Share

(Bukan) Istri Pilihan Sang Pewaris Lumpuh
(Bukan) Istri Pilihan Sang Pewaris Lumpuh
Penulis: Qeqe Sunarya

1 - Balas Budi Seorang Cucu

Penulis: Qeqe Sunarya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-24 19:45:50

“Raya, bersiap dan pasang senyummu semanis mungkin saat calon suamimu datang nanti!”

Raya terkejut mendengar ucapan neneknya tersebut. Sepengetahuannya, dia di sini untuk menemani sepupunya dalam pertemuan dua keluarga untuk membicarakan pernikahan sang sepupu tersebut.

Namun, kenapa neneknya justru mengatakan hal itu?

"Bukannya kita di sini untuk pertemuan keluarga dengan calon suami Yarina, Nek?" tanya Raya heran.

"Enak aja," sahut sepupunya sebelum sang nenek menyahut. "Kamu yang lebih pantas jadi istri lelaki cacat kayak dia!"

Raya mengernyit ketika mendengar hinaan dari sepupunya. Namun, ia tetap menatap sang nenek, meminta jawaban.

“Andromeda lebih pantas untuk kamu.” Nenek Raya berkata dengan nada ringan. Meskipun begitu, sorot matanya penuh intimidasi pada Raya.

Terperangah pada perkataan nenek dan sepupunya, Raya hanya bisa terdiam. Mereka sedang berada di sebuah restoran salah satu hotel bintang lima saat ini. Walaupun tengah berada di ruang pribadi, Raya enggan bereaksi berlebihan karena takut menjadi pusat perhatian. Akan tetapi, tidak bisa disangkal, rasa kecewanya cukup besar.

Pasalnya sejak pagi tadi, Raya sudah sangat bahagia atas perlakuan neneknya yang tidak biasa. Sarapannya diantarkan ke kamar, neneknya juga meminta terapis untuk datang memberikan perawatan SPA lengkap dari ujung rambut ke ujung kaki, membawanya pergi ke mal untuk membeli baju cantik, lalu mengajaknya ke salon.

Raya pikir, akhirnya setelah Yarina dipersunting oleh keluarga ternama pemilik beberapa jalan tol negeri ini, sang nenek akhirnya sadar kalau hanya tinggal Raya yang akan menemaninya. Itu sebabnya sikap neneknya berubah menjadi baik. Namun, rupanya semua pikiran Raya tidak benar.

Sang nenek ternyata hanya ingin Raya tampil "pantas" untuk menggantikan sepupunya menikah dengan Andromeda Prakarsa.

“T–tapi aku belum mau menikah, Nek,” ucap Raya gugup, mencoba untuk mengubah keputusan sepihak ini.

Sepupunya tertawa mendengar penolakan Raya, mengejeknya.

"Memangnya kamu mau apa selain menikah?" ejek sepupunya tersebut. “Jadi orang itu harus tahu balas budi."

"Gadis pintar," puji si nenek sembari tersenyum lembut pada Yarina, sepupu Raya. Namun, tatapannya kembali tajam ketika beralih pada Raya. "Kamu sudah aku besarkan, aku penuhi semua kebutuhannya. Sekarang karena sudah besar, kamu harusnya bisa berpikir."

"Benar, Raya." Bibi Raya menimpali. Riasan tebalnya tampak mencolok dan membuat wajahnya semakin sinis. "Tidak ada yang gratis di dunia ini. Bersyukur, masih ada Nenek yang merawatmu. Kalau tidak, mau jadi apa? Mau tinggal di panti asuhan? Jadi gelandangan?”

Raya menundukkan wajahnya. Ia tidak bisa menyangkal bahwa ia bisa seperti ini atas jasa neneknya. Namun, ia kurang menyukai ide bahwa dirinya "dilemparkan" sebagai pengganti sepupu yang kerap kali menindasnya.

