Share

16. Panggilan Khusus

Author: Dinis Selmara
last update Last Updated: 2025-09-25 16:58:20
“Maksudnya bagaimana ya, Dok? Saat ini saya sedang bertugas di stase bedah dan disupervisi langsung oleh dr. Abra,” jawab Serayu hati-hati.

Untuk beberapa saat, Aileen terdiam. Bibirnya kemudian melengkung, tersenyum dipaksakan. “Saya hanya bertanya, tidak lebih. Soalnya semalam saya seperti melihat kamu bersama dr. Abra… tapi sepertinya bukan, ya?” kekehnya ringan. “Kamu sedang apa di sini?”

“Saya menunggu rekan saya. Kami janjian membahas presentasi dan….”

“Twin, lama menunggu?” potong suara Sedanu sambil duduk di samping Serayu, memberi senyum tipis lalu menoleh pada Aileen.

“Oh, jadi ini rekan yang kamu maksud?” ujar Aileen menggoda, sorot matanya menelisik.

Cepat-cepat Serayu menggeleng. “Bukan, Dok. Saya memang menunggu rekan saya dan dokter Sedanu ini yang akan membantu kami.”

Serayu menoleh ke segala arah, lalu menunjuk seorang wanita yang baru saja melambaikan tangan sambil berjalan ke arahnya. “Itu dia, rekan saya.”

Mengetahui jam polinya segera dimulai, Aileen akhirnya undur
Dinis Selmara

Cieee Neng Rayu uhuk!

| 16
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (20)
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Kirain Abra udah mulai membolehkan Serayu bobok di kamarnya terus, ternyata enggak, kecewa pembaca
goodnovel comment avatar
Adelia Chubby2499
curiga Abra melihat kedekatan sedanu dan juga Serayu di rumah sakit Iya kali ya makanya sikap dia berubah banget sampai nggak pulang bareng sama istri temenan amat nggak ngajak istrinya pulang bareng cemburu cie cemburu ngomong dong Kalau cemburu jangan diem-diem aja Mas Abra
goodnovel comment avatar
Adelia Chubby2499
Iya deh si paling pengertian dan juga khawatir sama istrinya tapi dikalahkan sama gengsinya Terserah kamu mau manggil Serayu itu dengan panggilan apa Mau dipanggil Hani Bani sweety pun it's oke kamu bebas melakukan itu dokter Abra yang terhormat si paling kaku dan juga dingin
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • (Bukan) Istri Kontrak Dokter Arogan   55. Istri Dokter Abra

    Serayu memilih tidak menjawab. Tidak ada gunanya juga ‘kan? Mau apa memangnya tanya-tanya. Sesuatu yang dipaksakan tidak akan pernah berakhir baik. Lagipula, toh, mereka akan segera berpisah.“Rayu,” panggil Abra.“Kembali saja pada rencana awal Mas … berpisah,” ucap Serayu akhirnya. Namun pelukan Abra justru mengerat, seolah menolak setiap kata yang baru saja diucapkannya.Pagi harinya, ketika Serayu membuka mata, Abra sudah tidak ada di sisinya. Hangatnya malam tadi terasa seperti mimpi. Ada setitik kecewa yang sempat menelusup di hatinya karena Abra tidak ada saat ia membuka mata, tapi cepat ia tepis.Pandangan Serayu jatuh pada meja makan kecil di dapur mungilnya. Di atasnya tersaji sarapan, wadah berisi obat, dan segelas air yang sudah disiapkan.Di sampingnya, selembar kertas kecil bertuliskan ucapan selamat pagi. Abra pamit untuk bekerja. Lelaki itu menulis pesan agar Serayu menghabiskan sarapannya dan kembali beristirahat. Membaca itu, Serayu memeriksa dirinya sendiri—tubuhnya

  • (Bukan) Istri Kontrak Dokter Arogan   54. Tidak Akan Pergi

    Abra tidak menyukai sikap Serayu yang tiba-tiba pergi hanya karena menerima telepon—entah dari siapa. Dirinya saja berulang kali mencoba menghubungi sejak kemarin, tapi tak digubris.Begitu ia mendekat, suara Sedanu terdengar. Seketika rahang Abra menegang. Tanpa berpikir panjang, Abra memeluk Serayu dari belakang. Niatnya hanya ingin menghentikan percakapan itu, tapi seketika ia terpaku. Aroma tubuh Serayu yang lembut, yang kemarin hanya ia hirup dari yang tersisa samar di kamarnya, kini ia mencium aroma tubuh itu dengan rakus.Serayu buru-buru menenangkan keresahan Sedanu, mengatakan kalau kondisinya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Ia baru saja akan menutup percakapan, tapi belum sempat, Abra tiba-tiba mengambil alih ponselnya dan memutus sambungan itu–membaca nama yang tertera di layar—memastikan.“Sejak kapan kamu memanggil residen itu ‘Mas’?” suaranya datar, tapi tajam.“Memangnya penting, ya?” sahut Serayu kesal, merebut kembali ponselnya dari tangan Abra.“Panggil saja di

