Share

Part 7

Author: Wulans
last update Huling Na-update: 2022-10-11 18:25:25

Risa tersenyum sangat manis, tapi senyuman itu membuat Dika teramat sangat jijik. Dia terus mengumpat di dalam hati, terus merutuki kebodohannya yang dengan mudah masuk ke dalam drama yang diciptakan oleh Arya, dan Risa. 

"Wah, saya bahagia melihat pemandangan ini. Selamat untuk hubungan kalian," ucap Bramantyo sembari bangkit dari kursi lalu menepuk bahu Dika. 

Dika masih terdiam, dan saat Bramantyo sudah tak ada dalam jarak pandangannya dia langsung menghempaskan tangan Risa dari lengannya. 

"Nazwa, dengarkan saya, mereka telah bermain gila di belakangmu," ucap Dika sambil menggenggam tangan Nazwa. 

Nazwa terkesiap, ia menatap penuh tanya ke arah Arya. Melihat hal itu, Arya bergegas melepaskan genggaman tangan Dika. 

"Setelah menikmati malam panjang bersama, kamu tega fitnah kami? Apa kamu lupa bagaimana aku begitu kesakitan kamu paksa bercinta sepanjang malam?" ucap Risa lirih, bahkan ia pura-pura menangis. 

"Hei, jalang, apa yang kamu ucapkan!" pekik Dika, bahkan dia hampir menampar wajah Risa jika saja Arya tak menahan lengan lelaki itu. 

Nazwa terkesiap, ia tak percaya dengan sikap Dika, matanya berkaca-kaca merasakan sakit hati saat mendengar Dika menyebutkan kata "Jalang" untuk sahabatnya. 

Risa terisak, tapi itu hanya pura-pura. Ia hanya ingin menunjukkan kepada Nazwa jika Dika sejahat itu, dan berharap Nazwa segera mendepak keberadaan Dika secepatnya. 

"Kak Dika, sepertinya aku ingin mencari, Dokter yang lain saja. Aku tidak ingin dirawat oleh seseorang yang tidak menghargai perempuan," ucap Nazwa dengan suara parau. 

"Nazwa, saya mohon kali ini saja dengarkan saya."

Nazwa membuang muka, ia pun meminta Arya untuk membawanya pergi dari sana. 

"Hati-hati di jalan, Sayang," ucap Risa sambil tersenyum, "Dan terima kasih sudah melindungi kami," lanjutnya sambil berbisik, dan tersenyum saat ia melihat reaksi kesal Dika. 

Dika menahan lengan Risa, "Ingat ucapanku baik-baik, suatu hari nanti segala kebusukan kalian akan terbongkar," ancam Dika dengan sorot mata tajam. 

"Silahkan, jika  kamu mampu membongkarnya," kata Risa menimpali. 

Dika mengepal kuat, kini musuhnya tak hanya Arya tapi ada Risa yang bagaikan rubah betina dalam pandangannya. 

"Lihatlah, aku akan membalas semua ini!" batin Dika bergejolak. 

***

Risa termenung seorang diri di rooftop perusahaan. Semenjak kejadian pagi itu, gosip tentang hubungannya bersama Dika mulai menyebar. Tidak sedikit pula orang-orang yang kemudian menggunjing dirinya karena dengan beraninya seorang wanita dari kelas menengah bawah, berpacaran dengan seorang Dokter tampan kelas kakap. 

"Aku jadi penasaran, kira-kira bagaimana reaksi mereka jika tahu dengan siapa sebenarnya aku berhubungan," Risa bersenandika, tapi kemudian bergidik ngeri membayangkan jika suatu hari nanti, identitas dirinya sebagai wanita bayangan Arya akan terbongkar. 

"Hubungan siapa dengan siapa?" 

Risa terkesiap, ia menoleh ke sumber suara. Senyuman pun terlukis di wajah cantiknya. 

"Mas, aku lelah," ucap Risa lirih sambil berlari ke dalam dekapan Arya. 

Arya terdiam. Dia kehilangan kata-kata, semenjak keberadaan ayah mertua serta Dika di rumahnya membuat Arya sedikit kesulitan. Pada awalnya, dia sangat percaya diri jika Dika akan segera didepak dari ruang lingkup keluarga Bramantyo. 

