Share

Bab 5. Ancaman Furqon

Syifa tengah bersiap untuk pergi ke kampung halaman Furqon. Ingin menyatakan langsung pada kedua orang tua lelaki itu untuk membatalkan pernikahan yang akan terlaksana seminggu lagi. 

"Bismillah, aku ikhlas untuk membatalkan pernikahan ini. Semoga ini yang terbaik. Ya Allah, mudahkanlah," monolog Syifa yang tengah mematut dirinya di cermin.

Hari ini adalah hari senin. Dan di hari ini pulalah, Syifa telah memiliki jadwal dengan dosen pembimbingnya untuk bimbingan skripsi. Namun, segera dia izin untuk membatalkannya dengan alasan sakit. Beruntung dosen itu menyetujuinya. 

Kediaman keluarga Wais Al-Furqon ialah di Pariaman. Dengan bermodalkan motor yang dia pinjam dari teman kosnya, Syifa akan menemui calon mertuanya. 

Melihat dengan jelas rumah megah yang ada di depannya, Syifa mendadak gugup. 

"Kok aku jadi gugup begini yah!" gumamnya pelan, lalu memegang dadanya. Di mana jantungnya berdegup begitu kencang.

Memberanikan diri, Syifa pun menekan bel rumah tersebut. Tidak beberapa lama, Mansyur, security rumah tersebut membukakan gerbang untuknya. 

Tok! Tok! Tok! 

Syifa mengetuk pintu setinggi 2 meter itu dengan pelan. Tidak beberapa lama, Nani, ART di rumah itu membukakan pintu untuknya. Dengan senyuman lebarnya, Nani mempersilahkan calon istri tuan mudanya untuk masuk. 

"Tunggu sebentar ya non, saya panggilkan tuan muda dulu." Nani hendak pergi, tetapi ditahan Syifa. 

"Jangan panggil bang Furqon. Tolong panggilkan tante Gusnita sama om Arman saja, saya ada keperluan sama tante dan om saja," jelas Syifa kikuk. 

Nani mengangguk pelan, lalu menuju kamar kedua majikannya. 

Sedangkan Syifa, dengan gugup duduk di sofa di ruang tersebut, sembari menunggu kedatangan kedua calon mertuanya yang mungkin sebentar lagi akan menjadi mantan calon mertuanya.

Sementara itu, sepulang dari mesjid melaksanakan sholat subuh, Furqon tidak banyak melakukan aktivitas seperti biasanya. Dia yang semenjak kembali tinggal di kota Pariaman, setiap pagi selalu joging keliling kompleks perumahannya, tetapi sekarang dia hanya diam di kamarnya. 

"Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan. Aku nggak mau ayah sama bunda tahu masalah aku dengan Syifa," ucapnya. 

Furqon pun memilih keluar kamar, dan dia melihat bi Nani, tengah berjalan ke arah kamar kedua orang tuanya. 

"Bibi cari ayah sama bunda?" tanyanya kemudian. 

"Iya tuan, ada non Syifa di depan cariin tuan besar dan nyonya," jelas bi Nani. 

Furqon pun mencegah bi Nani untuk memanggil orang tuanya, dan meminta wanita berusia 40 tahunan itu kembali ke dapur setelah menawarkan diri untuk dirinya saja yang memanggilkan kedua orang tuanya.

"Syifa," panggil Furqon yang telah berada di ruang tamu. 

"Kenapa kamu yang kemari, saya nggak ada urusan dengan anda," tegas Syifa yang bahkan telah muak melihat wajah lelaki itu. 

Furqon duduk di samping Syifa, tetapi gadis itu mengelak dan menjauh dari lelaki itu. Sekali lagi, Furqon mendekat, dan Syifa menjauh. 

Setelah beberapa kali seperti itu, Syifa pun risih dan menoleh pada seniornya itu. 

"Kamu ngapain sih, mana tante sama om. Saya ada urusan dengan mereka, bukan dengan kamu," ucap Syifa dengan sedikit meninggi. 

"Syif, kamu serius ingin membatalkan pernikahan kita?" Furqon mengalihkan topik pembicaraan. 

"Ya, aku serius dan sekarang mana orang tua kamu. Saya akan bicara pada mereka tentang pembatalan ini," jawabnya tegas.

Furqon tersenyum sinis. Dia pun menatap manik mata Syifa yang terus mengalihkan pandangan darinya. 

"Kalau kamu siap membatalkan pernikahan ini, maka kamu harus siap untuk kedamaian di panti asuhan kamu," ucap Furqon singkat tetapi sukses membuat Syifa melihat dirinya. 

"Maksud kamu apa?" tanya Syifa dengan sedikit khawatir. 

"Kamu tahu kan kalau saya adalah donatur tetap di panti asuhan dharma jiwa." Syifa mengangguk. 

"Andai kamu batalkan pernikahan ini, bunda dan ayah akan sangat malu dengan ulah kamu. Dan asal kamu tahu, andai itu terjadi ayah saya pasti akan berhenti menjadi donatur tetap di panti asuhan tempat kamu tinggal. Dan otomatis pendidikan kamu dan beberapa anak panti lainnya juga akan berhenti setelah ini. Artinya beasiswa kamu akan dicabut," tegas Furqon yang penuh ancaman.

Syifa terdiam beberapa saat. Benar apa yang diucapkan oleh Furqon, keluarga Arman adalah donatur terbesar di panti asuhan tempat dia dibesarkan saat ini. Bahkan, karena sumbangan dari merekalah dia tetap bisa mengenyam pendidikan hingga ke perguruan tinggi.

Furqon tersenyum sinis, dia terpaksa bersikap sedikit kejam kepada Syifa demi menyelamatkan dirinya sendiri. Tidak mungkin juga keluarganya akan berhenti memberikan dana pada panti asuhan tersebut, terutama sang bunda. Karena ibunya dahulu merupakan salah satu anak yatim piatu yang juga dibesarkan di sana, hingga bisa merasakan pendidikan ke perguruan tinggi. 

"Bagaimana, Syif? Masih berniat untuk membatalkan pernikahan ini?"

Syifa menelan salivanya susah payah. Kepalanya yang semula tertunduk, perlahan terangkat. Dia pun menatap manik Furqon yang tersenyum lebar padanya. Yang membuat mentalnya menciut seketika.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status