Share

15. Perang Urat Syaraf

“Selamat datang, ada yang bisa kami bantu?”

Salah satu pegawai tokoku seperti biasa bertingkah ramah pada pembeli. Aku yang tengah duduk santai di kursi yang disediakan untuk pengunjung menoleh ke arah si pembeli.

“Hai, Mbak Tiara.”

“Oh hai, apa kabar Mbak Amanda? Ada yang bisa kami bantu?”

“Saya mau membeli brownis cokelat.”

“Oh, Keisya tolong layani Mbak ini.”

“Baik Mbak. Mari Mbak saya antar.”

Dalam hati aku mencebik. Dulu sebelum hubunganku dengan Gilang terlalu jauh. Aku berharap Amanda segera memainkan peran antagonisnya sebagai pelakor. Tapi sekarang? Entahlah, ambigu. Ada sisi hatiku yang berharap Gilang tetap jadi suamiku. Sisi lainnya, aku ingin segera berpisah dari Gilang.

“Sudah dapat Mbak Amanda?” tanyaku dengan tetap memasang wajah ceria dan senyum manis.

“Sudah. Boleh aku duduk di sini gak?”

“Boleh.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status