Share

Part 3

"Geli, Mas Arya. Sudah cukup! Kita di kantor loh," tolak Risa saat Arya tiba-tiba memeluk dan menghujaninya dengan ciuman. 

Sekuat tenaga Risa mencoba untuk melepaskan diri dari dekapan Arya. Risa khawatir ada seseorang yang melihat mereka tengah bermesraan. 

"Sebentar saja, Risa. Aku mohon," ucapnya lirih dan terus memeluk dengan erat. 

Arya melepaskan pelukan, perlahan dia mengecup leher jenjang Risa hingga membuat desah lembut lolos dari bibir semerah delima itu. 

"Hanya kamu yang mampu menjadi peredam amarahku, Risa sayang," bisik Arya dengan napas yang menderu. 

Risa hampir terbuai dengan sentuhan demi sentuhan yang dirasakannya. "Mas, ah, kamu membuatku basah," desah Risa menggoda. 

Merasa keinginannya akan bersambut, dalam sekali ayun Arya mengangkat tubuh Risa dalam gendongannya. Dia menghempaskan tubuh sang kekasih ke sofa, dan membuat Risa berada dalam kungkungannya. 

Perlahan Arya membelai wajah cantik yang kini berada tepat di hadapannya, gairah Arya semakin tertantang seiring desah menggoda Risa. 

"Sayang, stop!" Risa menahan tangan Arya yang hendak membuka kancing bajunya. 

"Aku mohon, sebentar saja," pinta Arya sambil terus membuka pakaian yang dikenakan Risa. 

Tok! Tok! 

Mereka terperanjat, Arya bergegas merapikan kembali pakaiannya, "Sembunyi di kamar mandi!" 

Risa mengangguk lalu berlari menuju tempat persembunyian setelah memastikan tidak ada pakaiannya yang tertinggal. 

Arya mendekati pintu dia menghela napas dalam sembari merapikan kembali pakaiannya sebelum membuka pintu. 

"Dokter Dika?" tanyanya, saat Arya mendapati sosok Dika berada di hadapannya. 

"Selamat siang, Pak Arya. Bolehkah saya, masuk?" 

Sesaat Arya bergeming, dia sempat menoleh ke dalam ruangan sekadar memastikan tidak ada hal yang mencurigakan. 

"Tentu saja, silahkan masuk," ungkap Arya sembari mempersilahkan tamunya masuk. 

"Ruangan yang sangat nyaman," puji Dika sambil mengedarkan pandangan. 

Bahkan, tanpa sungkan Dika mendekati sebuah foto pernikahan Arya, dan Nazwa yang terpajang di ruangan itu. 

"Nazwa yang memasang foto itu, spesial untuk suami tercintanya!" tegas Arya dengan tatapan tajam menatap Dika. 

"Katakan, apa tujuanmu?" lanjut Arya tak ingin berbasa-basi. 

Dika tertawa sambil memalingkan muka, "Saya hanya ingin berkunjung, apakah tidak boleh?"

Arya terbahak mendengar ucapan Dika, "Sudahlah, tidak perlu basa-basi katakan, apa tujuanmu?"

"Saya hanya ingin memberitahu, Anda. Jika mulai besok saya, yang akan menjadi Dokter pribadi, Nazwa."

Mendengar pernyataan Dika, Arya refleks mencengkram kemeja yang dikenakan oleh lelaki itu. Tatapannya nyalang dengan wajah yang memerah. 

"Saya tidak pernah setuju!" 

"Saya tidak butuh izin, Anda! Selama ayahnya sendiri, yang meminta saya menjadi dokter pribadi Nazwa."

Rahang Arya mengeras mendengar penuturan Dika, jika sudah berhubungan dengan Bramantyo seorang Arya yang keras kepala pun tak dapat berkutik sama sekali. 

"Jadi, mulai besok kita akan sering bertemu," ucap Dika sembari menghempaskan tubuhnya di sofa. 

