Share

15. Pelukan Hangat

Author: Dinis Selmara
last update Last Updated: 2025-09-24 23:09:49
Begitu masuk ke dalam apartemen, Serayu langsung disambut tatapan sinis Vera yang menelusuri dirinya dari ujung kepala hingga kaki. Serayu berusaha mendekat, tetapi adik iparnya justru menjauh.

“Stop, jaga jarak. Alergi sama benalu kayak lo,” sindir Vera dingin.

Serayu hanya mengembuskan napas dalam dan memilih berjalan menuju ruang makan. Ia meletakkan kotak dessert di atas meja.

“Ada dessert, nih. Satu untuk kamu,” ucapnya sambil menata hidangan itu.

“Ogah! Mana gue tahu kalau lo kasih racun,” balas Vera singkat sebelum berlalu ke kamar.

Serayu hanya menggeleng kecil. Saat berbalik, matanya langsung menangkap pemandangan sink penuh cucian piring kotor dan sisa makanan pesan yang berserakan. Ia memejamkan mata sejenak, menahan diri, lalu memilih merapikan dapur sebelum ke kamarnya.

Tengah mencuci, tangannya tak sengaja mengenai pecahan gelas yang ditaruh asal di dalam sink hingga menggores kulitnya. Darah pun keluar. Serayu cepat-cepat meredam alirannya, membersihkan, lalu
Dinis Selmara

Ada apa dokter Aileen? Kepo deh ~_~

| 13
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (26)
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Terimakasih ya vera, berkat kamu menginap di apartemen Abra, Abra dan Serayu jadi bobok bareng terus. Awalnya pelukan nanti lama-lama juga begituan
goodnovel comment avatar
Adelia Chubby2499
Cie yang merasa nyaman dalam pelukan sang suami kontrak kiw kiw nggak papa kali nggak usah ketakutan atau panik begitu namanya suami sah-sah aja dong dipeluk udah Sah ini. BTW Kenapa lu jadi kepo banget nanyain seberapa dekatnya Abra sama Serayu cemburu cemburu sendiri gitu maksudnya
goodnovel comment avatar
Adelia Chubby2499
Vera Vera Bukannya kamu ya yang jadi benalu di rumahnya Abra. kamu tuh perempuan loh nggak usah seenaknya buang pecahan gelas sembarangan. sumpah ya kalau aku jadi Serayu itu pecahan gelas udah gue goressin ke mukanya si Vera
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • (Bukan) Istri Kontrak Dokter Arogan   54. Tidak Akan Pergi

    Abra tidak menyukai sikap Serayu yang tiba-tiba pergi hanya karena menerima telepon—entah dari siapa. Dirinya saja berulang kali mencoba menghubungi sejak kemarin, tapi tak digubris.Begitu ia mendekat, suara Sedanu terdengar. Seketika rahang Abra menegang. Tanpa berpikir panjang, Abra memeluk Serayu dari belakang. Niatnya hanya ingin menghentikan percakapan itu, tapi seketika ia terpaku. Aroma tubuh Serayu yang lembut, yang kemarin hanya ia hirup dari yang tersisa samar di kamarnya, kini ia mencium aroma tubuh itu dengan rakus.Serayu buru-buru menenangkan keresahan Sedanu, mengatakan kalau kondisinya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Ia baru saja akan menutup percakapan, tapi belum sempat, Abra tiba-tiba mengambil alih ponselnya dan memutus sambungan itu–membaca nama yang tertera di layar—memastikan.“Sejak kapan kamu memanggil residen itu ‘Mas’?” suaranya datar, tapi tajam.“Memangnya penting, ya?” sahut Serayu kesal, merebut kembali ponselnya dari tangan Abra.“Panggil saja d

  • (Bukan) Istri Kontrak Dokter Arogan   53. Bertemu Kembali

    Gelisah kian membuncah, Abra akhirnya meminta seseorang untuk melacak keberadaan sang istri. Namun ponsel Serayu selalu dalam keadaan mati, membuat pelacakan menjadi sulit. Hingga akhirnya, angin segar datang saat orang suruhannya memberi kabar terbaru tentang lokasi Serayu. Abra yang saat itu berada di ujung desa terpencil, tak mengenal lelah. Ia langsung mengemudi kembali menuju kota. Pertemuan Abra dengan kedua mertuanya memang singkat, namun meninggalkan jejak hangat di hatinya. Berbagai pesan dan nasihat ia kantongi—termasuk harapan pasangan itu agar Abra menjaga dan memperhatikan anak semata wayang mereka. Kedua orang tua itu tak tahu saja kalau hubungan putri mereka dan sang menantu sebenarnya sedang berada di ujung tanduk. Dan kini, di sinilah ia berdiri—di hadapan Serayu yang tampak pucat dan kelelahan. “Mas Abra?” lirih Serayu, melangkah mundur spontan saat Abra masuk ke dalam kamar. Tak sempat memperhitungkan jaraknya, tubuh Serayu tersentak saat punggungnya membentur

