Lelaki yang memperkenalkan diri sebagai Chandra itu tersenyum. Ia menghampiri Tuan Hendra yang nampak tidak suka dengan kehadirannya.
“Ku dengar keluarga Tuan Wijayamemiliki sejumlah hutang kepada Anda,” ucapnya dengan nada lirih.Tuan Hendra berdecih. Pria tua itu terlihat jelas meremehkan pria muda di hadapannya ini.“Lalu apa urusannya denganmu? Anak muda jaman sekarang memang tidak memiliki sopan santun, suka sekali ikut campur urusan orang lain,” sahutnya dengan nada remeh."Aku ingin melunasinya.”Semua orang yang ada di sana terkejut mendengar penuturan Chandra. Sedangkan pria itu sendiri hanya berekspresi biasa dengan senyum cerah yang masih belum hilang dari wajahnya.“Apa kau yakin?” itu bukan Tuan Hendra yang bertanya, melainkan Nyonya Rini.Wanita baya itu mendekat ke arah Chandra dan bertanya dengan ekspresi terkejut yang nampak begitu jelas.Tidak ada kata apapun yang terucap dari bibir Chandra saat itu, hanya sebuah anggukan ringan yang mewakili jawaban yang diberikannya.“Kau yain bisa melunasi hutang mereka? Aku yakin jika anak muda sepertimu tidak memiliki uang sebanyak itu untuk melunasi hutang mereka,” ucap Tuan Hendra masih dengan nada meremehkan.Senyum kembali terumbar di wajah Chandra. Pria itu kemudian mengeluarkan selembar cek dan menuliskan sesuatu di sana sebelum kemudian memberikan cek tersebut pada Tuan Hendra.Cek dengan nominal tujuh puluh juta rupiah itu membuat Tuan Hendra terkejut bukan main. Ia sempat melihat sekali lagi ke arah Chandra sebelum mengajukan pertanyaan.“Kau mencoba menipuku dengan selembar kertas bodoh ini?” katanya masih dengan nada mengejek.Lagi-lagi hanya senyum yang terukir di wajah Chandra sebagai jawaban. Pria muda itu berdeham sejenak sebelum kemudian berucap.“Saya tahu anda mengerti dengan apa yang baru saja saya berikan. Dan Anda bisa menghubungi saya jika ternyata cek yang saya beri adalah palsu,” ujar Chandra memberikan kartu nama miliknya.Tuan Hendra terdiam sejenak sebelum kemudian ia menggambil kartu nama Chandra dengan kasar dan berlalu meninggalkan kediaman keluarga Do tanpa mengatakan apapun.Selepas kepergian Tuan Hendra, Chandra kembali menghadap ke arah Aruna yang masih saja mematung kebingungan. Lengkung manis masih terpasang dengan jelas di wajah Chandra. “Anda siapa?” pertanyaan pertama yang terlontar dari Tuan Wijaya.Chandra membungkuk sebelum kemudian memperkenalkan diri.“Perkenalkan. Saya adalah Chandra Adiguna. Perwakilan dari Aditya Group.”Nyonya Rini dan anak-anaknya melotot kaget, siapa yang tidak mengenal Aditya Group. Salah satu perusahaan paling berpengaruh di Negara mereka.“Apa tujuan anda datang ke mari dan membayar hutang kami?” pertanyaan itu terlontar dari mulut Aruna kemudian.Gadis yang saat ini mengenakan dress selutut berwarna gading itu melihat ke arah Chandra dengan mata memincing.Ia tentu merasa curiga dengan kehadiran Chandra yang secara tiba-tiba. Juga aksinya yang mau melunasi hutang keluarganya.Dirinya yakin jika apa yang dilakukan Chandra tidaklah Cuma-Cuma, tidak ada yang gratis di dunia ini.“Bisa kita bicara sebentar?” Chandra bertanya dengan nada sopan ke arah Aruna yang masih tertdiam.***Disinilah Chandra juga Aruna berada. Sebuah taman yang terletak tidak jauh dari rumah.Ada alasan khusus yang membuat keduanya memilih tempat tersebut. Chandra mengatakan jika apa yang akan dikatakannya adalah hal penting dan rahasia, oleh sebab itu mereka harus memilih tempat aman juga cukup sepi.Meski pada mulanya Aruna merasa enggan, juga khawatir. Ia tidak bisa menolak. Sang Ibu dengan tatapan mata tajamnya mengancam dirinya agar mauy menuruti Chandra saat itu.“Sebelumnya aku ingin meminta maaf atas kemunculan ku yang terlalu tiba-tiba,” Chandra membuka percakapan lebih dulu.