Home / Romansa / (Bukan) Istri Pelarian / Bab 1. Mengetahui Fakta

Share

(Bukan) Istri Pelarian
(Bukan) Istri Pelarian
Author: AfourS

Bab 1. Mengetahui Fakta

Author: AfourS
last update Last Updated: 2023-04-06 21:11:15

Furqon tengah bersiap-siap. Malam itu, dia hendak pergi berkumpul dengan teman-temannya sekaligus mengantarkan undangan pernikahannya yang akan dilaksanakan seminggu lagi. 

Dengan mengendarai avanza hitamnya, Furqon meluncur ke salah satu cafe yang biasa mereka kunjungi. Cafe untuk kalangan muda mudi, dengan background lautan serta tidak jauh dari tempat mereka, hamparan pasir dan batuan karang yang jika siang hari, begitu indah dipandang. 

"Wow, lihat, calon pengantin datang nih," teriak Aldo melihat kedatangan Furqon, lalu merangkul sobatnya itu. 

"Ciee, akhirnya ada yang nggak jomblo lagi nih. Jomblo sampai halal ternyata berhasil juga yah," ledek Cindy, sahabat sekaligus tetangganya. 

Furqon hanya tersenyum. Dan memilih duduk di bangku yang membelakangi pintu masuk. Dia pun memesan makanan pada pelayan. 

"Oh ya Furqon, dengar-dengar calon istri kamu itu junior kita yah? Siapa namanya? Cantik nggak orangnya?" tanya Cindy penasaran. 

"Nanti kalian bakalan tahu juga siapa orangnya. Sekarang, kita senang-senang dulu. Karena setelah ini aku bakal dipingit," kekeh Furqon, mengingat kata sang ibu yang melarang dia untuk tidak lagi keluar rumah 4 hari sebelum pernikahan berlangsung. 

"Idihh, yang dipingit itu kan biasanya pengantin cewek, bukan cowok lah. Kalau pengantin cowok rasanya dibebasin deh," jawab Cindy kesal. 

Furqon hanya diam saja. Mereka bertiga pun asyik bercerita, sembari menunggu teman-teman mereka yang lain. 

"Furqon. Hai," sapa Nada, gadis itu pun duduk di sebelah pria tampan itu. 

Furqon hanya mengangguk pelan dan tersenyum, sementara matanya terus menatap layar ponselnya, menyebarkan undangan digital pada teman-teman. 

"Periksa ponsel kalian, aku kirim undangan," ucap Furqon. 

Nada terdiam sesaat mendengarnya. Dan ikut mencek ponselnya, di mana Furqon mengirim pesan padanya. 

"Hah, Syifa? Syifa ini calon istri kamu!! Kamu serius? Dia kan junior yang disukai sama Arsyil? Kamu menikah dengan dia?" tanya Cindy yang kebetulan mengetahui jika sahabatnya, Arsyil juga menyukai gadis itu. 

"Iya, memang Syifa pernah disukai Arsyil, dia cerita sendiri sama aku. Tapi, Arsyil bilang kalau Syifa suka sama aku. Yah, jadi karena itu dia merelakan Syifa untuk aku nikahi," jawab Furqon santai.

Nada terdiam sesaat. Lalu, meraih ponselnya dan memperlihatkan sebuah foto yang dia screenshot sekitar sebulan lalu. 

"Kalau memang kamu akan menikah dengan Syifa, lalu gadis ini siapa?" tanya Nada memperlihatkan foto itu pada Furqon. 

Pria itu terdiam dan melihat pada Nada. 

"Kapan kamu dapat foto ini?" tanyanya heran. 

Sementara itu, di tempat lain, Syifa berdiri di tepi jalan. Dia menunggu rombongan teman-temannya datang menjemput. Beberapa menit kemudian, sebuah sedan berhenti tepat di depannya. Syifa langsung menaiki mobil itu. 

"Cieee, cieee yang bakalan dinikahi senior terhebat kita," ledek Fatimah yang tengah mengendarai mobilnya. 

"Iya nih, ternyata do'a sepertiga malam itu memang dahsyat yah kekuatannya," lanjut Tania, sahabatnya yang duduk di bangku belakang. 