  • (Bukan) Istri Kontrak Dokter Arogan   52. Berteman Sepi #2

    Hari ini, Serayu masih belum juga terlihat batang hidungnya. Kabar bahwa wanita itu sedang sakit membuat Abra kelimpungan.Entah apa yang mendorong Abra, hingga ia datang ke kampung terpencil ini. Ia masih betah duduk di dalam mobil, menatap bangunan kecil di hadapannya. Jujur saja, ia merasa serba salah untuk turun. Bagaimana jika sang istri tak ingin menemuinya? Atau bahkan, jika Serayu memang tidak ada di sini?Segala kemungkinan sudah ia pikirkan. Abra tersentak ketika melihat seorang lelaki paruh baya keluar dari rumah, memasukkan barang-barang ke dalam mobil tuanya. Ia pun akhirnya turun dari mobilnya.Melihat Abra berjalan mendekat, lelaki itu mengerutkan kening, sempat melirik sekeliling sebelum bersuara, “Dokter Abra?”Dengan raut wajah yang berusaha terlihat senatural mungkin, Abra tersenyum lalu menyalami lelaki di hadapannya.“Dokter datang sendiri? Serayu?”Pertanyaan itu saja sudah cukup menjawab gundah di hati Abra yang semakin tak karuan. Kini ia menyesal datang ke sini

  • (Bukan) Istri Kontrak Dokter Arogan   51. Berteman Sepi #1

    Pagi itu Abra langsung berangkat ke rumah sakit, tetapi ia tidak menemukan Serayu. Hingga jam poli berakhir, wanita itu tak juga terlihat. Ponselnya pun tak bisa dihubungi. Beberapa rekan Serayu juga sempat mencarinya, sampai akhirnya menjelang siang, Serayu baru menghubungi salah seorang rekan kerja. Ia mengaku seluruh tubuhnya sakit dan demam tinggi. Serayu meminta izin untuk beristirahat di kos.“Kesian banget tuh anak,” ujar salah satu rekannya.“Dia kecapekan. Kapan hari lanjut jaga dua hari, gila, mana full day. Kita kan hectic seharian. Serayu… Serayu…” sahut rekan lain.Kedua wanita itu tersentak saat langkah salah satu dari mereka tertahan karena ujung lengan seragamnya ditarik seseorang dari belakang. Mereka kompak menoleh, mendapati Abra berdiri dengan wajah datar.“Ke mana Serayu?” tanyanya datar, ia sempat mendengar penggalan cerita keduanyanya—membuat dua wanita itu saling pandang, panik.“Se—Serayu sakit, Dok. Barusan telepon, izin nggak masuk hari ini,” jawab salah satu

  • (Bukan) Istri Kontrak Dokter Arogan   50. Ruang Tenang

    Mendengar kalimat Serayu, entah mengapa hati Abra terasa tercubit. Ia berbalik menatap punggung Serayu yang mantap melangkah keluar dari ruangannya tanpa sedikit pun menoleh.Begitu tiba di luar, Serayu menekan dadanya. Ada rasa sesak yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Meski hubungan mereka singkat, Abra selalu memperlakukannya dengan baik. Namun, kini ia sadar—semua itu tidak lepas dari sebuah kepentingan.Serayu cepat mengusap pipinya, menghapus jejak air mata yang sempat jatuh, lalu melanjutkan langkahnya menyusuri lorong menuju IGD. Dari kejauhan, ia melihat seorang lelaki berdiri sambil merentangkan tangan seolah hendak memeluknya.“Rugi sekali nggak mau dipeluk,” goda Sedanu saat Serayu hanya berdiri di hadapannya. “Are you okay?” tanyanya, kali ini dengan nada khawatir melihat mata Serayu yang sembap. Serayu hanya mengangguk. “Kamu sudah lihat fotonya? Mau lihat dulu sebelum pulang?” tanya Sedanu sambil menyamakan langkah.“Saya mau ambil yang itu saja, Dok. Sekarang,” jaw

  • (Bukan) Istri Kontrak Dokter Arogan   49. Tidak Cinta

    Sejak kembali tidur bersama malam itu. Kini giliran Abra yang menghindar dari Serayu. Lelaki itu menyibukkan diri seolah tak pernah kehabisan pekerjaan dari hari ke hari. Siang itu, Serayu melihat Abra keluar dari ruang operasi. Belum sempat ia menyapanya, Aileen sudah lebih dulu berlari mendekat, membawa rantang berisi makanan–memamerkannya. “Bagaimana operasinya lancar?” tanya Aileen berusaha menyamakan langkah Abra. Lelaki itu hanya mengangguk membenarkan. “Aku masak lho hari ini. Kita makan siang bareng, ya,” katanya riang. Tapi Abra hanya menatap sekilas, lalu melangkah pergi tanpa sepatah kata pun. Saat Abra menjauh, Aileen menghentak kesal kakinya. Melihat arah langkah Abra menuju ruang pribadi, Serayu pun berniat menyusul. Sudah beberapa hari ini mereka tidak berbicara dan ia ingin tahu sejauh mana Abra memproses perceraian mereka. Namun baru saja ia hendak memegang gagang pintu, seseorang menarik lengannya kasar. Serayu tersentak. Aileen berdiri di hadapannya dengan ta

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status