Share

Part 4

Nazwa masih belum percaya dengan kenyataan yang baru saja ia ketahui. Selama ini, dokter pribadi yang merawatnya adalah seorang dokter perempuan. Maka, saat Nazwa melihat Dika yang akan menggantikan Dokter Sarah membuat ia sedikit merasa canggung. 

"Sayang, aku ingin bicara kepada, Ayah," ungkap Nazwa dengan sorot mata sendu. 

"Untuk apa? Sudah tidak apa-apa. Ayah pasti tahu apa yang terbaik untuk, Putrinya," ungkap Arya sambil merebahkan tubuh ringkih Nazwa di ranjang. 

Arya menempatkan dirinya tepat di sebelah Nazwa, meskipun saat ini amarah hampir membakar sebagian hatinya. Namun, dia berusaha tetap tenang di hadapan Nazwa, dan bertingkah seolah semuanya baik-baik saja. 

"Tapi, apa kamu yakin?" tanya Nazwa ragu. 

"Kamu tahu kan bagaimana sifat, Ayah?"

Nazwa terdiam, tentu saja ia tahu bagaimana sifat sang ayah yang jika telah memutuskan satu hal pantang sekali untuk kembali menarik keputusannya. 

"Maaf, jika mulai besok kehadiran, Kak Dika membuatmu tak nyaman," ucap Nazwa parau. 

"Tidak apa-apa semua akan baik-baik saja," ucap Arya manis, mencoba menenangkan hati sang istri. 

Arya kembali menarik tubuh Nazwa ke dalam dekapannya, sangat erat, dan terasa begitu nyaman bagi Nazwa. 

"Disaat suasana hati buruk seperti ini, rasanya aku ingin mendengar melodi indah yang dimainkan, Risa," ucap Nazwa tiba-tiba sambil mendongak ke arah Arya. 

"Aku akan memanggil, Risa untuk datang."

Arya beranjak, dan dengan semangat dia segera menghubungi Risa. Tentu saja itu adalah kesempatan emas, dan Arya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk bertemu dengan kekasih hatinya itu. 

"Kamu memang yang terbaik, Mas. Selalu mengerti dengan apa yang aku inginkan," gumam Nazwa dengan perasaan bahagia yang membuncah di dalam dada. 

***

"Haruskah aku mengenakan, pakaian ini?" gumam Risa, sambil terus menatap pantulan dirinya pada cermin yang tengah mengenakan dress merah selutut, dengan belahan dada rendah. Lehernya yang jenjang tampak menggoda dengan sebuah kalung berlian yang melingkar. 

Namun, Risa langsung menanggalkan pakaian itu, dan segera menggantinya dengan model yang lebih sopan. Bibirnya mencebik saat ia ingat jika Arya memintanya untuk datang karena sekadar ingin menghibur hati Nazwa yang tengah gundah. 

"Harusnya aku memainkan piano sambil duduk dipangkuan, Mas Arya," gumam Risa dengan pandangan menerawang, dan membayangkan pose nakal yang biasa dia lakukan bersama Arya. 

Malam ini, memenuhi keinginan Nazwa. Risa memainkan sebuah lagu yang sangat indah, jari-jari lentik wanita itu menari-nari di atas tuts piano. 

"Apa kamu menyukainya?" bisik Arya mesra. 

"Sangat, Terima kasih," jawab Nazwa, kemudian mengecup lembut pipi Arya. 

Risa sempat terhenyak melihat pemandangan mesra di hadapannya, ia cemburu sekaligus sedih. Namun, ia tak dapat melakukan apa-apa selain memendam rasa cemburu itu sendiri di dalam hati. 

Permainan piano Risa pun berakhir tepat ketika jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Tepuk tangan pun terdengar menggema di ruangan megah kediaman Nazwa. Risa beranjak dari kursi, lalu memberikan penghormatan kepada sepasang suami-istri yang saat ini berada di hadapannya. 

