Share

03

Lelaki yang memperkenalkan diri sebagai Chandra itu tersenyum. Ia menghampiri Tuan Hendra yang nampak tidak suka dengan kehadirannya.

“Ku dengar keluarga Tuan Wijayamemiliki sejumlah hutang kepada Anda,” ucapnya dengan nada lirih.

Tuan Hendra berdecih. Pria tua itu terlihat jelas meremehkan pria muda di hadapannya ini.

“Lalu apa urusannya denganmu? Anak muda jaman sekarang memang tidak memiliki sopan santun, suka sekali ikut campur urusan orang lain,” sahutnya dengan nada remeh.

"Aku ingin melunasinya.”

Semua orang yang ada di sana terkejut mendengar penuturan Chandra. Sedangkan pria itu sendiri hanya berekspresi biasa dengan senyum cerah yang masih belum hilang dari wajahnya.

“Apa kau yakin?” itu bukan Tuan Hendra yang bertanya, melainkan Nyonya Rini.

Wanita baya itu mendekat ke arah Chandra dan bertanya dengan ekspresi terkejut yang nampak begitu jelas.

Tidak ada kata apapun yang terucap dari bibir Chandra saat itu, hanya sebuah anggukan ringan yang mewakili jawaban yang diberikannya.

“Kau yain bisa melunasi hutang mereka? Aku yakin jika anak muda sepertimu tidak memiliki uang sebanyak itu untuk melunasi hutang mereka,” ucap Tuan Hendra masih dengan nada meremehkan.

Senyum kembali terumbar di wajah Chandra. Pria itu kemudian mengeluarkan selembar cek dan menuliskan sesuatu di sana sebelum kemudian memberikan cek tersebut pada Tuan Hendra.

Cek dengan nominal tujuh puluh juta rupiah itu membuat Tuan Hendra terkejut bukan main. Ia sempat melihat sekali lagi ke arah Chandra sebelum mengajukan pertanyaan.

“Kau mencoba menipuku dengan selembar kertas bodoh ini?” katanya masih dengan nada mengejek.

Lagi-lagi hanya senyum yang terukir di wajah Chandra sebagai jawaban. Pria muda itu berdeham sejenak sebelum kemudian berucap.

“Saya tahu anda mengerti dengan apa yang baru saja saya berikan. Dan Anda bisa menghubungi saya jika ternyata cek yang saya beri adalah palsu,” ujar Chandra memberikan kartu nama miliknya.

Tuan Hendra terdiam sejenak sebelum kemudian ia menggambil kartu nama Chandra dengan kasar dan berlalu meninggalkan kediaman keluarga Do tanpa mengatakan apapun.

Selepas kepergian Tuan Hendra, Chandra kembali menghadap ke arah Aruna yang masih saja mematung kebingungan. 

Lengkung manis masih terpasang dengan jelas di wajah Chandra. 

“Anda siapa?” pertanyaan pertama yang terlontar dari Tuan Wijaya.

Chandra membungkuk sebelum kemudian memperkenalkan diri.

“Perkenalkan. Saya adalah Chandra Adiguna. Perwakilan dari Aditya Group.”

Nyonya Rini dan anak-anaknya melotot kaget, siapa yang tidak mengenal Aditya Group. Salah satu perusahaan paling berpengaruh di Negara mereka.

“Apa tujuan anda datang ke mari dan membayar hutang kami?” pertanyaan itu terlontar dari mulut Aruna kemudian.

Gadis yang saat ini mengenakan dress selutut berwarna gading itu melihat ke arah Chandra dengan mata memincing.

Ia tentu merasa curiga dengan kehadiran Chandra yang secara tiba-tiba. Juga aksinya yang mau melunasi hutang keluarganya.

Dirinya yakin jika apa yang dilakukan Chandra tidaklah Cuma-Cuma, tidak ada yang gratis di dunia ini.

“Bisa kita bicara sebentar?” Chandra bertanya dengan nada sopan ke arah Aruna yang masih tertdiam.

***

Disinilah Chandra juga Aruna berada. Sebuah taman yang terletak tidak jauh dari rumah.

Ada alasan khusus yang membuat keduanya memilih tempat tersebut. Chandra mengatakan jika apa yang akan dikatakannya adalah hal penting dan rahasia, oleh sebab itu mereka harus memilih tempat aman juga cukup sepi.

Meski pada mulanya Aruna merasa enggan, juga khawatir. Ia tidak bisa menolak. Sang Ibu dengan tatapan mata tajamnya mengancam dirinya agar mauy menuruti Chandra saat itu.

