Share

Part 7

Risa tersenyum sangat manis, tapi senyuman itu membuat Dika teramat sangat jijik. Dia terus mengumpat di dalam hati, terus merutuki kebodohannya yang dengan mudah masuk ke dalam drama yang diciptakan oleh Arya, dan Risa. 

"Wah, saya bahagia melihat pemandangan ini. Selamat untuk hubungan kalian," ucap Bramantyo sembari bangkit dari kursi lalu menepuk bahu Dika. 

Dika masih terdiam, dan saat Bramantyo sudah tak ada dalam jarak pandangannya dia langsung menghempaskan tangan Risa dari lengannya. 

"Nazwa, dengarkan saya, mereka telah bermain gila di belakangmu," ucap Dika sambil menggenggam tangan Nazwa. 

Nazwa terkesiap, ia menatap penuh tanya ke arah Arya. Melihat hal itu, Arya bergegas melepaskan genggaman tangan Dika. 

"Setelah menikmati malam panjang bersama, kamu tega fitnah kami? Apa kamu lupa bagaimana aku begitu kesakitan kamu paksa bercinta sepanjang malam?" ucap Risa lirih, bahkan ia pura-pura menangis. 

"Hei, jalang, apa yang kamu ucapkan!" pekik Dika, bahkan dia hampir menampar wajah Risa jika saja Arya tak menahan lengan lelaki itu. 

Nazwa terkesiap, ia tak percaya dengan sikap Dika, matanya berkaca-kaca merasakan sakit hati saat mendengar Dika menyebutkan kata "Jalang" untuk sahabatnya. 

Risa terisak, tapi itu hanya pura-pura. Ia hanya ingin menunjukkan kepada Nazwa jika Dika sejahat itu, dan berharap Nazwa segera mendepak keberadaan Dika secepatnya. 

"Kak Dika, sepertinya aku ingin mencari, Dokter yang lain saja. Aku tidak ingin dirawat oleh seseorang yang tidak menghargai perempuan," ucap Nazwa dengan suara parau. 

"Nazwa, saya mohon kali ini saja dengarkan saya."

Nazwa membuang muka, ia pun meminta Arya untuk membawanya pergi dari sana. 

"Hati-hati di jalan, Sayang," ucap Risa sambil tersenyum, "Dan terima kasih sudah melindungi kami," lanjutnya sambil berbisik, dan tersenyum saat ia melihat reaksi kesal Dika. 

Dika menahan lengan Risa, "Ingat ucapanku baik-baik, suatu hari nanti segala kebusukan kalian akan terbongkar," ancam Dika dengan sorot mata tajam. 

"Silahkan, jika  kamu mampu membongkarnya," kata Risa menimpali. 

Dika mengepal kuat, kini musuhnya tak hanya Arya tapi ada Risa yang bagaikan rubah betina dalam pandangannya. 

"Lihatlah, aku akan membalas semua ini!" batin Dika bergejolak. 

***

Risa termenung seorang diri di rooftop perusahaan. Semenjak kejadian pagi itu, gosip tentang hubungannya bersama Dika mulai menyebar. Tidak sedikit pula orang-orang yang kemudian menggunjing dirinya karena dengan beraninya seorang wanita dari kelas menengah bawah, berpacaran dengan seorang Dokter tampan kelas kakap. 

"Aku jadi penasaran, kira-kira bagaimana reaksi mereka jika tahu dengan siapa sebenarnya aku berhubungan," Risa bersenandika, tapi kemudian bergidik ngeri membayangkan jika suatu hari nanti, identitas dirinya sebagai wanita bayangan Arya akan terbongkar. 

"Hubungan siapa dengan siapa?" 

Risa terkesiap, ia menoleh ke sumber suara. Senyuman pun terlukis di wajah cantiknya. 

"Mas, aku lelah," ucap Risa lirih sambil berlari ke dalam dekapan Arya. 

Arya terdiam. Dia kehilangan kata-kata, semenjak keberadaan ayah mertua serta Dika di rumahnya membuat Arya sedikit kesulitan. Pada awalnya, dia sangat percaya diri jika Dika akan segera didepak dari ruang lingkup keluarga Bramantyo. 

Namun, apa yang diharapkannya tak kunjung terwujud karena Bramantyo terus saja mempertahankan dengan alasan yang tak pernah dia ucapkan kepada siapapun yang bertanya, termasuk  Nazwa. 

"Tahan sebentar lagi, dan aku pastikan setelah Ayah kembali ke Amerika semuanya akan kembali seperti dulu."

"Yakin?" Risa mendongak menatap penuh harap kepada Arya. 

Alih-alih menjawabnya, Arya justru mengecup bibir Risa lama dan penuh cinta. 

"Malam ini, aku akan menyempatkan diri ke tempatmu. Pulanglah lebih awal, dan persiapkan dirimu." 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status