Share

06. Ngidam 2

Sinar matahari telah mengintip dari celah-celah awan. Burung-burung berkicau ria menyambut hari yang cerah. Sedari subuh Maura sudah membersihkan paviliun tempatnya tinggal.

Beberapa pelayan yang baik masih mau menyapanya, tetapi ada juga yang enggan menyapanya karena tidak menyukai Maura. Memang rumah Mahen itu besar. Bahkan saking besarnya rumah itu tidak patut disebut rumah.

Mungkin Mansion yang lebih tepat. Beruntungnya Maura tinggal di paviliun, karena jika ia tinggal di mansion depan. Bisa pingsan jika ia harus membersihkan rumah sebesar itu.

Lain halnya dengan Maura, Mahen kini tengah membuat bingung semua orang di kediaman utama. Bagaimana tidak bingung. Sedari subuh ia meminta rujak dan es kacang merah khas Palembang.

"Saya mau rujak sama es kacang merah. Pokoknya saya tidak mau makan kalau belum ada itu!" rajuk Mahen seperti anak kecil.

Bi Murni dan Pak Rus saling pandang karena tak tahu harus mencarinya ke mana. Kalau soal rujak, ia bisa membuatnya. Hanya saja, kalau di makan sebelum sarapan akan membuat perut sakit. 

"Tuan kalau saya buatkan salad saja bagaimana?" tawar Dini.

Mahen langsung menatap Dini tajam. "Saya maunya rujak sama es kacang merah. Apa kamu tuli, Din?"

Dini langsung terpaku di tempatnya. Tubuhnya bergetar karena seumur-umur baru kali ini ia dimarahi seperti ini.

"Ada apa ini?" Suara halus itu memecah kecanggungan yang tercipta. Dara menatap anaknya heran. Sementara yang ditatap hanya menunjukan senyum tanpa dosanya.

"Ini Nya, Aden pengen rujak sama es kacang merah," sahut Bu Murni cepat.

"Hah? Apa kamu tidak salah Hen? Ini masih pagi ngomong-ngomong," pungkas Dara cepat sambil menggelengkan kepalanya.

"Tapi Ma, aku lagi pengin banget," jawab Mahen sekenanya.

"Apa Mauren sedang hamil? Kamu kok kaya orang ngidam?" tebak Dara.

Karena Dara tahu bagaimana cara berpacaran Mahen dan Mauren. Akhirnya daripada zina, mereka menikahkan Mahen dan Mauren secara siri di belakang Maura.

Namun hanya keluarga besar mereka yang tahu kecuali Maura. Dara sendiri tak bisa melakukan apa-apa ketika Mahen memohon padanya untuk menikahi Mauren.

Nyatanya hubungan mereka sudah lama dan sudah terlalu jauh. Nikah siri satu-satunya yang bisa menyelamatkan mereka dari zina. Walaupun itu harus di belakang Maura.

Walau ia merestui Mahen dan Mauren menikah. Ia tetap bertanya-tanya dalam hati. Mengapa penghulu itu mengizinkan Mahen menikahi Mauren yang notabenenya adik kembar Maura.

Sedang dalam agamanya, dilarang menikahi kakak beradik kandung. Kecuali salah satunya meninggal. Dan Maura belum meninggal. Kecuali kalau kecurigaanya selama ini benar. Salah satu dari mereka bukan anak kandung Sagara. Tetapi siapa, Maura atau Mauren?

"Loh, apa hubungannya sama Mauren? Jangan ngaco deh Ma." elak Mahen tak terima.

"Lah kemarin apa buktinya? Habis Mauren datang, semua kerjaan kamu ambyar!" ejek Dara.

"Abis, Mauren hot banget Ma mainnya," jujur Mahen.

Para pelayan yang mendengarnya hanya bisa menunduk malu. Sementara Dara tersenyum kecil mendengar pengakuan anaknya sambil menggelengkan kepala. Anak-anak jaman sekarang memang berbeda.

Makanya terkadang ada istilah 'turun ranjang' dan 'naik ranjang'. Karena pasangan sudah meninggal, tetapi mereka menikahi adik atau kakak dari pasangan.

"Oh, jadi gara-gara itu kamu batalin semua jadwal meeting kemarin?" goda Dara.

Mahen hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Mengapa ia keceplosan? Sial!

"Nanti kita bicara ya. Sekarang mama buatin rujak sama es kacang merah dulu," kata Dara bijak.

Wanita anggun itu menarik Bi Murni agar membantunya. Bi Murni sendiri segera menyiapkan beberapa buah segar untuk dijadikan rujak. Ia juga menyiapkan kacang merah untuk di rebus.

"Bi, sejak kapan Mahen begitu?" tanya Dara penasaran.

"Dari semalam Nya."

"Minta apa dia semalam?"

"Sate kambing sama jus wortel campur seledri."

Pisau yang sedang dipegang oleh Dara terlepas begitu saja. "Sate kambing?"

"Iya Nya, semalam jam sebelasan Aden minta sate kambing sama jus wortel. Pak Rus yang beliin," papar Bi Murni jujur.

Dara terdiam, apa ini ada hubungannya dengan kehamilan Maura? atau Mauren yang sedang hamil? Padahal Mahen sangat membenci kambing atau segala sesuatu yang berbau kambing'. "Bi, dia ke mana? Nggak kelihatan."

Wajah Bi Murni sedikit pucat mendengar pertanyaan dari majikannya. "Itu-anu Nya, Non Maura lagi di belakang."

"Di belakang? Ngapain?"

"Jalan-jalan pagi Nya. Biar bayinya cepet masuk panggul."

Dara mengangguk mengerti. Lalu kembali melanjutkan kegiatannya membuat Rujak dan es kacang merah untuk putranya. Ia menggelengkan kepalanya heran dengan Mahen yang membuat semua penghuni rumah kerepotan.

Sementara itu, Bu Murni mendesah lega karena Dara tak curiga. Walaupun Dara membenci cara Maura mendapatkan Mahen, tetapi Dara tetap tak mengizinkan Mahen berbuat kasar pada Maura.

Jika Dara tahu apa yang dilakukan Mahen pada Maura. Maka dijamin akan terjadi perang dunia ketiga.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status