Beranda / Rumah Tangga / Bukan Jodoh Pilihan / 2. Bakti Pada Orang Tua

Share

2. Bakti Pada Orang Tua

Penulis: Bai_Nara
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-28 08:50:17

🍁 Gilang 🍁

“Papah minta kamu menikah sama Tiara, dia anak sahabat papah. Papah yakin dia anak yang baik,” titah Papah penuh ketegasan.

“Tapi Pah, demi Allah, Gilang gak cinta sama dia. Gilang cintanya sama Amanda. Amanda gadis yang baik Pah,” kekeuhku.

“Amanda putranya Rosna? Si perebut suami orang lain, bahkan membuat suaminya sendiri mati karena menahan sakit hati? Mamah gak setuju kamu sama Amanda. Apa kamu gak lihat kakak lelakinya? Si Anton persis ibunya. Merebut istri sepupumu, Martin. Paling Amanda gak jauh beda sama ibu dan kakaknya. Paling nanti juga selingkuh bahkan jadi pelakor. Camkan omongan mamahmu ini,” sinis mamah.

“Ya Allah, Mah. Amanda gak seperti itu. Amanda gadis baik. Gilang cinta sama Amanda.”

“Oke nikahi dia, tapi akan mamah doakan hidup kamu gak berkah. Tak akan pernah ada kebahagiaan dalam rumah tangga kalian. Gak akan ada harta gak akan ada anak dan awas saja kalau nanti kamu berani selingkuh atau menjadikan Amanda istri keduamu. Mamah akan doakan lebih buruk dari apa yang mamah katakan tadi.” Mamah kemudian pergi meninggalkanku bahkan Papah juga. Aku terduduk lemas melihat kebekuan hati mereka.

Amanda adalah sepupu jauhku, ayah Amanda kerabat Mamah. Saat mengetahui ibu Amanda selingkuh dan memilih lelaki lain. Om Heri, ayahnya Manda meninggal karena depresi. Keluarga besar sangat membenci Tante Rosna sejak saat itu. Bahkan Mamah menolak segala hal yang berhubungan dengan Tante Rosna termasuk hubungan percintaanku dengan Amanda.

***

“Mas,” panggil Amanda lirih. Aku hanya diam dan sibuk menatap ke depan.

Saat ini kami tengah duduk di dekat danau. Di sini tempat kami sering menghabiskan waktu bersama selama lima tahun hubungan kami. Tak pernah sekalipun kami berbuat lebih. Selain karena aku memang dididik sangat keras oleh kedua orangtuaku untuk menghargai wanita, aku juga ingin menunjukkan bahwa Amanda adalah wanita baik yang mampu menjaga kehormatannya.

“Mas marah? Maaf Mas, Manda akan lebih hati-hati.”

“Kenapa kamu sepolos ini Manda, mau-maunya kamu diajak ke hotel oleh Rico. Untung saja aku datang sebelum dia berbuat jauh padamu.”

“Maaf,” ucapnya menahan tangis.

Aku benar-benar kalut saat melihat Rico tengah menindih tubuh Amanda. Aku saja yang lama berpacaran dengannya tak pernah berbuat lebih selain menggenggam tangannya. Bahkan memeluknya saja aku tak berani karena takut khilaf.

“Mas, maaf. Aku sangat kalut karena kau akan ....”

“Aku tahu. Tapi bukan berarti kamu mau saja diajak Rico kemana pun Manda,” ucapku sedikit keras.

Setelahnya aku terdiam lama sedangkan Amanda menangis semakin tersedu.

“Aku takut menghadapi hari esok, Mas. Saat mengetahui kenyataan kamu mungkin tidak akan bisa kumiliki. Mas, kenapa tadi kamu tak mau menyentuhku? Setidaknya jika kita tidak bersama, aku pernah memberikan sesuatu yang berharga, milikku kupersembahkan untukmu.”

“Tidak Manda, aku hanya akan mengambilnya jika kita sudah terikat pernikahan. Dan aku sedang memperjuangkanmu.”

“Sampai kapan Mas?”

“Entahlah, aku tak tahu.”