Syifa senyum-senyum sendiri. Dia pun merasa bahagia sekali, salah satu keinginan terbesarnya, menikah dengan Furqon, sebentar lagi akan terwujud.

Cinta yang selama 5 tahun ini bersemayam di hatinya, dijaga dengan baik, berharap suatu saat Tuhan mengabulkan do'anya. Dan sekarang, akhirnya semua terwujud. 

Di mana, dengan bantuan Arsyil, seniornya sekaligus sahabat dekat Furqon, Syifa bisa berkenalan dengan pria itu. Hingga sekarang, mereka pun akan segera menikah. 

Memasuki sebuah cafe, Syifa melangkah mengekori teman-temannya. Namun, langkahnya terhenti, melihat sosok yang paling dikenalnya dalam hidup. Dia pun meninggalkan temannya dan melangkah untuk menyapa pria itu. 

"Jadi, Viana menolak lamaran kamu?" tanya Cindy, semakin penasaran dengan awal mula niat Furqon menikahi Syifa. 

"Iya, Viana menolak aku tanpa alasan yang jelas. Aku yang benar-benar frustasi, apalagi bunda sudah tahu aku bakalan bawa calon istri ke rumah. Yah, membuat aku nggak mungkin mengecewakan beliau. Jadi, yah aku cerita deh sama Arsyil," jelas Furqon. 

Syifa yang juga penasaran dengan kisah Furqon, justru semakin mendekat, bahkan duduk di bangku yang bersebelahan dengan pria itu dan lantas menunda niatnya untuk menyapa calon suaminya. Beruntung, gadis itu memakai masker, hingga Furqon tidak menyadari bahwa dirinya ikut menguping pembicaraan para seniornya.

Furqon menghempas nafas kasar. Dia sendiri enggan untuk melanjutkan kisah cintanya yang tragis itu. Dia memilih bungkam, dan tidak ingin lagi mengingat hal yang telah dia kubur dalam-dalam. 

"Fur," sentak Nada yang juga kepo tentang Viana.

Furqon masih belum bersuara. Dia memejamkan matanya, mengingat kembali beberapa waktu lalu, ketika dirinya ditolak oleh Viana. 

"Maaf, Mas. Aku, aku nggak bisa menerima lamaran kamu. Aku belum mau menikah," jawab Viana ketika Furqon tengah berlutut di depannya, sembari memberikan cincin berlian untuk dia sematkan di tangan gadis cantik yang telah mencuri hatinya itu. 

"Ke-kenapa, Vi? Bukannya kamu juga mencintai mas kan? Kenapa nggak mau menikah?" tanya Furqon, tidak menyangka dirinya ditolak demikian. 

Viana tidak menjawab lagi, dia hanya menggeleng pelan. 

"Maaf, Mas. Aku, tetap tidak mau menikah dengan kamu saat ini. Aku belum siap untuk menikah. Tolong, jangan paksa aku, dan jangan juga datang ke rumah, Mas. Karena aku tetap menolak untuk menikah dengan kamu dalam waktu dekat ini," ujar Viana lantas memilih pergi. 

"Fur, Furqon." Lamunan pria itu buyar, ketika Nada menggoyangkan tubuhnya. 

Nada, dan ketiga temannya, termasuk Syifa yang menguping, masih penasaran apa alasannya secepat itu berubah pikiran dan menikahi Syifa. 

"Yah, sebenarnya Syifa hanya menjadi pelarian aku saja. Aku berniat menikahi dia karena pelarian dari Viana saja," jawabnya. 

Di tempat duduknya, Syifa yang mendengarnya, lantas terkejut bukan main. Air matanya seketika meleleh, dia pun bangkit dan menghampiri Furqon dan teman-temannya. 

"Owhh, jadi Bang Furqon menikahi aku bukan karena cinta yah. Aku hanya menjadi pelarian kamu saja yah. Wahhh, hebat." Syifa bertepuk tangan, sembari menatap Furqon yang menganga, terkejut dengan kehadiran calon istrinya. 

"Syi-syifa, ka-kamu kenapa ada di sini?" tanya Furqon terkejut dengan kedatangan gadis itu.

