Share

(Bukan) Istri Pelarian
(Bukan) Istri Pelarian
Author: AfourS

Bab 1. Mengetahui Fakta

Furqon tengah bersiap-siap. Malam itu, dia hendak pergi berkumpul dengan teman-temannya sekaligus mengantarkan undangan pernikahannya yang akan dilaksanakan seminggu lagi. 

Dengan mengendarai avanza hitamnya, Furqon meluncur ke salah satu cafe yang biasa mereka kunjungi. Cafe untuk kalangan muda mudi, dengan background lautan serta tidak jauh dari tempat mereka, hamparan pasir dan batuan karang yang jika siang hari, begitu indah dipandang. 

"Wow, lihat, calon pengantin datang nih," teriak Aldo melihat kedatangan Furqon, lalu merangkul sobatnya itu. 

"Ciee, akhirnya ada yang nggak jomblo lagi nih. Jomblo sampai halal ternyata berhasil juga yah," ledek Cindy, sahabat sekaligus tetangganya. 

Furqon hanya tersenyum. Dan memilih duduk di bangku yang membelakangi pintu masuk. Dia pun memesan makanan pada pelayan. 

"Oh ya Furqon, dengar-dengar calon istri kamu itu junior kita yah? Siapa namanya? Cantik nggak orangnya?" tanya Cindy penasaran. 

"Nanti kalian bakalan tahu juga siapa orangnya. Sekarang, kita senang-senang dulu. Karena setelah ini aku bakal dipingit," kekeh Furqon, mengingat kata sang ibu yang melarang dia untuk tidak lagi keluar rumah 4 hari sebelum pernikahan berlangsung. 

"Idihh, yang dipingit itu kan biasanya pengantin cewek, bukan cowok lah. Kalau pengantin cowok rasanya dibebasin deh," jawab Cindy kesal. 

Furqon hanya diam saja. Mereka bertiga pun asyik bercerita, sembari menunggu teman-teman mereka yang lain. 

"Furqon. Hai," sapa Nada, gadis itu pun duduk di sebelah pria tampan itu. 

Furqon hanya mengangguk pelan dan tersenyum, sementara matanya terus menatap layar ponselnya, menyebarkan undangan digital pada teman-teman. 

"Periksa ponsel kalian, aku kirim undangan," ucap Furqon. 

Nada terdiam sesaat mendengarnya. Dan ikut mencek ponselnya, di mana Furqon mengirim pesan padanya. 

"Hah, Syifa? Syifa ini calon istri kamu!! Kamu serius? Dia kan junior yang disukai sama Arsyil? Kamu menikah dengan dia?" tanya Cindy yang kebetulan mengetahui jika sahabatnya, Arsyil juga menyukai gadis itu. 

"Iya, memang Syifa pernah disukai Arsyil, dia cerita sendiri sama aku. Tapi, Arsyil bilang kalau Syifa suka sama aku. Yah, jadi karena itu dia merelakan Syifa untuk aku nikahi," jawab Furqon santai.

Nada terdiam sesaat. Lalu, meraih ponselnya dan memperlihatkan sebuah foto yang dia screenshot sekitar sebulan lalu. 

"Kalau memang kamu akan menikah dengan Syifa, lalu gadis ini siapa?" tanya Nada memperlihatkan foto itu pada Furqon. 

Pria itu terdiam dan melihat pada Nada. 

"Kapan kamu dapat foto ini?" tanyanya heran. 

Sementara itu, di tempat lain, Syifa berdiri di tepi jalan. Dia menunggu rombongan teman-temannya datang menjemput. Beberapa menit kemudian, sebuah sedan berhenti tepat di depannya. Syifa langsung menaiki mobil itu. 

"Cieee, cieee yang bakalan dinikahi senior terhebat kita," ledek Fatimah yang tengah mengendarai mobilnya. 

"Iya nih, ternyata do'a sepertiga malam itu memang dahsyat yah kekuatannya," lanjut Tania, sahabatnya yang duduk di bangku belakang. 

Syifa senyum-senyum sendiri. Dia pun merasa bahagia sekali, salah satu keinginan terbesarnya, menikah dengan Furqon, sebentar lagi akan terwujud.

Cinta yang selama 5 tahun ini bersemayam di hatinya, dijaga dengan baik, berharap suatu saat Tuhan mengabulkan do'anya. Dan sekarang, akhirnya semua terwujud. 

Di mana, dengan bantuan Arsyil, seniornya sekaligus sahabat dekat Furqon, Syifa bisa berkenalan dengan pria itu. Hingga sekarang, mereka pun akan segera menikah. 