Amanda menangis, sungguh hatiku sakit. Dia gadis yang baik tapi sayang tingkah laku ibu dan kakaknya membuatnya ikut merasakan dampaknya. Dipandang hina oleh masyarakat.

“Mas ....” Amanda mendekat ke arahku. Aku segera berdiri. Radarku menyuruhku untuk segera pergi.

“Aku sudah memanggilkan taksi untukmu, Manda. Aku mohon jangan seperti ini. Ingat Tuhan. Aku pergi dulu.” Aku segera pergi meninggalkan Amanda. Jujur, aku takut Amanda akan menggodaku lagi. Dan aku takut tergoda sehingga melakukan kesalahan yang akan kusesali seumur hidupku.

Bukan sekali ini, bahkan berkali-kali Manda bermaksud menggodaku agar aku mau menyentuhnya. Aku tahu ia menjadi seperti ini karena perasaan kalut dan rasa cintanya padaku. Dia sedang berada pada fase tak memiliki arah. Makanya, aku yang harus bisa menahan diri.

Aku sudah memperjuangkan Amanda dan berusaha meluluhkan hati kedua orang tuaku agar mau menerima Amanda sebagai menantu. Perjuanganku selama lima tahun untuk meyakinkan kedua orangtuaku ternyata sia-sia. Kedua orang tuaku kekeuh tak mau menerima Amanda.

Pertemuan terakhir kami terjadi seminngu yang lalu. Aku meminta maaf pada Amanda karena tidak bisa memperjuangkannya. Terlihat raut muka Amanda yang terluka bahkan tanpa sadar kami berpelukan. Aku menangis pun dengan Amanda.

“Sebelum kita berpisah, ijinkan aku menyerahkan hartaku untuku, Mas.” Amanda mengucap kalimat itu dengan terisak.

“Tidak Manda, aku tak mau. Jagalah untuk suamimu kelak. Maafkan aku.” Aku melepaskan pelukan kami. Tanpa menoleh padanya aku pun segera pergi. Aku takut khilaf dan mengiyakan permintaan Amanda. Sejak perpisahan itu, kami tak pernah bertemu. Rekan kerja Amanda bilang, Amanda resign dan pergi bersama keluarganya. Aku merasa kehilangan. Tapi tak mampu berbuat apapun untuk Amanda. Hanya doa yang dapat kuberikan padanya.

“Semoga kamu akan menemukan bahagiamu, Amanda.” Doaku dalam hati.

***

Di sinilah aku, di sebuah kamar pengantin yang sengaja dihias sangat indah. Sayang aku tak merasakan kebahagiaan layaknya pengantin baru. Bahkan istriku sendiri dengan tegas menolakku. Dan apa dia bilang? Jika aku menikahi Manda maka akan ia jadikan alasan untuk bercerai?

Rupanya dia sudah mendapat banyak info tentangku. Sayang dugaannya tentang aku dan Manda yang keluar dari hotel itu salah besar. Ingin sekali kuungkapkan kebenarannya tapi sepertinya percuma, dia tak akan percaya padaku.

Lihatlah, bahkan ia memilih masuk ke ruang kerjanya. Cukup lama aku menunggunya. Aku segan tidur duluan, padahal si pemilik kamar masih berada di sebelah. Karena penasaran aku berdiri dan melihat ke ruang kerja Tiara. Astaga! Dia tidur?

Aku hanya bisa menarik nafas kasar. Benar-benar gadis menyebalkan. Dingin, angkuh, jutek, cuek, nyebelin, untung cantik. Eh ... aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Apa sih, Lang? Amanda juga cantik tahu. Baik dan murah senyum lagi. Gerutuku dalam hati. Akhirnya karena rasa lelah, aku pun tertidur.

***

Aku harus memasang wajah penuh senyum menghadapi godaan dan bully-an baik dari keluargaku dan Tiara. Sejak tadi kami digoda terus. Apaan maksud mereka? Iya memang aku keramas karena merasa gerah dan lengket. Tapi aku belum buka segel tahu. Aku sendiri bingung, apakah pernikahan kami akan berlanjut atau berakhir suatu hari nanti?

“Tiara, siapkan makanan untuk suamimu!” perintah Om Bara, Papah mertuaku tegas.