Raya dan sepupunya, Yarina, sama-sama cucu kandung sang nenek. Namun, mereka dibesarkan dengan kasih sayang yang sangat berbeda. Yarina begitu dimanja dan dielu-elukan, sedangkan Raya diperlakukan bak cucu tiri yang keberadaannya sering tidak diperhitungkan. Awalnya Raya tidak mengerti kenapa. Baru ketika dirinya sudah cukup besar, ia mengetahui bahwa mendiang ayah Raya nekad melawan orang tuanya dan menikahi ibu Raya yang tidak jelas asal usulnya.

Naas, keduanya tewas dalam sebuah kecelakaan, terpaksa meninggalkan Raya yang akhirnya diasuh oleh sang nenek yang membencinya.

"T-tapi, Nek--" Baru saja Raya ingin berucap, neneknya sudah langsung menyela.

“Kamu berani membantah Nenek, Raya?”

Meski tanpa bentakan, Raya tahu kalau neneknya sedang marah dan Raya pun selalu tidak ingin membuat masalah dengan neneknya tersebut.

Sejak kecil, saat Raya dianggap tidak menurut dengan neneknya, dirinya kerap dihukum oleh sang nenek dengan berbagai cara. Hukuman-hukuman tersebut menimbulkan trauma tersendiri bagi Raya kecil hingga membuatnya tidak berani melawan apa pun kehendak neneknya sampai saat ini.

Merasa tak berdaya, Raya menundukkan kepalanya. Diam-diam tangan Raya menyelinap merogoh tasnya, meraih ponsel lalu membuka laman webnya. Mengetikkan keyword “Andromeda Prakarsa”.

“Paling tidak aku tahu siapa dia, bentuknya seperti apa,” batin Raya.

Jujur selama ini dia tidak tahu sama sekali siapa sosok itu, siapa keluarga Prakarsa. Raya tidak tertarik dengan kalangan atas karena sepupunya kerap kali memanfaatkan pergaulan sosialita untuk makin merendahkannya.

Raya menemukan banyak berita yang mengasumsikan betapa misterius, arogan, dan angkuhnya seorang Andromeda Prakarsa, yang juga disertai dengan berita tentang peristiwa kecelakaan maut beberapa tahun silam yang dialami Andromeda bersama kedua orang tuanya, yang menewaskan orang tua Andro tersebut.

“Ah, dia juga sudah tidak punya kedua orang tua,” batin Raya lagi. Entah mengapa makin ia mencari tahu, Raya justru makin penasaran. Pencapaian-pencapaian gemilang Andro terkubur artikel penuh asumsi dan berita duka.

Menelusuri lebih jauh, Raya menemukan foto kondisi Andromeda baru-baru ini. Dia dikabarkan baru pulih dari tidur panjangnya tahun lalu dan menderita kelumpuhan sehingga menyebabkan Andro harus memakai bantuan kursi roda untuk melakukan semua aktivitasnya.

Saat ini, ketika Raya masih asyik membaca artikel di ponselnya, ada tangan yang meraih ponsel Raya di bawah meja.

"Baca apa sih?" gerutu Yarina. Sekilas, ia melihat layar ponsel Raya sebelum melemparnya ke atas meja. "Halah, sudah deh. Bersyukur saja Nenek menjodohkanmu dengan anak keluarga terhormat. Coba cari sendiri kalau bisa! Siapa yang mau nikah sama anak dari ibu yang tidak jelas asal usulnya.”

Bola mata Raya melebar. Namun, ia hanya diam dan menatap sepupunya.

“Apa lihat-lihat? Kamu pikir aku takut diliatin kayak gitu?” Yarina balas memelototi Raya. "Lagi pula aku benar, kan? Tenang aja, kalian tetap cocok kok. Satunya spek pembantu satunya selalu butuh dibantu.”

Bibi Raya terkikik mendengar ucapan putrinya. Baru saja wanita itu mau menimpali, tiba-tiba sebuah suara bariton penuh wibawa terdengar dari pintu masuk ruangan pribadi tersebut.