"Itu nggak penting, Bang. Kamu jahat, kamu pikir aku wanita yang nggak punya perasaan, teganya kamu menjadikan aku sebagai pelarian kamu saja," bentak Syifa yang terus menyeka air matanya.

"Bu-bukan begitu Syifa. Abang belum selesai bicara. Ma-maksud abang bukan gitu, tapi ...." Belum sudah Furqon menjelaskan ucapannya, Syifa yang terlanjur sakit hati, keburu pergi dengan emosi yang membludak dalam dadanya. 

"Syifa, Syifa tunggu," teriak Furqon mengejar gadis itu. Mengabaikan teman-temannya yang masih penasaran dengan kelanjutan kisahnya. 

"Semoga saja pernikahan kamu dan Syifa batal, Furqon." Nada berucap dalam hati, sembari tersenyum tipis berharap do'anya diijabah Yang Maha Kuasa. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • (Bukan) Istri Pelarian   Bab 28

    Tidak lama berselang, ponsel Nayya kembali berbunyi."Astaghfirullah." Nayya seketika terkejut melihat panggilan masuk. Sang ibu ternyata menghubungi dirinya, ketika tahu ponsel Nayya telah aktif. Dengan berat hati, Nayya menjawab panggilan itu. ***Malam harinya, Nayya yang baru menyelesaikan agendanya di mesjid, lekas keluar setelah pamit pada ustadzah dan juga teman-teman nya. Dia gegas masuk ke dalam kamar dan mengurung diri di sana. "Ya Allah, kenapa ujian hamba begitu berat," ucapnya dan terduduk di lantai. "Andai ayah masih hidup, andai ayah masih ada di dunia ini, aku pasti tidak akan sesusah ini. Ya Allah, kenapa kau ambil ayahku? Kenapa bukan ibuku saja yang kau hilangkan dari bumi ini." Nayya meraung meratapi hidupnya. Siang tadi, ketika ponselnya yang telah lama dia non aktifkan, lantas mendapat panggilan dari sang ibu. Nayya kembali menyendiri, kembali menjadi gadis yang pendiam dan penuh beban.Nayya pun mengambil tas ranselnya, lalu keluar asrama untuk mencari usta

  • (Bukan) Istri Pelarian   Bab 27

    "Papi tahu itu. Obati segera trauma kamu tentang wanita, dan secepatnya bawa dia yang kamu inginkan untuk menjadi menantu kami. Biar papi yang akan bujuk Mami kamu untuk memberi kamu waktu," jawab sang ayah yang mengerti kondisi putranya. ***Malam semakin larut, Nayya terdiam di kamar rawatnya seorang diri. Malam ini, dia tidak lagi ditemani Zakwan."Ya Allah, aku harus ke mana setelah ini," ucapnya yang merasa bingung. Nayya yang besok sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah lebih membaik, meskipun kakinya masih sedikit luka yang belum terlalu sembuh. Merasa bingung untuk pulang ke mana. Jika Nayya memilih kembali ke rumahnya, dia tidak yakin jika ibunya akan menerima lagi kehadiran dirinya. Terlebih, dia pergi dari rumah secara diam-diam, demi menghindari perjodohan dengan lelaki tua pilihan sang ibu."Assalamu'alaikum," ucap Hisyam, membuyarkan lamunan Nayya.Gadis itu sedikit terkejut melihat kehadiran pria itu."Wa'alaykumussalam, Pak," jawabnya tertunduk. Nayya m

  • (Bukan) Istri Pelarian   Bab 26

    Gilang mengintip dari balik tirai jendela, memastikan keadaan di luar apakah sudah aman dan benar-benar tidak ada lagi Alan beserta anak buahnya. Dan merasa semua telah aman, Gilang pun memberi kode untuk mereka segera keluar dari rumah kecil itu. Clara dan Hermawan mengangguk, lalu melangkah pelan-pelan keluar dari rumahnya sembari kepala yang terus menengok ke kiri dan kanan, berhati-hati dengan keadaan sekitarnya. "Ayo cepat!" titah Gilang dan terus melangkah ke arah simpang 3 di mana mobil hitamnya terparkir. Clara yang tidak tahu akan di bawa ke mana, hanya mengekor kedua lelaki di depannya. "Cepat, naik!" perintah Gilang lalu membukakan pintu untuk Clara dan Hermawan masuk, barulah dia duduk di bangku stir, memajukan kendaraannya segera. Clara clingak clinguk, memperhatikan keadaan sekitar, penasaran ke manakah dia di bawa oleh para penculik itu. Karena, dia tidak sadarkan diri ketika di bawa oleh mereka. "Mm, sebenarnya, kita mau ke mana?" tanya Clara kemudian. Gilang ya

  • (Bukan) Istri Pelarian   Bab 25.

