Share

05. Ngidam

Mahen memasuki kamarnya dengan hati yang mengganjal. Walaupun begitu, ia menepis semua perasaan itu. Ia segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah selesai, ia bergegas ke ruang kerja untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang belum selesai. Beberapa menit berkutat dengan berkas-berkasnya, tiba-tiba ia kepikiran sate kambing dan jus wortel campur dengan seledri.

Mahen menepis keinginannya itu. Berkali-kali ia meneguk ludahnya karena kepikiran dengan kedua makanan itu. Tetapi semakin ia menepis, semakin ia ingin memakan makanan itu.

Lelaki tampan itu bangkit menuju dapur. Mencari makanan lain agar bisa menghilangkan keinginannya yang tiba-tiba.

"Loh, Aden!"

"Astaga!" Mahen sedikit tersentak karena suara orang yang memanggilnya. Sambil mengelus dadanya pelan. "Bi, aku kaget Bi."

"Lah Aden ngapain malem-malem kayak maling begitu? Mana gelap." Bi Murni segera menyalakan lampu dapur.

Mahen sendiri mendengus kecil karena dikatai seperti maling. Memangnya ada maling tampan seperti dirinya?

"Aden cari apa?" tanya Bi Murni.

"Tiba-tiba aku kepengin sate kambing sama Just Wortel pake seledri. Aku mau bikin jus wortel Bi," kata Mahen sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Jangan lupakan wajah konyolnya yang seperti tak punya dosa.

Bi Murni terkekeh kecil. "Aden ngidam ya? Jangan-jangan Nyonya lagi kepengen sate." Wanita itu melangkah mencari wortel dan seledri dari kulas. Lalu segera membuat jus yang diinginkan oleh Tuannya.

Walau ia bertanya-tanya mengapa majikannya ini menginginkan sate kambing. Padahal Mahen benci dengan kambing. Mahen sendiri asik memperhatikan pengasuhnya sejak kecil itu yang sedang membuat jus.

"Kalau satenya gimana? Mau Bibi bangunin Pak Rus buat beli?" tawar wanita paruh baya itu.

Mahen meneguk ludahnya membayangkan kenikmatan sate kambing yang penuh dengan rasa. Ia tidak enak bila merepotkan.

Tetapi bayangan sate dengan bumbu yang menggoda terlintas di benaknya. membayangkannya saja sudah membuat salivanya berkumpul di mulut.

"Boleh deh Bi," jawabnya malu-malu.

Bi Murni segera menghidangkan jus wortel yang Mahen mau. Sengaja ia menyisakan sedikit untuk Maura. Setelahnya ia segera membangunkan suaminya untuk membeli sate sesuai keinginan tuannya.

"Gimana? Enak Den?" tanya Bi Murni pada Mahen. Mahen mengangguk kecil.

"Wah, akhirnya Aden ngerasain ngidam juga. Jadi ternyata yang ngidam itu Aden bukan Nyonya," ujar Bi Murni antusias.

"Memang bisa begitu Bi?"

"Bisa, wong dulu Tuan Andra juga yang ngidam. Nyonya Dara malah baik-baik saja." Andra adalah ayah dari Mahen. "Lah sekarang Aden yang ngidam. Nyonya malah nggak pernah ngidam sama sekali," cerocos Bi Murni panjang lebar.

"Loh, dia nggak pernah ngidam?" tanya Mahen heran sekaligus penasaran. 

"Nggak pernah Den. Pernah sekali waktu itu, nyonya pesen lewat online."

Mahen mengangguk-angguk kecil tanda ia mengerti. Selebihnya ia hanya mendengarkan cerita mengenai Maura dengan terpaksa. Sampai suara Pak Rus menghentikan ocehan tentang Maura.

"Loh, lagi ngomongin Nyonya Maura toh." Pak Rus meletakkan tiga plastik sate di meja makan. Dengan segera Bi Murni bangkit untuk mengambil piring.

Pak Rus menunjukan bungkusan yang berisi sate kambing dan Bi Murni menghidangkan sate kambing itu untuk Mahen. "Aden mau pake nasi?" tanya Bi Murni.

Mahen menggeleng sambil memakan satenya.

"Ini maksudnya gimana Pak?" tanya Bi Murni pada suaminya menunjuk dua bungkusan sate yang masih utuh.

"Ini sate ayam buat Non Maura. Kali aja dia juga lagi pengen sate tapi nggak ada yang beliin. Satu lagi buat kamu." Pak Rus menjawil hidung kecil istrinya hingga Bi Murni jadi malu.

"Ish, malu toh Pak sama Aden," seru Bu Murni malu.

Pak Rus malah terkekeh kecil sambil meminta maaf pada Mahen. Lalu pamit kembali ke kamar. Sementara Bi Murni pamit memberikan sate dan jus wortel untuk Maura.

Sepeninggal Bi Murni, Mahen kepikiran perkataan Pak Rus. Mungkinkah Maura ngidam namun tak ada yang membelikan? Berapa usia kandungannya? Mengapa masih mengalami ngidam?

Apa benar yang dia alami sekarang adalah ngidam? Atau mungkin ia mengidam karena Mauren hamil? Ah terserah, yang penting keinginannya sudah terpenuhi.

Mahen melanjutkan makannya tanpa terganggu. Sekali lagi ia menepiskan rasa ingin tahunya tentang Maura. Mengabaikan rasa penasarannya soal istrinya itu.

Di sisi lain Maura kini tengah asik memakan sate ayam dan di sampingnya ada Jus wortel. Entah kenapa tadi ia menginginkan sate dan tiba-tiba Bi Murni membawakan sate untuknya. Bukankah ini sebuah kebetulan? 

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status