Namun, apa yang diharapkannya tak kunjung terwujud karena Bramantyo terus saja mempertahankan dengan alasan yang tak pernah dia ucapkan kepada siapapun yang bertanya, termasuk  Nazwa. 

"Tahan sebentar lagi, dan aku pastikan setelah Ayah kembali ke Amerika semuanya akan kembali seperti dulu."

"Yakin?" Risa mendongak menatap penuh harap kepada Arya. 

Alih-alih menjawabnya, Arya justru mengecup bibir Risa lama dan penuh cinta. 

"Malam ini, aku akan menyempatkan diri ke tempatmu. Pulanglah lebih awal, dan persiapkan dirimu." 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Bukan Istri, Hanya Wanita Kesayangan Pak Boss   Part 54

    Angin yang berembus lembut disertai matahari senja yang menyelinap dari celah pepohonan seakan mengantarkan kepergian Arya. Dari balkon kamar, Risa terus menatap mobil jeep yang membawa Arya menjauh, semakin menjauh hingga hilang dari pandangan. Suasana sepi mulai menyelimuti, hanya suara angin yang bergesekan dengan dedaunan menjadi nyanyian alam yang menemani kesendirian Risa. Ia tampak menghela napas dalam sambil mendudukan diri di sebuah kursi kayu. "Setidaknya, di sini aku bisa bernapas lega. Tidak ada lagi Tuan tua menyebalkan itu!" gerutu Risa. Rupanya, Risa masih merasa kesal dengan Bramantyo. Mungkin lebih tepatnya dendam dengan perlakuan menyebalkan lelaki itu terhadap dirinya. "Lihat saja, aku akan membuatmu malu, Bramantyo!" pekik Risa mencurahkan segala kekesalan di dalam hatinya tanpa khawatir ada seorang pun yang mendengarnya. Matahari semakin beranjak ke barat, angin pun berembus lebih kencang. Risa memeluk tubuhnya sendiri karena dingin yang seketika menyergapnya

  • Bukan Istri, Hanya Wanita Kesayangan Pak Boss   Part 53

    Tempat yang terasa asing bagi Risa. Tidak ada lagi keramaian, mall, salon, restoran dan tempat-tempat yang biasa Risa datangi jika tengah dilanda rasa bosan. Kini hanya pepohonan menjulang yang menjadi teman setianya. "Ini ponsel baru, meskipun jauh dari keramaian aku dapat menjamin kamu masih bisa berselancar di dunia maya. Tapi ingat, gunakan akun palsu," ungkap Arya saat dia hendak kembali ke kota dan menyerahkan ponsel baru untuk sang kekasih. "Lalu, kapan kamu akan berkunjung kembali? Aku takut lama-lama diam seorang diri di sini." Risa menatap sekeliling lalu bergidik ngeri. "Aku takut setan, Mas," sambungnya sembari memeluk tubuh Arya. Melihat kekasih hatinya seperti itu, Arya terbahak. Risa seperti anak kecil dan dia begitu gemas terhadapnya. "Kok malah ketawa sih?" Ia mencebik dengan tangan yang dilipat di depan dada. Bibir tipis yang mengerucut dengan pipi sedikit menggembung membuat Arya tak tahan untuk tidak mencubit pipi sehalus sutra tersebut. "Aw, Sayang ih. Saki

  • Bukan Istri, Hanya Wanita Kesayangan Pak Boss   Part 52

    "Kepalaku pusing sekali," lirih Risa ketika, ia mulai tersadar. Tubuhnya lemas dengan kepala yang terasa pusing sekali. Beberapa kali ia pun mengerjap saat cahaya langsung menerpa wajahnya. "Apa kamu baik-baik, saja?"Beberapa saat ia tertegun, berusaha mengingat suara yang terasa sangat familiar untuknya. "Maafkan aku," ungkapnya lagi sambil mengecup kening Risa lembut. "Mas, Arya?"Arya tersenyum, senyuman laksana sinar matahari pagi yang sangat menenangkan. "Kamu jahat, Mas!" pekiknya, sembari memukul dada bidang Arya. Dalam sekali gerakan, Arya menarik tubuh lemas Risa ke dalam dekapannya. Tangisan Risa semakin menjadi dan tersedu-sedu. "Aku janji tidak akan menyakitimu lagi."***Risa yang belum mampu berjalan, dibopong Arya ke kamar mandi. Dengan sangat telaten, dia melepaskan satu persatu kain yang menempel pada tubuh perempuan itu. Risa tersipu mendapatkan perlakuan seperti itu dari Arya. "Apa wajahku sangat menarik? Sehingga kamu terus menatapku, tanpa berkedip?" Ri