    Menarik nafas panjang, Syifa berusaha membesarkan hatinya untuk tetap baikan dengan Furqon. Dia tidak ingin, pertengkaran dalam rumah tangganya menjadi penyebab Viana, pelakor itu semakin mudah merusak pernikahannya. Membuka gagang pintu kamarnya pelan, Syifa melihat Furqon di ujung balkon tengah telponan. Dia yang semula hendak berbaikan dengan suaminya, justru sekarang mencurigai Furqon. "Siapa yang telponan dengan Bang Furqon? Kok sampai menjauh gitu?" pikir Syifa melangkah mendekat. Sadar ada langkah yang semakin mendekat, Furqon menoleh ke belakang. "Sayang," panggil Furqon dan tersenyum lebar. "Ri, besok lagi disambung pembicaraan kita. Oke." Furqon mematikan sambungan telponnya, melangkah dengan cepat ke arah Syifa dan memeluk istrinya. "Sayang, maafkan abang yah. Abang salah," ucap Furqon dengan terus mendekap Syifa. "Minta maaf untuk apa?" tanya Syifa memancing. Dia tahu suaminya pasti akan merasa bersalah karena dia mengambek tadi."Untuk semuanya, terutama karena Via

  • (Bukan) Istri Pelarian   Bab 24. Pelakor Harus Dibasmi

    "Calon suami?" ulang Syifa. Keningnya berkerut mendengar Viana yang berucap demikian, ada rasa takut dalam dadanya ketika mendengar wanita itu bicara demikian. Takut jika suaminya akan kembali condong pada masa lalunya itu. Namun, Syifa lekas membuang pemikiran buruknya itu dan menatap kepada Viana yang juga menatapnya dengan tatapan tajam. "Apa? Calon istri? Kamu calon istri Bang Furqon?" ulang Syifa, Viana mengangguk. Furqon hendak bicara, takut jika istrinya marah. Tetapi, Syifa justru memajukan langkahnya mendekati Viana. "Kamu hanya calon istri. Oh, bukan, bukan. Lebih tepatnya, mantan calon istri. Sedangkan aku, aku adalah istri sahnya. Kenalkan, aku Syifa, istri sahnya Bang Furqon," jelas Syifa tersenyum lebar. Mendadak Viana emosi melihatnya, dia berulang kali menatap wajah Furqon dan Syifa. Merasa jika istri dari lelaki yang dicintainya itu tidak terpancing olehnya, Viana pun juga tertawa. "Oh, istri. Tapi, jangan bangga dulu dong, walaupun kamu dijadikan istri oleh Fu

  • (Bukan) Istri Pelarian   Bab 23. Pertemuan Syifa dan Viana

    Furqon telah sampai di kampus. Syifa beruntung bertemu dengan profesor Akhdan, hingga dia yang tadinya berniat pulang dengan ojek online, ternyata suaminya sendiri yang menawarkan untuk menjemputnya. "Maaf sayang, lama ya nunggunya?" tanya Furqon ketika Syifa telah di dalam mobilnya. "Nggak kok, Bang, baru juga nunggu. Mm, bang, boleh nggak sekali-kali abang jemput Syifa pakai motor yang kemarin abang pakai untuk antar Kak Nada," ucap Syifa me request pada suaminya.Namun, Furqon merasa itu bagai sindiran. "Sayang nyindir yah?" Furqon menatap dingin istrinya. "Bukan, Bang. Syifa cuma pengen coba naik motor berdua dengan abang," jawab Syifa dengan tersenyum lebar. Furqon pun mengangguk paham. Dia merasa dirinya sedikit sensitif semenjak bertemu dengan Viana tadi. "Ya besok abang antar pakai motor yah." Syifa tersenyum senang mendengarnya. ***Viana berteriak ketika memasuki rumah kontrakannya. Dia membanting tas jinjingnya di sofa, lalu bersender, memejamkan mata. Air mata kemba