“Sebenarnya apa maksud dan tujuanmu? Aku tahu jika aksimu melunasi hutang keluarga ku tidaklah cuma-cuma.”Chandra tersenyum mendengar perkataan Aruna yang to the point. Pria itu menghela napas panjang sebelum menyahuti perkataan Aruna.“Kau benar. Aku memiliki tujuan khusus untuk itu.”“Katakan. Apa tujuanmu sebenarnya,” sergah Aruna dengan cepat.Chandra melirik sekilas ke arah si gadis. Ia melihat Aruna dengan pandangan lekat dan hal itu membuat Aruna cukup salah tingkah dibuatnya.“Kenapa kau melihatku seperti itu?” tanya Aruna yang mulai merasa kurang nyaman dengan tatapan Chandra.Si pria menggeleng. Ia kembali menghela napas panjang sebelum berujar.“Aku ingin kau menikah,” ujarnya cepat.Aruna terbatuk.Ia tersedak tanpa alasan setelah mendengar perkataan Chandra yang terdengar tidak masuk akal.Menikah? Dengan pria ini? Yang benar saja!“Tidak terima kasih. Aku tidak mengenalmu dan tidak tahu siapa dirimu sebenarnya. Jika tujuanmu tidak ada bedanya dengan Tua Bangka itu, lebih baik kau ambil kembali uangmu,” kata Aruna dengan serius.Chandra melihat sejenak ke arah Aruna dengan eskpresi kebingungan. Hal itu membuat Aruna juga sebenarnya bertanya-tanya.“Siapa yang bilang kau akan menikah denganku?” tanyanya dengan wajah polos juga mata yang mengedip beberapa kali.“Kau bilang tadi, aku harusa menikah?” Aruna bertanya balik dengan wajah yang juga sama bigungnya.Hening sjenak sampai kemudian terdengar kekehan kecil dari Chandra, hal itu memancing Aruna untuk mengerutkan alisnya dengan bingung.“Kau memang harus menikah, tapi bukan denganku,” ujarnya kemudian.Belum sempat Aruna menyahuti apa yang dikatakan Chandra, pria itu lebih dulu menyambung perkataanya yang sebelumnya.“Kau akan menikah dengan Wisnu Aditya. CEO Aditya Group .”Perkataan Chandra selanjutnya mampu membuat Aruna bungkam seketika. Gadis itu melihat ke arah Chandra dengan wajah tidak percaya.Apa yang baru saja dikatakannya? Menikah dengan Wisnu Aditya? Yang benar saja!Aruna bukanlah seseorang yang kuper. Ia tahu siapa itu Wisnu Aditya, apalagi dengan dirinya yang memiliki perusahan besar semacam Aditya Group.“Kau gila, ya?” perkataan spontan Aruna membuat Chandra cukup terkejut.Selama ini jika dirinya berhadapan dengan seseorang, maka ia akan mendapatkan apapun yang dirinya inginkan. Apalagi jika dirinya mengatakan soal Aditya Group.“Aku memang tidak mengenal siapa itu Wisnu Aditya secara pribadi. Tapi aku tahu siapa itu Diandra Safa, dia adalah istri Wisnu Aditya!” Chandra menghela napas. Ia sudah menduga jika hal ini akan terjadi.“Ya, aku tahu. Wisnu memang telah menikah dengan Diandra, tapi dia ingin menjadikanmu sebagai Istrinya,” ucap Chandra menanggapi.“Hanya sekadar ingin kau tahu, aku tidak mau menikah dengan orang yang tidak ku cintai. Lagipula aku tidak ingin menjadi perusak hubungan orang lain. Sudah cukup bagiku mendapatkan kebencian dari keluargaku sendiri, aku tidak ingin mendapatkan hal itu dari orang lain.”Gadis itu memilih bangkit, baru saja dirinya ingin beranjak suara Chandra kembali menginterupsi.“Kau bisa saja menolak untuk menikah dengan Wisnu. Tapi itu berarti kau harus mengembalikan uang yang sudah ku gunakan untuk membayar hutang keluargamu sejumlah 70 juta rupiah.”Aruna tersentak kemudian kembali menoleh ke arah Chandra yang masih tetap diam di posisinya.Pria itu menghela napas kasar kemudian mendekat ke arah Aruna dan menepuk bahu gadis itu pelan sebelum kemudian berkata sesuatu.“Seperti yang kau katakan sebelumnya, tidak ada yang gratis di dunia ini,” ucapnya dengan senyum tipis yang saat ini terlihat begitu menjengkelkan di mata Aruna.“Apa kau sengaja melakukannya?” pertanyaan yang meluncur bebas dari mulut Aruna membuat Chandra terdiam sebentar. Gadis itu melanjutkan kemudian.“Kau sengaja melunasi hutang keluargaku dengan nominal yang jauh lebih besar agar kau bisa menggunakannya untuk menjebakku. Sebenarnya apa yang kau rencanakan!” teriakan Aruna membuat Chandra tersentak.Pria itu kemudian berpikir sejenak sebelum kemudian menanyakan sesuatu pada si gadis.“Jadi hutang keluargamu tidak sejumlah tujuh puluh juta?” Pertanyaan bodoh yang membuat Aruna mengerang frustasi. Ingin rasanya ia mematahkan leher pria di hadapannya saat ini yan