"Kamu selalu luar biasa, Risa," puji Nazwa sambil terus bertepuk tangan. 

"Terima kasih, Nazwa. Seperti biasanya kamu selalu berlebihan memujiku."

Sambil berkata begitu, Risa berjalan menghampiri Nazwa lalu memeluknya. Sekilas, Risa melirik Arya yang berada tepat di sebelah Nazwa. 

Arya menarik sedikit ujung bibirnya saat menyadari jika Risa tengah menatap dirinya, tapi Risa mengabaikan itu, dan tak membalas senyuman Arya. Sepertinya, Risa masih cemburu karena melihat kemesraan yang sempat ia saksikan tadi. 

"Kalau begitu, aku akan membiarkan para, Ladies untuk bercerita," ungkap Arya, dan memilih pergi meninggalkan ke duanya.

"Apa kamu baik-baik, saja?" tanya Risa setelah Arya menghilang dari pandangannya. 

Nazwa menghela napas dalam, "Hanya sedikit tak enak hati saat tahu, Kak Dika yang menggantikan dokter lamaku. Kamu tahu kan, bagaimana hubungan Mas Arya, dan Kak Dika? Mereka tidak pernah akur, tapi Ayah malah meminta Kak Dika untuk menjadi Dokter pribadiku." 

"Kamu serius? Tapi, kok bisa?" 

Nazwa mengedikkan bahu tanda jika ia pun tak mengerti mengapa sang ayah melakukan hal itu. 

"Lalu, apa yang akan kamu, lakukan?" 

"Seperti biasanya, menjadi putri cantik yang penurut," jawab Nazwa sambil tersenyum. Sebuah senyum yang menyembunyikan kesedihan karena tak kuasa menolak apa yang telah ditetapkan sang ayah atas dirinya. 

***

Malam semakin beranjak naik, Risa pun memutuskan untuk mengantar Nazwa kembali ke kamarnya meskipun ia mendapatkan penolakan dari Nazwa. Namun, hanya dalam hitungan detik, Risa merasa menyesal telah mengantar Nazwa setelah melihat sosok Arya yang tengah berdiri di ambang pintu kamar. 

"Aku kira kalian akan terus mengobrol sampai pagi," goda Arya sembari berjalan ke arah Nazwa lalu membopong tubuh istrinya ke dalam kamar. 

Risa masih di sana bersama mereka, membantu membenahi bantal lalu menyelimuti tubuh Nazwa. 

"Terima kasih, dan maaf. Hari ini kamu dibuat sangat sibuk olehku."

"Tidak apa-apa, Nazwa. Aku bahagia melakukan banyak hal demi kamu. Ya, sudah kamu istirahat aku pulang, ya."

Risa berbalik, dan tak sedikitpun menyapa atau melirik Arya. 

"Risa, tunggu! Malam ini kamu menginap di sini saja. Hari sudah larut aku tidak mungkin membiarkanmu pergi."

"Ta-tapi, Nazwa aku—"

Meski samar, tapi Arya tersenyum mendengar ucapan Nazwa. Imajinasi liar pun terbayang dalam benaknya. 

"Sudahlah, Risa. Turuti saja apa kata, Nazwa. Dia hanya tak ingin sahabatnya terluka," ungkap Arya tanpa menoleh ke arah Risa. 

"Ya, aku takut terjadi sesuatu hal yang buruk kepadamu. Jadi, menginap saja! Besok pagi kamu tidak usah bekerja. Bolehkan, Sayang?"

Arya mengangguk. Dia membungkukkan tubuh lalu mengecup kening Nazwa, "Boleh, jika itu membuatmu bahagia, Sayang."

Tidak ada lagi alasan untuk Risa mengelak. Malam itu untuk pertama kalinya ia satu atap bersama istri sah dari lelaki yang ia kencani. 

"Setelah, Nazwa terlelap aku akan datang ke kamarmu, bersiaplah," bisik Arya saat dia berada tepat di samping Risa. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status