  • (Bukan) Istri Pelarian   Bab 22. Aku Minta Maaf

    Furqon terkejut bukan main. Mengira Syifa yang datang untuk memberi kejutan padanya setelah kemarin hingga pagi tadi hanya ada perdebatan diantara mereka, dan berharap dengan kejutan ini mereka akan semakin mempererat tali cinta keduanya. Nyatanya, bukan sosok yang dia harapkan. "Viana, ngapain kamu di sini?" tanyanya dengan nada tinggi. Furqon seketika memanas melihat wajah gadis yang telah menyakitinya, dan sudah dia buang jauh-jauh dari kehidupannya benih cintanya pada Syifa muncul. "Sstt, Furqon. Kamu kenapa marah gitu? Nggak senang dengan kedatangan aku ke sini," jawab Viana santai. Pandangannya mengedar ke seluruh penjuru ruangan, betapa luas dan kerennya ruangan Furqon. Dia tidak menyangka, lelaki yang mencintai dirinya itu akan sekaya ini."Sekali lagi aku tanya, mau apa kamu datang ke sini? Aku tidak ada urusan dengan kamu, dan sekarang keluar," tegasnya. Viana merasakan sakit di hatinya ketika Furqon menolaknya dengan mentah. Akan tetapi, dia berusaha tersenyum, menyemb

  • (Bukan) Istri Pelarian   Bab 21. Kemunculan Viana

    Viana terdiam, terduduk di tempatnya. Air matanya tumpah ketika belati tajam kembali menggores hatinya. Panggilan yang tadi dia lakukan, berharap Furqon menjawabnya, nyatanya, istri lelaki itu yang menjawab. Pedih, sakit. Itu yang tengah dirasakannya. Viana membanting ponselnya, merasa frustasi dengan hidupnya. "Jahat kamu Furqon, jahat!" teriak Viana di rumah kontrakannya. Ya, Viana saat ini telah berada di Padang. Dia sudah mantap menyusul Furqon ke negeri asal lelaki itu, demi mewujudkan keinginannya untuk menikah dengannya. Dengan menyewa rumah, gadis itu berniat menetap di sana, melanjutkan kuliahnya di sana.Padahal, Sarah melarang keras keinginan anaknya untuk menetap ke Padang, dan melarang keras untuk tidak menjadi wanita yang merusak rumah tangga orang. Tetapi, Viana tidak mempedulikan hal itu, baginya, dia harus mendapatkan Furqon kembali. Viana pun melihat secarik kertas, di mana alamat Furqon tertera di sana. Dia berniat akan menyusul lelaki itu ke rumahnya. Kalau pe

  • (Bukan) Istri Pelarian   Bab 20. Menyelesaikan Masalah

    Syifa terdiam setelah pasrah mendengar amukan Furqon. Dia terduduk di lantai balkon, menatap langit malam penuh bintang. Rasa sesak mulai menjalar di dadanya, bagaimana Furqon membentaknya.Sengaja Furqon menahan emosi untuk tidak melawan suaminya, mengingat Furqon tampak begitu lelah pulang kantor. Tetapi, dia rasanya juga tidak sanggup harus dikasari sedemikian pedas dengan kata-katanya.Menghapus air mata yang sudah membanjiri wajahnya. Syifa bangkit dan berjalan menuju kamar. Dia hendak meluruskan apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dengan Arsyil."Abang," panggilnya melihat Furqon tengah sibuk berkutat dengan laptopnya."Saya sibuk sekarang. Jangan ganggu," jawabnya.Syifa pun menarik nafas lalu menoleh ke arah jam dinding di kamar itu.Melihat jam sudah tengah malam. Syifa pun pasrah, pasrah jika malam ini mereka masih dalam pemikiran masing-masing yang penuh dengan kesalahpahaman."Okey, bes

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status