“Sebelumnya aku ingin meminta maaf atas kemunculan ku yang terlalu tiba-tiba,” Chandra membuka percakapan lebih dulu.

“Sebenarnya apa maksud dan tujuanmu? Aku tahu jika aksimu melunasi hutang keluarga ku tidaklah cuma-cuma.”

Chandra tersenyum mendengar perkataan Aruna yang to the point. Pria itu menghela napas panjang sebelum menyahuti perkataan Aruna.

“Kau benar. Aku memiliki tujuan khusus untuk itu.”

“Katakan. Apa tujuanmu sebenarnya,” sergah Aruna dengan cepat.

Chandra melirik sekilas ke arah si gadis. Ia melihat Aruna dengan pandangan lekat dan hal itu membuat Aruna cukup salah tingkah dibuatnya.

“Kenapa kau melihatku seperti itu?” tanya Aruna yang mulai merasa kurang nyaman dengan tatapan Chandra.

Si pria menggeleng. Ia kembali menghela napas panjang sebelum berujar.

“Aku ingin kau menikah,” ujarnya cepat.

Aruna terbatuk.

Ia tersedak tanpa alasan setelah mendengar perkataan Chandra yang terdengar tidak masuk akal.

Menikah? Dengan pria ini? Yang benar saja!

“Tidak terima kasih. Aku tidak mengenalmu dan tidak tahu siapa dirimu sebenarnya. Jika tujuanmu tidak ada bedanya dengan Tua Bangka itu, lebih baik kau ambil kembali uangmu,” kata Aruna dengan serius.

Chandra melihat sejenak ke arah Aruna dengan eskpresi kebingungan. Hal itu membuat Aruna juga sebenarnya bertanya-tanya.

“Siapa yang bilang kau akan menikah denganku?” tanyanya dengan wajah polos juga mata yang mengedip beberapa kali.

“Kau bilang tadi, aku harusa menikah?” Aruna bertanya balik dengan wajah yang juga sama bigungnya.

Hening sjenak sampai kemudian terdengar kekehan kecil dari Chandra, hal itu memancing Aruna untuk mengerutkan alisnya dengan bingung.

“Kau memang harus menikah, tapi bukan denganku,” ujarnya kemudian.

Belum sempat Aruna menyahuti apa yang dikatakan Chandra, pria itu lebih dulu menyambung perkataanya yang sebelumnya.

“Kau akan menikah dengan Wisnu Aditya.  CEO Aditya Group .”

Perkataan Chandra selanjutnya mampu membuat Aruna bungkam seketika. Gadis itu melihat ke arah Chandra dengan wajah tidak percaya.

Apa yang baru saja dikatakannya? Menikah dengan Wisnu Aditya? Yang benar saja!

Aruna bukanlah seseorang yang kuper. Ia tahu siapa itu Wisnu Aditya, apalagi dengan dirinya yang memiliki perusahan besar semacam Aditya Group.

“Kau gila, ya?” perkataan spontan Aruna membuat Chandra cukup terkejut.

Selama ini jika dirinya berhadapan dengan seseorang, maka ia akan mendapatkan apapun yang dirinya inginkan. Apalagi jika dirinya mengatakan soal Aditya Group.

“Aku memang tidak mengenal siapa itu Wisnu Aditya secara pribadi. Tapi aku tahu siapa itu Diandra Safa, dia adalah istri Wisnu Aditya!” 

Chandra menghela napas. Ia sudah menduga jika hal ini akan terjadi.

“Ya, aku tahu. Wisnu memang telah menikah dengan Diandra, tapi dia ingin menjadikanmu sebagai Istrinya,” ucap Chandra menanggapi.

“Hanya sekadar ingin kau tahu, aku tidak mau menikah dengan orang yang tidak ku cintai. Lagipula aku tidak ingin menjadi perusak hubungan orang lain. Sudah cukup bagiku mendapatkan kebencian dari keluargaku sendiri, aku tidak ingin mendapatkan hal itu dari orang lain.”

Gadis itu memilih bangkit, baru saja dirinya ingin beranjak suara Chandra kembali menginterupsi.

“Kau bisa saja menolak untuk menikah dengan Wisnu. Tapi itu berarti kau harus mengembalikan uang yang sudah ku gunakan untuk membayar hutang keluargamu sejumlah 70 juta rupiah.”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ibu Sigit
kurang banyak hutangnya..moso cm segitu jaminan nya orang.. harusnya 700 juta
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status