  • (Bukan) Istri Kontrak Dokter Arogan   53. Bertemu Kembali

    Gelisah kian membuncah, Abra akhirnya meminta seseorang untuk melacak keberadaan sang istri. Namun ponsel Serayu selalu dalam keadaan mati, membuat pelacakan menjadi sulit. Hingga akhirnya, angin segar datang saat orang suruhannya memberi kabar terbaru tentang lokasi Serayu. Abra yang saat itu berada di ujung desa terpencil, tak mengenal lelah. Ia langsung mengemudi kembali menuju kota. Pertemuan Abra dengan kedua mertuanya memang singkat, namun meninggalkan jejak hangat di hatinya. Berbagai pesan dan nasihat ia kantongi—termasuk harapan pasangan itu agar Abra menjaga dan memperhatikan anak semata wayang mereka. Kedua orang tua itu tak tahu saja kalau hubungan putri mereka dan sang menantu sebenarnya sedang berada di ujung tanduk. Dan kini, di sinilah ia berdiri—di hadapan Serayu yang tampak pucat dan kelelahan. “Mas Abra?” lirih Serayu, melangkah mundur spontan saat Abra masuk ke dalam kamar. Tak sempat memperhitungkan jaraknya, tubuh Serayu tersentak saat punggungnya membentur

  • (Bukan) Istri Kontrak Dokter Arogan   52. Berteman Sepi #2

    Hari ini, Serayu masih belum juga terlihat batang hidungnya. Kabar bahwa wanita itu sedang sakit membuat Abra kelimpungan.Entah apa yang mendorong Abra, hingga ia datang ke kampung terpencil ini. Ia masih betah duduk di dalam mobil, menatap bangunan kecil di hadapannya. Jujur saja, ia merasa serba salah untuk turun. Bagaimana jika sang istri tak ingin menemuinya? Atau bahkan, jika Serayu memang tidak ada di sini?Segala kemungkinan sudah ia pikirkan. Abra tersentak ketika melihat seorang lelaki paruh baya keluar dari rumah, memasukkan barang-barang ke dalam mobil tuanya. Ia pun akhirnya turun dari mobilnya.Melihat Abra berjalan mendekat, lelaki itu mengerutkan kening, sempat melirik sekeliling sebelum bersuara, “Dokter Abra?”Dengan raut wajah yang berusaha terlihat senatural mungkin, Abra tersenyum lalu menyalami lelaki di hadapannya.“Dokter datang sendiri? Serayu?”Pertanyaan itu saja sudah cukup menjawab gundah di hati Abra yang semakin tak karuan. Kini ia menyesal datang ke sini

  • (Bukan) Istri Kontrak Dokter Arogan   51. Berteman Sepi #1

    Pagi itu Abra langsung berangkat ke rumah sakit, tetapi ia tidak menemukan Serayu. Hingga jam poli berakhir, wanita itu tak juga terlihat. Ponselnya pun tak bisa dihubungi. Beberapa rekan Serayu juga sempat mencarinya, sampai akhirnya menjelang siang, Serayu baru menghubungi salah seorang rekan kerja. Ia mengaku seluruh tubuhnya sakit dan demam tinggi. Serayu meminta izin untuk beristirahat di kos.“Kesian banget tuh anak,” ujar salah satu rekannya.“Dia kecapekan. Kapan hari lanjut jaga dua hari, gila, mana full day. Kita kan hectic seharian. Serayu… Serayu…” sahut rekan lain.Kedua wanita itu tersentak saat langkah salah satu dari mereka tertahan karena ujung lengan seragamnya ditarik seseorang dari belakang. Mereka kompak menoleh, mendapati Abra berdiri dengan wajah datar.“Ke mana Serayu?” tanyanya datar, ia sempat mendengar penggalan cerita keduanyanya—membuat dua wanita itu saling pandang, panik.“Se—Serayu sakit, Dok. Barusan telepon, izin nggak masuk hari ini,” jawab salah satu

  • (Bukan) Istri Kontrak Dokter Arogan   50. Ruang Tenang

    Mendengar kalimat Serayu, entah mengapa hati Abra terasa tercubit. Ia berbalik menatap punggung Serayu yang mantap melangkah keluar dari ruangannya tanpa sedikit pun menoleh.Begitu tiba di luar, Serayu menekan dadanya. Ada rasa sesak yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Meski hubungan mereka singkat, Abra selalu memperlakukannya dengan baik. Namun, kini ia sadar—semua itu tidak lepas dari sebuah kepentingan.Serayu cepat mengusap pipinya, menghapus jejak air mata yang sempat jatuh, lalu melanjutkan langkahnya menyusuri lorong menuju IGD. Dari kejauhan, ia melihat seorang lelaki berdiri sambil merentangkan tangan seolah hendak memeluknya.“Rugi sekali nggak mau dipeluk,” goda Sedanu saat Serayu hanya berdiri di hadapannya. “Are you okay?” tanyanya, kali ini dengan nada khawatir melihat mata Serayu yang sembap. Serayu hanya mengangguk. “Kamu sudah lihat fotonya? Mau lihat dulu sebelum pulang?” tanya Sedanu sambil menyamakan langkah.“Saya mau ambil yang itu saja, Dok. Sekarang,” jaw

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status