Aruna menoleh ke arah Chandra, melihat pria muda itu dengan tatapan bertanya.“Tidak usah berbicara omong kosong,” ucapnya dengan suara lirih.“Aku serius dengan perkataan ku. Kau bisa menempati apartemen ku yang ada di Surabaya dan memulai hidup baru mu di sana. Jauh dari keluarga mu,” sahut Chandra tenang.Pria itu kemudian mengeluarkan selembar kartu nama miliknya dan memberikannya kepada Aruna sebelum kemudian ia bangkit dan melangkah pergi lebih dulu.Meninggalkan Aruna yang masih saja terdiam dengan wajah kebingungan.Gadis itu beranjak kembali ke rumah dengan beragam pertanyaan yang muncul di benaknya. Ia bertanya-tanya soal mengapa Chandra seolah memaksanya untuk menikah dengan Wisnu terlepas dari uang yang sudah ia gunakan untuk membayar hutang keluarganya.Perkataan terakhir Chandra membuat pertanyaan Aruna kian bertambah besar.Apa yang sebenarnya Chandra maksud. Ia terdengar peduli, atau hanya kasihan. Tapi, untuk apa?Langkah Aruna sempat terhenti saat Ibu dan saudari ka
Setelah mendengar perkataan Chandra, di sinilah mereka pada akhirnya.Sebuah hotel mewah yang terletak di tengah kota Jakarta. Aruna masih saja diam berdiri di depan pintu utama gedung, gadis itu bahkan tertinggal dari Chandra yang sudah masuk ke dalam sana."Untuk malam ini kita akan…," perkataan Chandra tertahan saat ia menyadari Aruna tidak ada di belakangnya.Ia menoleh dan mendapati gadis itu tertinggal. Kemudian pria itu menghela napas dan menghampirinya."Apa yang kau pikirkan?" tanya Chandra membuat Aruna tersentak.Ia menggeleng kecil, berusaha menghindari tatapan mata Chandra yang menatapnya dengan penuh selidik."Ayo."Aruna tersentak, ia menatap ke arah tangannya yang saat ini tengah digandeng oleh Chandra. Membuatnya mau tidak mau mengikuti pria itu.Tidak ada yang dilakukan Aruna di depan meja resepsionis, ia hanya diam menunggu Chandra selesai memesan kamar untuk mereka."Hanya tersisa satu kamar. Sebaiknya aku mencari hotel lain saja," ucap Chandra menghampiri Aruna.
Pukul sepuluh saat Aruna dan Chandra keluar dari hotel tempat mereka menginap. Di parkiran sudah terparkir sebuah mobil SUV hitam yang menunggu mereka berdua."Terima kasih," ucap Aruna gugup saat Chandra membukakan pintu mobil bagian penumpang untuknya.Ia masih belum terbiasa mendapatkan perlakuan demikian oleh orang lain, terlebih ia dan Chandra hanyalah dua orang asing yang bertemu belum lama."Pak, saya mendapat pesan dari Tuan Wisnu untuk menyampaikan berkas ini pada Pak Chandra dan Nona Aruna."Sang supir menyerahkan dua map ke arah Chandra yang duduk di kursi belakang bersama Aruna. Pria itu mengernyit, ia menerima berkas tersebut yang rupanya berisi perjanjian kontrak antara Wisnu dan Aruna."Memangnya Wisnu kemana?" tanya Chandra penasaran."Kurang tahu, Pak. Saya hanya menyampaikan pesan saja," sahut Sang supir yang diangguki oleh Chandra."Kalau begitu, antarkan kami ke cafe dekat kantor saja, pak," pinta Chandra dengan sopan.Tidak lama kemudian mobil yang ditumpangi mer