“Siapa yang Anda maksud, Nona?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Hamrun Aditya Naufal Abiyyu
lumayan bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Jahat sekali keluarga neneknya Raya.....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • (Bukan) Istri Pilihan Sang Pewaris Lumpuh   TAMAT

    Arin dan juga Samuel bergegas menuju rumah Cantika begitu pulang sekolah. Suasananya jauh berbeda dari sebelumnya, semua orang di sana terlihat sangat berduka."Nek, Cantika mana ya?" tanya Arin sambil memberi salam."Ada di dalam, sana ke kamarnya ya."Arin langsung menarik tangan Samuel untuk mengikuti langkahnya, mereka memasuki kamar Cantika dimana sosok itu terlihat sedang bersiap. mereka akan pergi ke gereja untuk Misa Arwah."Cantika?"Sosok itu langsung menoleh seketika, air matanya langsung turun begitu dia melihat Arin. Sosok yang lebih kecil itu langsung menangis dengan kuat saat Arin memeluknya. Mengungkapkan perasaanya yang sebenarnya. Cantika benar benar merasa tersakiti, kehilangan sosok yang selalu bersamanya, membesarkannya, dia kehilangannya saat itu juga.Dunianya terasa runtuh, bahkan Cantika tidak yakin dirinya bisa bertahan tanpa sosok itu."Hei, udah.... Inget loh, Mama kamu ada di tempat terbaik bersama dengan Tuhan," ucap Arin mencoba untuk menenagkan sahabatn

  • (Bukan) Istri Pilihan Sang Pewaris Lumpuh   328 - Pacar Hebat

    Gala kembali ke rumah setelah mengantarkan sang Pujaan Hati. Dia terdiam sejenak di ambang pintu, rasanya sangat sepi tanpa kedua orang tua dan juga adik adiknya yang selalu ribut."Hiks... Aku merindukan kalian," ucapnya dengan Satu Tetes air mata yang tidak sempat jatuh; Gala lebih dulu menyukainya. "Tapi... Rasanya tenang sekali, hehehe."BUK!"Astaga naga!" teriak Gala dengan spontan saat sebuah sendal melayang dan mengenai kepalanya, akan membuatnya kini tengah tertunduk di atas lantai.Belum juga memarahi sosok yang membuatnya terjatuh dia terlebih dulu melihat dua orang yang sedang kejar-kejaran. "Kembali ke sini, Alden, kau harus mandi," teriak Mentari sambil membawa ember dan gayung yang berisi air.Di belakang sana ada pelayan yang berusaha mengeringkan lantai supaya tidak ada yang terjatuh. Gala mengerjapkan matanya. "Apa yang terjadi?" tanya Gala pada sang pelayan."Mari saya bantu Anda berdiri, Tuan muda.""Berapa lama mereka seperti itu?""Sejak Tuan Alden pulang ke ruma

  • (Bukan) Istri Pilihan Sang Pewaris Lumpuh   327 - Si Ular

    Galuh berjalan begitu saja melewati Gala dan gerombolannya, membuat Mentari menghela napas kemudian mengikuti sosok itu."Heh, kau mau kemana?!" teriak Gala pada sang adik."Masuk kelas.""Kenapa bersama dengannya?!""Kami sekelas!""Iya juga," gumam Gala baru mengingat.Yang mana membuat Cantika speechless dengan. Gala, tapi hal itu tidak mengurangi kekaguman Cantika terhadap sosok di depannya itu."Kapten, bisa kami Kembali ke kelas sekarang?""Ya, kembalilah ke kelas kalian, dan belajarlah dengan giat. Sudah sana.”Mereka yang ikut menghadang Galuh adalah pasukan basket, dimana Samuel yang memanggil mereka semua lewat Group Chat atas perintah Gala. Saat semuanya mulai bubar, di sana mulai tertinggal Gala yang masih menggenggam tangan Cantika, bersama dengan Samuel yang masih menatap heran pada pasangan baru itu."Lu ngapain masih di sana?" tanya Gala menyadari keberadaan Samuel."Lu jangan lupa, Gal, ada PR yang belum kelar. Cantika, bilang sama Gala buat berhenti nyontek sama gue