Memasuki sebuah cafe, Syifa melangkah mengekori teman-temannya. Namun, langkahnya terhenti, melihat sosok yang paling dikenalnya dalam hidup. Dia pun meninggalkan temannya dan melangkah untuk menyapa pria itu. 

"Jadi, Viana menolak lamaran kamu?" tanya Cindy, semakin penasaran dengan awal mula niat Furqon menikahi Syifa. 

"Iya, Viana menolak aku tanpa alasan yang jelas. Aku yang benar-benar frustasi, apalagi bunda sudah tahu aku bakalan bawa calon istri ke rumah. Yah, membuat aku nggak mungkin mengecewakan beliau. Jadi, yah aku cerita deh sama Arsyil," jelas Furqon. 

Syifa yang juga penasaran dengan kisah Furqon, justru semakin mendekat, bahkan duduk di bangku yang bersebelahan dengan pria itu dan lantas menunda niatnya untuk menyapa calon suaminya. Beruntung, gadis itu memakai masker, hingga Furqon tidak menyadari bahwa dirinya ikut menguping pembicaraan para seniornya.

Furqon menghempas nafas kasar. Dia sendiri enggan untuk melanjutkan kisah cintanya yang tragis itu. Dia memilih bungkam, dan tidak ingin lagi mengingat hal yang telah dia kubur dalam-dalam. 

"Fur," sentak Nada yang juga kepo tentang Viana.

Furqon masih belum bersuara. Dia memejamkan matanya, mengingat kembali beberapa waktu lalu, ketika dirinya ditolak oleh Viana. 

"Maaf, Mas. Aku, aku nggak bisa menerima lamaran kamu. Aku belum mau menikah," jawab Viana ketika Furqon tengah berlutut di depannya, sembari memberikan cincin berlian untuk dia sematkan di tangan gadis cantik yang telah mencuri hatinya itu. 

"Ke-kenapa, Vi? Bukannya kamu juga mencintai mas kan? Kenapa nggak mau menikah?" tanya Furqon, tidak menyangka dirinya ditolak demikian. 

Viana tidak menjawab lagi, dia hanya menggeleng pelan. 

"Maaf, Mas. Aku, tetap tidak mau menikah dengan kamu saat ini. Aku belum siap untuk menikah. Tolong, jangan paksa aku, dan jangan juga datang ke rumah, Mas. Karena aku tetap menolak untuk menikah dengan kamu dalam waktu dekat ini," ujar Viana lantas memilih pergi. 

"Fur, Furqon." Lamunan pria itu buyar, ketika Nada menggoyangkan tubuhnya. 

Nada, dan ketiga temannya, termasuk Syifa yang menguping, masih penasaran apa alasannya secepat itu berubah pikiran dan menikahi Syifa. 

"Yah, sebenarnya Syifa hanya menjadi pelarian aku saja. Aku berniat menikahi dia karena pelarian dari Viana saja," jawabnya. 

Di tempat duduknya, Syifa yang mendengarnya, lantas terkejut bukan main. Air matanya seketika meleleh, dia pun bangkit dan menghampiri Furqon dan teman-temannya. 

"Owhh, jadi Bang Furqon menikahi aku bukan karena cinta yah. Aku hanya menjadi pelarian kamu saja yah. Wahhh, hebat." Syifa bertepuk tangan, sembari menatap Furqon yang menganga, terkejut dengan kehadiran calon istrinya. 

"Syi-syifa, ka-kamu kenapa ada di sini?" tanya Furqon terkejut dengan kedatangan gadis itu.

"Itu nggak penting, Bang. Kamu jahat, kamu pikir aku wanita yang nggak punya perasaan, teganya kamu menjadikan aku sebagai pelarian kamu saja," bentak Syifa yang terus menyeka air matanya.

"Bu-bukan begitu Syifa. Abang belum selesai bicara. Ma-maksud abang bukan gitu, tapi ...." Belum sudah Furqon menjelaskan ucapannya, Syifa yang terlanjur sakit hati, keburu pergi dengan emosi yang membludak dalam dadanya. 

"Syifa, Syifa tunggu," teriak Furqon mengejar gadis itu. Mengabaikan teman-temannya yang masih penasaran dengan kelanjutan kisahnya. 

"Semoga saja pernikahan kamu dan Syifa batal, Furqon." Nada berucap dalam hati, sembari tersenyum tipis berharap do'anya diijabah Yang Maha Kuasa. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status