"Baiklah, apa ada hal yang lain?" tanya Arya sinis. "Jika tidak ada, silahkan keluar dari ruangan saya!" tegas Arya. 

Dika masih saja bergeming sambil mengetuk-ngetuk jari pada dokumen yang dibawanya. 

"Pergi!" pekik Arya tidak dapat lagi menahan amarah. 

Dika terkekeh, dia sangat puas telah membuat seorang Arya kesal. Dia pun bangkit, hendak meninggalkan ruangan itu. Namun, sebuah benda berkilau yang berada di sela-sela sofa seketika menarik perhatiannya. 

Dika memicingkan mata, dan meraih benda berkilau itu, "Sepertinya, ada gadis yang kehilangan sebelah antingnya," ungkap Dika sambil tersenyum sinis ke arah Arya lalu pergi dari ruangan. 

Mendengar suasana kembali hening, perlahan Risa membuka pintu kemudian kembali menghampiri Arya. 

"Maaf, aku ceroboh," lirih Risa dengan kepala tertunduk. 

"Semua akan baik-baik saja," ungkap Arya sambil menarik tubuh Risa ke dalam dekapannya. 

"Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Risa dengan suara parau. 

Arya mengurai dekapan, "Cukup pasrah mendapatkan hukuman dariku," ungkapnya sambil menarik kembali tubuh seksi Risa ke dalam kamar mandi. 

***

Hari itu, Arya memilih pulang lebih awal dari biasanya. Perasaannya cemas dengan benak yang terus dipenuhi prasangka-prasangka buruk setelah kedatangan Dika tadi siang. 

"Nona, Pak Arya sudah pulang," ucap salah satu pelayan kepada Nazwa yang tengah sibuk merangkai bunga di taman. 

Dalam sekejap mata indah Nazwa berbinar, senyuman menawan pun terbit di wajah pucatnya.

"Aku harus menyambutnya," ucap Nazwa antusias. 

"Aku sudah di sini, Sayang," ungkap Arya dari arah pintu sambil merentangkan ke dua tangannya. 

Wajah Nazwa tersipu, dadanya berdebar saat sang kekasih hati menghampiri lalu memeluk, dan mengecupnya lembut. 

"Apa ada masalah?" 

"Tidak, aku hanya rindu," alibi Arya. 

Perlahan Arya mengurai pelukan, kemudian mendudukan diri di kursi kosong sebelah Nazwa. Pandangan mereka beradu, tatapan Nazwa begitu lembut, dan penuh cinta untuk sang suami. 

"Hmmm, Sayang. Apa kamu tahu siapa yang akan menggantikan Dokter Sarah?" tanya Arya pura-pura tak tahu. 

"Kata, Ayah. Aku hanya tinggal menunggu saja," jawab Nazwa santai sambil mengedikkan ke dua bahunya. 

Arya menghela napas dalam, dadanya bergemuruh hebat. Namun, dia berusaha untuk tetap santai di hadapan Nazwa. 

"Jadi, Ayah yang mencarikan Dokter penggantinya?"

Nazwa mengangguk sambil tersenyum, "Tenang saja, Ayah pasti akan mencarikan Dokter terbaik untukku. Kamu tak perlu cemas sayang."

Arya mengiyakan ucapan Nazwa, tapi tatapannya menerawang dengan sekelumit prasangka yang kembali memenuhi benaknya. 

"Lalu, kapan Dokter itu datang?"

"Saya sudah ada di sini, Pak Arya!"

Mereka mengalihkan pandangan secara bersamaan ke arah suara. 

"Kak Dika?" 

"Hai, Nazwa. Senang rasanya bisa menjadi Dokter pribadimu," sahut Dika sambil tersenyum bahagia. 

Namun, bahagia itu tidak untuk Arya. Dia menggebrak meja sebelum akhirnya membopong Nazwa untuk kembali ke kamar, tanpa mengatakan sepatah kata pun untuk Dika. 

"Mulai sekarang kamu harus lebih hati-hati, Arya," gumam Dika sambil terus menatap punggung Arya yang semakin menjauh. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status