  • (Bukan) Istri Pilihan Sang Pewaris Lumpuh   326 - Pangeran Kuda Besi

    "Mommy dan Daddy akan ke Amerika sebentar, untuk menemani Oma sambil mengurus beberapa hal. Jaga baik baik adikmu ya. Dan jika butuh sesuatu, minta saja pada Samuel.""What the....," ucapan Gala terhenti tatkala dia mendapatkan tatapan tajam dari sang Mommy. "Kenapa Samuel?""Dia temanmu 'kan? Daddy tau dia bisa diandalkan, jadi Daddy memberinya upah untuk menjagamu." Andro bicara sambil memakai jasnya."Eoohh, dia itu lelet, Dad. Lagipula aku bisa sendiri.""Jangan seperti itu," ucap Raya dengan lembut, yang sontak membuat Gala bungkam. Mana bisa dia melawan bidadari kesayangannya. Jadi dia merentangkan tangannya dan memeluk sang Mommy. "Apa ini? nanti parfume Mommy menempel.""Hati hati dijalan ya, Mom. Jangan khawatirkan yang lain, adik adik akan aman bersama denganku."PLETAK! Andro melayangkan jitakan di kepala anaknya, membuat Gala mengaduh sambil melepaskan pelukannya. "Daddy ini kenapa?!""Pamitannya nanti, jangan lebay. Kau ini habis nonton apa semalam?""Film India," gumam G

  • (Bukan) Istri Pilihan Sang Pewaris Lumpuh   325 - Calon CEO

    Kenyataannya, mereka berdua hanya makan saat pulang sekolah saja. Selebihnya Gala kembali mengantarkan Cantika karena dirinya tiba-tiba ditelpon oleh sang pelatih untuk ke sekolah dan melakukan persiapan untuk pertandingan."Maaf ya, aku akan mengajakmu main lagi lain kali.""Jangan khawatir, aku baik baik saja," ucap Cantika yang masih berada di bangku belakang kuda besi tersebut.Sementara Gala tidak bisa menahan kekecewaannya terhadap diri sendiri. "Nanti malam aku akan menghubungimu, mengirimimu pesan. Oke?""Oke," ucap Cantika yang masih sedikit kikuk karena status diantara mereka kini tengah berubah.Yang mana pria yang sedang dia peluk saat ini adalah pacarnya. Astaga, rasanya Cantika ingin mati saja ketika mengingat Gala adalah pacaranya."Dan masalah Laura, jangan biarkan dia menggertakmu oke? Aku akan meminta pengacaraku untuk membereskannya.""Apa yang akan kau lakukan, Gala?" tanya Cantika khawatir."Tidak banyak, hanya membuatnya jera.""Jangan keterlaluan ya, dia bersika

  • (Bukan) Istri Pilihan Sang Pewaris Lumpuh   324 - Pacar Gala

    Sesuai perkataannya, Cantika tidak bisa berangkat bersama dengan Gala, dia berangkat bersama sang Kakek dimana dia diajak terlebih dahulu untuk makan bubur di tempat kesukaan kakeknya sebelum mereka pergi ke sekolah."Apa kau menyukai Gala?" tanya sang Kakek tiba tiba."Hmm? Ya, aku menyukainya, Kakek.""Jangan setengah-setengah jika suka, gas terus jika memang benar benar suka padanya," ucap sang Kakek saat Cantika sedang memakan bubur.Membuatnya tersedak dan batuk beberapa kali. Cantika menatap ponselnya, dimana Gala terakhir menghubunginya tadi malam, dimana dia mengatakan akan menagih jawaban sepulang sekolah. Dia juga berkata akan terlambat datang ke sekolah karena ada urusan dengan Daddy nya."Sudah makannya?""Sudah, Kek.""Ayo berangkat, anak cantik harus rajin," ucap sang Kakek membayar makanannya sebelum kembali menaiki motor bebek. "Kakek pulangnya nanti agak malam, sampaikan sama Nenek ya. Kakek harus memilah barang barang untuk di museum.""Iya, Kek.""Lumayan, Pak Praka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status