  • Bukan Istri, Hanya Wanita Kesayangan Pak Boss   Part 51

    "Setelah ini apa aku harus tetap menunggu?" tanya Risa dengan suara parau. Arya membeku, dengan pikiran yang entah berjelajah ke mana. Hati lelaki itu bimbang, disaat seperti itu jelas dia harus mementingkan Nazwa agar hidupnya selamat. "Bagaimana jika satu bulan kamu bertahan menjadi seorang pelayan?" pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulutnya, dan selang beberapa detik Arya menyesal telah bertanya seperti itu. Gerimis di dalam hati Risa kini menjelma laksana badai. Hatinya luluh lantak mendengar ucapan Arya yang terasa begitu menyakitkan. "Aku tahu kamu pasti akan seperti ini!" ungkap Risa, sambil menghentakkan kaki lalu pergi meninggalkan Arya yang tengah diselimuti perasaan menyesal. Langkah Risa lunglai, energi yang biasanya meluap-luap dalam dirinya kini lenyap begitu saja. Harapan yang sempat ia tanam, tercerabut hanya karena satu ungkapan dari mulut Arya. "Baiklah, sudah saatnya aku menyerah," lirih Risa, sambil terus berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Meng

  • Bukan Istri, Hanya Wanita Kesayangan Pak Boss   Part 50

    "Tuan, Nona Nazwa pingsan!" pekik Mae. Bramantyo bergeming untuk sesaat, dia berbalik lalu berlari menghampiri sang putri. Dia memeluknya erat seraya terus menyebut nama Nazwa. "Siapkan mobil!" teriak Arya. Dalam hitungan detik semua orang dibuat panik dengan kondisi Nazwa yang tiba-tiba kehilangan kesadaran. Begitupun Risa, meskipun tak ada lagi rasa persahabatan di dalam hatinya, tetap saja ia bersikap seolah-olah dirinya yang paling peduli. "Ini semua salahku. Maafkan aku, Nazwa," lirih Risa sambil berlari mengikuti Arya yang membopong tubuh Nazwa. Air mata Risa terus berlinang, air mata palsu yang hanya ingin mendapatkan simpati dari seorang Bramantyo. "Kamu tidak perlu ikut!" Hadang Bramantyo saat Risa hendak masuk ke mobil. "Saat, Nazwa sadar dia pasti akan mencari, Risa. Ayah, aku mohon biarkan dia ikut," sahut Arya dengan posisi kepala menyembul keluar pintu mobil. Bramantyo bergeming, dia seakan menimbang apa yang diucapkan oleh menantunya itu. "Ayah! Nazwa harus seg

  • Bukan Istri, Hanya Wanita Kesayangan Pak Boss   Part 49

    "Bukankah sudah saya katakan jika mulai pagi ini kamu harus segera pindah ke kamar pelayan?"Risa menunduk, kedua tangannya saling meremas. "Lalu kenapa jam sepuluh kamu masih berada di sini?!" sambungnya tegas. Suara Bramantyo menggelegar bagaikan gemuruh di tengah-tengah badai. "Maaf, Tuan. Semalam saya tidak bisa tidur," balas Risa dengan suara lirih. Bramantyo berjalan mendekati tumpukan baju yang belum sempat Risa kemas semua. Dahinya lelaki itu berkerut melihat barang-barang mewah yang dimiliki Risa. "Apa kamu seorang simpanan?" tanya Bramantyo tiba-tiba. Risa bagaikan terpaku tepat ke dasar bumi. Petir seakan menyambar dirinya mendengar pertanyaan dari Bramantyo. "Ma-maksud, Tuan apa?""Dari mana kamu mampu membeli baju-baju mewah ini?" Bramantyo meraih satu baju, lalu melemparkan tepat pada wajah Risa. "Setahuku satu helai baju ini setara dengan upahmu bekerja sebagai asisten di kantor. Lalu, bagaimana kamu bisa membeli barang ini?"Tidak ada jawaban yang terlontar dari

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status