Share

Bab 2. Pingsan

“Ya Allah, apa yang terjadi kepada istriku?”

Aryo bergegas menghampiri Wulan serta menepuk-nepuk pipi istrinya. Masih tak sadarkan diri. Dengan rasa panik dia pangku serta membawa Wulan ke kamar lalu merebahkannya di atas kasur.

Setelah itu Aryo menelepon Dokter keluarga mereka. Dia penasaran sebenarnya apa yang terjadi terhadap Wulan saat ini. Kenapa sampai istrinya tak sadarkan diri.

Setengah jam kemudian, Dokter Rahman datang dan langsung memeriksa kondisi Wulan. Aryo merasa harap-harap cemas. Ketakutan terjadi sesuatu terhadap istrinya membuat dia tak berhenti merasa khawatir.

Dokter Rahman selesai memeriksa Wulan. Seketika itu pula Aryo memberondong Dokter muda itu dengan segala pertanyaan.

“Apa yang terjadi dengan istri saya, Dok? Kenapa dia pingsan? Apa dia sakit?” tanya Aryo panik.

Dokter Rahman tersenyum, lalu dia berkata “Tenang, Pak Aryo. Bu Wulan baik-baik saja. Sepertinya dia hanya kurang beristirahat. Apa ada pekerjaan yang membuatnya sibuk sehingga lupa akan kesehatannya?” tanya Dokter Rahman.

“Setahu saya tidak, Dok. Setiap hari Wulan hanya mengurus anak-anak dan memasak. Untuk urusan membereskan rumah sudah ada Mbak Tuti asisten rumah tangga yang selalu mengerjakannya. Dia juga tak punya pekerjaan lain di luar Rumah,” jawab Aryo menjelaskan.

Dokter Rahman sempat berpikir.

“Apa ... ada sesuatu yang membuat istri Anda tak tenang. Maksud saya, masalah yang dimiliki Bu Wulan. Kondisi pikiran yang terlalu stres juga bisa mempengaruhi kesehatan,” ucap Dokter Rahman menatap Aryo.

“Apa iya Wulan stres karena terlalu banyak pikiran? Tapi kenapa? Setahuku semuanya baik-baik saja. Tak ada yang berubah dari sikapnya. Masih seperti Wulan yang sebelumnya,” batin Aryo.

“Saya, tidak tahu, Dok. Jika benar gara-gara itu yang membuat istri saya kesehatannya menurun. Nanti biar saya tanyakan padanya. Yang terpenting saya lega, tak terjadi apa pun dengan Wulan.”

Dokter Rahman mengangguk. Setelah itu dia membereskan peralatan yang dibawanya, serta pamit untuk pulang.

Aryo mengantarkan sampai di gerbang rumah. Setelah itu dia bergegas menemui istrinya yang belum juga siuman di kamar.

Berbagai pertanyaan terngiang-ngiang di pikirannya. Tentang apa penyebab kondisi tubuh istrinya drop. Apa ada masalah yang dirahasiakan istrinya?

Aryo menggenggam tangan Wulan, sungguh melihat istrinya terbaring begitu membuat Aryo merasa terluka. Tak berapa lama mata Wulan terbuka. Dia sudah siuman. Wulan melirik kepada Aryo yang sedang menggenggam tangannya erat sambil menundukkan wajahnya. Terdengar helaan napas berat dari Aryo.

“Mas ...,” ucap Wulan lirih.

Aryo mendongak, matanya berbinar menatap sang istri yang akhirnya siuman dari pingsannya. Seketika itu pula dia memeluk Wulan dengan erat.

“Alhamdulillah ya Allah. Akhirnya kamu bangun juga, Sayang. Mas khawatir sekali sama kamu. Pingsanmu lumayan lama sekali. Sebenarnya kenapa kamu sampai pingsan?” tanya Aryo.

“Aku enggak apa-apa, Mas. Tak perlu khawatir aku baik-baik saja,” ucap Wulan sambil tersenyum serta mengusap punggung Aryo.

“Baik-baik bagaimana? Kamu itu sampai pingsan, apalagi tadi cukup lama untuk siuman. Jujur sama Mas apa ada sesuatu masalah yang membuatmu lupa menjaga kesehatan sehingga kamu sampai drop begini?” Aryo memberondong Wulan dengan segala pertanyaan.

Wulan terdiam, dia menghela napas. “Aku hanya ingin Mas menikahi Indira.”

Lagi-lagi membahas itu, seketika Aryo berdiri dengan raut wajah berubah dingin “Jangan lagi membicarakan hal yang tak jelas seperti itu lagi. Pikirkan kesehatanmu saja. Aku lelah butuh istirahat,” ujar Aryo dia membaringkan tubuhnya di samping Wulan. Menyelimuti tubuh dan memejamkan matanya.

“Tapi __” Wulan ingin berkata sesuatu. Tapi segera Aryo memotong kalimat yang hendak terucap dari Wulan.

“Tidurlah,” ucap Aryo sambil bergerak membelakangi Wulan. Dia tahu sikapnya itu pasti melukai istrinya, tapi Aryo tak ingin lagi membahas tentang permohonan Wulan.

Mereka pun akhirnya tertidur dalam keheningan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status