Dehaman Chandra jadi suara pertama yang terdengar setelah beberapa saat. Baik Wisnu maupun Aruna sama-sama saking mengalihkan pandangan dengan raut berbeda.Aruna, gadis itu menghela napas gugup juga terbatuk kecil. Sementara Wisnu, pria itu tampak santai seolah tidak terjadi sesuatu."Nah, karena kalian sudah benar-benar bertemu. Dan kau, Aruna. Kau juga sudah melihat soal surat kontrak perjanjian, jadi sekarang bisa kita lanjutkan ke tahap selanjutnya?"Aruna terdiam mendengar perkataan Chandra. Entah untuk yang keberapa kali, perasaan ragu itu hinggap di hatinya. Meski ia tahu apa yang ia lakukan saat ini takkan dipedulikan oleh orang tua juga keluarganya, namun perasaan ragu itu terus membuatnya resah.Pertanyaan sama yang terus muncul di kepalanya seolah seperti kaset rusak yang begitu sulit untuk diperbaiki.Apa yang ia lakukan saat ini sudah benar? Apa tindakannya bukanlah sebuah kesalahan? "Aruna?Ia terkejut saat tangan Chandra melambai di depan wajahnya. Gadis itu tergagap
“Apa kau akan terus melanjutkan rencana gilamu, itu?” Wisnu bertanya dingin.Ekspresi pria itu datar dengan pandangan lurus ke arah sang istri.“Kenapa? Kau masih ingin terus memaksa ku untuk hamil dan melahirkan seorang anak? Bukannya dulu kau selalu mengatakan tidak apa jika kita tidak memiliki anak, kau bilang hidup bersama ku sudah lebih dari cukup,” balas Diandra santai.Dulu, lebih tepatnya sewaktu Wisnu melamar Diandra.Wanita itu pernah menyinggung soal keturunan, ia pernah mengatakan pada Wisnu jika mungkin saja mereka tidak akan memiliki anak setelah menikah nantinya, dan Wisnu menjawab jika ia tidak merasa keberatan dengan hal itu.Pria itu mengtakan jika ia tidak terlalu memikirkan soal keturunan, ia akan mengikuti pilihan Diandra jika memang dirinya tidak ingin atau mungkin saat itu Wisnu berpikir belum, ingin memiliki seorang anak.Namun keadaan berbalik setelah keduanya menikah selama beberapa waktu. Keluarga terus mendesak agar mereka lekas memiliki anak, dan dari sana
Aruna hanya diam menyimak. Tiga orang di sekitarnya terus saja membahas sesuatu yang tidak dirinya mengerti. Tapi meski begitu Aruna tetap mendengarkan apa yang tengah mereka katakan."Jadi, bagaimana Aruna?"Pertanyaan Chandra membuat Aruna terkejut. Gadis itu hanya terdiam dengan bola mata yang membola. Sejujurnya ia tidak tahu dengan apa yang baru saja ditanyakan oleh Chandra. Ia terlalu sibuk melamun, tenggelam dengan isi kepalanya sendiri."Karena kau sudah menyetujui kerja sama dengan Wisnu, ku harap kau bisa melakukannya dengan sepenuh hati. Juga berjanji untuk menjaga rahasia ini dari siapapun. Aku mempercayai mu."Aruna menatap Diandra yang tengah menggengam tangannya dengan erat. Entah, meski senyum wanita itu terlihat begitu tulus tapi Aruna merasa ada sesuatu yang lain.Ia merasa sesuatu yang janggal tapi ia sendiri tidak tahu apa itu."Begini, mulai besok kau akan menjalani prosedur kehamilan. Aku akan mengantarkan mu," ucap Chandra kemudian."Tiba-tiba?" tanya Aruna kage
Melihat bagaimana raut wajah Wisnu yang dingin, membuat Aruna dan Chandra saling bertatap selama beberapa detik."Kami baru saja berbelanja bahan makanan di pasar," jawab pria itu enteng.Ia kemudian menggandeng salah satu tangan Aruna dan mengajak gadis itu masuk ke dalam, mengabaikan Wisnu yang masih terdiam di tempatnya."Apa tidak apa? Maksud ku, mengabaikan Wisnu," ujar Aruna begitu keduanya sampai di dapur.Chandra yang tengah mengeluarkan belanjaan mereka terhenti, pria itu menatap sebentar ke arah Aruna dan tersenyum."Tidak masalah. Jika ia melakukan sesuatu atau bertindak tidak menyenangkan, kau bisa melaporkannya padaku," jawab Chandra."Lebih baik sekarang kau bantu aku memasak saja, kau harus merasakan masakan ku," ucap Chandra berusaha mengalihkan topik.Aruna tersenyum. Baru saja ia akan meraih pisau, suara Wisnu lebih dulu menginterupsi."Aruna, ikut saya sebentar."Pria itu hanya berkata sekali, kemudian ia melangkah pergi meninggalkan area dapur dengan wajah dinginny