira. Wulan memasuki kamar adik madunya. Aryo segera berdiri menghampiri Wulan dan merangkulnya. “Mbak cuma mau nyuruh kamu turun. Kita makan bersama. Hidangannya sudah siap ,” ujar Wulan.“Mbak masak sendiri?”“Iya spesial buat kamu, Ra. Mbak masak ayam bakar.”“lho, kok repot-repot sih, Mbak. Padahal Mbak Wulan sendiri pasti capek ngurus Salma dan anak-anak, kan?” ujar Indira memandang heran wajah kakak madunya yang seperti tak pernah merasa capek.“Wulan memang begitu, Ra. Dia wanita hebat yang seperti tak pernah kenal lelah dalam hidupnya,” timpal Aryo dan mendap

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Bab 59

    Mereka jalan bersama sekedar melihat wahana yang ada. Siang ini udara begitu panas sehingga membuat para pengunjung kegerahan. Begitu pun dengan Indira, seketika tubuh Indira lemas dan matanya sedikit berkunang. Penglihatannya mulai redup seakan hari akan menjelang malam. Indira tak sadarkan diri. Untung saja, Salma sedang Wulan susui pun tangan Aryo sigap tubuh sang istri dan bergegas membawanya ke rumah sakit terdekat. Satu keluarga itu panik bukan main melihat Indira tak sadarkan diri. Apalagi, Aryo, kentara sekali kekhawatiran di wajah pria itu.Setelah sampai, Indira segera ditangani oleh dokter.Selang beberapa saat, dokter yang memeriksa Indira keluar dengan wajah senyum merekah. Aryo bergegas menghampirinya. “Ada apa dengan istri saya, dok? Kenapa dia bisa pingsan gini. Apa istri saya sedang sakit, dok?” cecar Aryo. Wulan mengelus punggung sang suami agar tetap bersabar.Bibir dokter itu tersenyum lebar. Lalu mengulurkan tangan pada Aryo dan mengucapkan selamat. Membuat keb

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Bab 59

    Sudah beberapa hari ia tinggal di rumah baru, membuat Indira sedikit kesepian. Pasalnya, ia merasa masih asing di tempat ini. Apalagi, seminggu ini Aryo tak bisa berkunjung seperti biasanya. Ia harus rela jatahnya bersama sang suami kini terganggu gara-gara kondisi kehamilan Wulan yang membuat semua orang khawatir.Bagaimana tidak, selama tujuh hari ini, badan Wulan lemas dan muntah-muntah. Bahkan, setiap ia memakan nasi atau pun bubur pasti selalu tak masuk. Terkadang Wulan hanya mau makan roti dan pisang saja. Untunglah, kedua makanan itu pun termasuk ke dalam sumber karbohidrat. Jadi, menurut dokter itu tak begitu membuat khawatir. Namun, tetap saja ia tak bisa meninggalkan sang istri begitu saja. Meski, ia merasa bersalah telah abai terhadap istri yang lain.“Maaf, Ra. Mas benar-benar tak enak sama kamu. Maaf juga kalau Mas sudah abai sebagai seorang suami,” ujar Aryo ketika ia menyempatkan diri untuk mampir ke rumah istri keduanya meski hanya bisa sebentar, itu pun sepulangnya A

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Bab 58

    Setelah memastikan Wulan baik-baik saja selepas siuman. Aryo terpaksa harus meninggalkan istri pertamanya untuk melanjutkan rencana kepindahan Indira, itu pun atas izin dari Wulan.“Mas pergi saja. Bukankah ini sudah direncanakan Mas beberapa bulan yang lalu. Aku enggak apa-apa, kok. Sekarang sudah lebih baik. Lagi pula, ini bukan kehamilan pertamaku. Jadi, aku udah bisa jaga diri.”Indira yang duduk di ranjang menemani Wulan menggeleng.“Enggak, Mas. Jangan tinggalin Mbak Wulan. Kepindahanku bisa dipending, tapi kesehatan Mbak Wulan lebih penting. Aku enggak mau kecolongan lagi, terus Mbak malah kembali pingsan,” kekeh Indira tak ingin mengindahkan ucapan kakak madunya.“Mbak enggak apa-apa, Ra. Kamu jangan khawatir. Tadi, Mbak pingsan gara-gara kelelahan aja. Beberapa Minggu ini kan kegiatan Danish di sekolah banyak banget, terus belum lagi kerjaan rumah yang enggak selesai-selesai. Mungkin itu juga yang membuat tubuh Mbak drop.”“Apa perlu Mas nyari orang lagi buat nemenin kamu di

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Bab 57

    Hari sudah menjelang malam. Mereka sibuk merapikan barang yang akan di bawa ke rumah barunya. Ada perasaan sedih karena harus meninggalkan kamar yang menyimpan banyak kenangan. Indira menatap foto keluarga saat dirinya masih kecil. “Kalau kamu belum siap untuk pindah, enggak papa kok, Sayang,” ucap Aryo seraya menepuk pundaknya.“Insya Allah aku siap kok, Mas. Sudah kewajibanku sebagai istri untuk nurut sama suami.”“Makasih ya, Sayang. Aku janji akan selalu berusaha menjaga dan membahagiakanmu semampu yang aku bisa. Aku enggak akan membiarkan siapa pun menyakitimu lagi.”Indira mengangguk sambil tersenyum. “Mbak Wulan gimana, Mas? Udah tahu aku mau pindah? Keberatan enggak? Soalnya aku enggak enak sama Mbak Wulan. Mas Aryo udah ngasih aku rumah,”“Udah, Sayang. Wulan juga senang kalau kamu bahagia. Lagi pula, kamu juga berhak mendapatkannya. Mas jadi tenang sudah memberikan tempat tinggal layak untuk kalian berdua. Berarti fokus Mas kedepannya untuk membiayai kalian berdua dan yang

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Bab 56

    “Maafkan kesalahan anak kami ya Nak Indira. Maaf sebagai orang tua kita nggak becus mendidik anak. Kami menyesal sekarang atas semua perbuatan Rama sama kamu,” ujar ini Bu Rina sambil memohon maaf dengan berurai air mata.Indira meraih tangan Bu Rina dan menggenggamnya dengan erat.“Aku memaafkan semua kesalahan Mas Rama dulu. Meski sulit, tapi aku sedang berusaha untuk ikhlas. Lupakan semua yang telah terjadi. Bukankah Allah maha pemaaf kenapa kita saja sebagai hamba yang tak memiliki kuasa tidak?“Lagi pula, aku bersyukur dengan jalan ini, bisa mengenal sosok kakak seperti Mbak Wulan,” tambahnya lagi. Mendengar ucapan Indira, Buu Rina menghambur ke arah madu sang putri dan memeluknya erat. Ia mengucap terima kasih karena sudah mendapat maaf dari mereka. Hatinya sedikit lega. Padahal, ia dan sang suami sempat berpikiran picik terhadap wanita itu.Keduanya kira, Indira itu wanita yang gila harta sehingga mengincar Aryo dan bahkan mau menjadi istri kedua dari menantunya. Ternyata sang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status