Tempat makan itu, meskipun kaki lima tapi tampak luas dan sudah hampir penuh. Ada beberapa meja panjang yang berjejer rapi dengan deretan tempat sambal dan tempat minum. Carina dan Syaquilla berjalan menuju sudut yang masih kosong, sementara Caliana mengikuti di belakang mereka dan Adskhan di belakangnya.
Mereka duduk berhadapan di sebuah meja panjang yang bisa diisi 5-6 orang perbangku nya. Caliana menyerahkan selembar kertas yang sudah dilaminating ke arah Adskhan. Kertas yang berisi menu beserta harga makanan disana. Ia mengerutkan keningnya, bingung dengan apa yang akan dipesannya sementara Carina dan Syaquilla sudah anteng dengan telunjuk mereka di atas kertas, merundingkan makanan yang hendak mereka makan.
Caliana berjalan masuk ke dalam gedung sambil memijat pelipisnya. Kepalanya berdenyut nyeri karena semalam ia tidak bisa tidur dengan cukup dan itu semua karena kedua remaja yang menginap di tempatnya terus menerus mengganggunya dan baru berhenti pada pukul sebelas malam saat mereka tertidur. Sementara setelahnya Caliana tidak bisa langsung beristirahat karena ia harus menyelesaikan laporannya. Alhasil baru pukul dua malam ia bisa naik ke atas tempat tidurnya dan itupun ia tidak tahu pukul berapa ia benar-benar terlelap dalam tidurnya. Sementara pukul lima pagi ia harus kembali bangun untuk menunaikan kewajibannya. Biasanya, jika begadang seperti itu Caliana bisa mencuri waktu satu sampai satu setengah jam untuk kembali tidur. Namun kali ini ia tidak bisa karena harus membuatkan sarapan bagi kedua remaja itu. Dan efeknya kini baru Caliana rasakan.
“Pertanyaan saya, kenapa saya?” Tanpa segan gadis itu mengajukan pertanyaan yang ada dalam kepalanya. Adskhan seketika turut mengerutkan dahi mendengar pertanyaan gadis itu, namun sebelum dia bertanya, Caliana kembali bersuara. “Bukannya saya tidak ingin membantu. Seperti yang saya katakan pada Anda sebelumnya. Saya tidak terlalu dekat dengan Syaquilla. Dan sejauh yang saya tahu, Anda memiliki keluarga yang lebih dekat dengan Syaquilla. Sir Lucas misalnya. Jadi kenapa Anda tidak meminta bantuan beliau?”Masuk akal. Pikir Adskhan. Seperti yang sudah Adskhan duga sebelumnya, Caliana memang berbeda daripada wanita kebanyakan. Jika wanita pada umumnya justru akan menjadikan ini semua kesempatan untuk mencari perhatian Adskhan, maka Caliana tidak. J
Mereka membereskan peralatan makan dan kembali ke dalam rumah. Hampir pukul delapan malam saat mereka meletakkan cucian ke dalam bak cuci piring. Tanpa diperintah Carina dan Syaquilla langsung mencuci piring kotornya. "Udah tinggalin aja, biar nanti Carina yang nyuci. Kasihan Papa kamu, bete.""Ih Itanmahkejam. Biarin dong Qilla bantuin Carin. Itu namanya tanggung jawab bersama." Ucapnya yang dijawab anggukan Syaquilla. "Itan yang harusnya sopan sama tamu. Kasih minum kek, bukannya malah ngusir." Gerutunya dengan suara keras yang pastinya didengar oleh Adskhan yang duduk di ruang keluarga yang memang tak bersekat itu. Caliana mengangkat sebelah alisnya memandang sang keponakan dengan tatapan mengejek, namun mengikuti saja instruksi Carina.
Jum'at siang, di Coskun Company memang memiliki waktu istirahat paling lama. Pukul sebelas sampai pukul dua siang karena Coskun Company memberi waktu bagi para pria muslim untuk melaksanakan ibadah Jum'at mereka.Dalam jeda tiga jam itu biasanya Caliana memilih pulang ke rumah untuk masak makan siangnya, atau jika malas dia lebih memilih tidur siang. Tapi kali ini, Carina—yang memang masih tinggal di rumahnya karena nenek dan ayah ibunya belum kembali—akan menjemputnya di kantor."Makan siang diluar yuk, Itan." Bujuknya di telepon dengan manja. "Kan istirahatnya juga lama."
Syaquilla kembali ke rumahnya bersama Carina pada jum'at sore dengan maksud mengambil pakaian ganti yang akan ia gunakan untuk weekend. Mereka cukup terkejut dengan keberadaan sosok wanita cantik yang duduk di atas sofa ruang tamu dengan majalah di pangkuannya. Gayanya lebih seperti pemilik rumah daripada seorang tamu."Assalamualaikum.." Salam Syaquilla dan Carina bersamaan.Wanita yang mengenakan dress seks
"Tuh orang gak punya kaca gitu di rumahnya?" Tanya Carina heran. Syaquilla hanya mengedikkan bahu."Papa.." Syaquilla menarik tangan Carina menuju ruang kerja ayahnya. ayahnya tampak tengah berdiri dengan punggung menghadap pintu, sampai pria itu tidak menyadari keberadaan Syaquilla dan juga Carina. “Pa?” panggil Syaquilla dengan nada yang lebih keras. Adshkan menoleh. Memandang Carina dan Syaquilla bergantian. Tak menyangka jika kedua remaja itu ada di hadapannya. "Qilla berangkat dulu ya." Pamit Syaquilla.
Adskhan bukannya tipe pemilih makanan. Makanan Korea, Jepang, Italy ataupun jenis makanan lainnya, ia bisa konsumsi dengan baik. Tapi kali ini. Bukan makanannya yang membuat ia tidak bisa menikmati, namun suasananya. Melihat Caliana dan si Uncle itu saling perhatian satu sama lain membuat selera makannya hilang. Semua makanan yang dimakan lahap oleh putrinya dan sahabatnya terasa hambar di mulut Adskhan. Namun tanpa Adskhan sadari, ada dua pasang mata yang sejak tadi memperhatikan gerak-geriknya dan mencoba
Sabtu pagi Carina dan Syaquilla sudah merecoki Caliana dengan rangkaian rencana mereka."Pokoknya kita beli tiket dulu, habis itu makan siang, nonton, ke toko buku, abis itu baru Itan boleh ke cafe ngunjungin Om Yudhis." Carina mendetailkan rencananya. Caliana yang sedang menjemur pakaian hanya bisa memutar bola matanya. "Pokoknya hari ini, kita peras Papa kamu, La." Keponakannya itu memandang Syaquilla dengan semangat menggebu. Anehnya, bukannya marah, Syaquilla malah ikut-ikutan mengangguk antusias.