“Iya Pah.” Meski enggan, Tiara tak bisa membantah ucapan papahnya.

“Makasih.” Kuucapkan saat Tiara menyerahkan sepiring nasi dan lauk kepadaku.

Dia hanya melirikku tanpa senyum, ya Allah kenapa jodohku wanita berhati dingin seperti ini?

“Papah mau makan apa?” tanya Tiara pada Papah mertua.

“Papah pake sayur sop sama tempe gorengnya saja ya, Nduk.”

“Iya Pah.” Aku melongo dengan perlakuan Tiara pada Papah mertua. Sangat lembut dan penuh perhatian. Beda sekali perlakuannya kepadaku.

Aku akui belum ada rasa apapun pada istriku, tapi melihat sikapnya saat meladeni Papah mertua, entah kenapa hatiku berdesir. Aku ingat doaku sejak dulu, memiliki istri yang penuh perhatian dan telaten dalam merawatku. Apa mungkin Tiara adalah jawabannya? Entahlah, aku pun tak tahu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bukan Jodoh Pilihan   35. Muara Cinta

    Menjalani kehidupan berumah tangga itu bagaikan naik roller coaster. Kadang naik, kadang turun, kadang landai lintasannya. Namun, semua itu selalu disyukuri oleh pasangan Shaka dan Safa. Meski terkadang keributan selalu ada tetapi mereka bersyukur, rasa cinta yang awalnya tak ada kini begitu tersemai membuat masing-masing tak pernah menyalahkan masa lalu mereka.Ya, meski pertemuan keduanya tidak baik hingga melakukan kesalahan fatal. Tetapi keduanya bertekad untuk menjalani rumah tangga dengan lebih baik. Safa yang selama ini selalu menganggap jika kisah percintaannya selalu berakhir tragis, akhirnya menemukan muara cintanya. Dia adalah Shaka. Lelaki baik yang mampu menjadikannya ratu di rumah. Meski kadang suaminya sedikit menyebalkan tetapi Safa tetap cinta. Orang kan gak ada yang sempurna termasuk dirinya. Asal dia jangan diduakan, itu sudah jadi harga mati.Dan Shaka yang selalu dibayangi kesalahan sang ayah, kini menemukan cintanya. Dia adalah Safa. Safa yang telah membuatnya ja

  • Bukan Jodoh Pilihan   34. Balas Dendam Shaka

    Hampir dua minggu Shaka dirawat setelah sadar dari komanya. Kini Shaka mulai berlatih berjalan dengan bantuan tongkat kruk. Selama seminggu sekali dia harus kontrol hingga pada bulan ketiga setelah dia sadar, Shaka sudah bisa berjalan dengan lancar meski kadang-kadang masih merasakan nyeri pada kaki yang pernah terluka.Hari ini, adalah hari persidangan akhir dari Firman untuk kasus pembunuhan berencana terhadap Amanda dan calon suaminya. Shaka datang bersama Safa, Ajeng, Ari, Revan, Gilang, Erik dan Radit.Sidang berjalan lancar karena Firman sepertinya sudah pasrah. Setelah pembacaan putusan sidang, hakim kepala mengetuk palu sebagai tanda berakhirnya sidang. Shaka menemui Firman. Firman menatap Shaka dengan penuh amarah."Puas kamu. Puas kalian?!" teriaknya dari balik kursi roda. Cedera kaki Firman lebih parah dari Shaka sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk penyembuhan.Firman terus mengumpati Shaka namun balasan Shaka adalah sebuah pelukan. Membuat Firman terdiam. Bahk

  • Bukan Jodoh Pilihan   33. Shaka Sadar

    Shaka membuka matanya. Ternyata dia berada di sebuah taman yang indah. Shaka mengelilingi taman guna mencari seseorang yang bisa dia tanyai. Shaka merasa heran. Dia merasa asing dengan tempat yang dia datangi saat ini."Aku dimana? Bukannya aku kecelakaan. Safa mana?"Shaka terus saja berkeliling hingga tatapannya tertuju pada sosok lelaki yang sedang duduk di bawah pohon rindang dengan memangku seorang gadis kecil. Shaka berjalan ke arahnya. "Pak maaf. Apa Ba—"Lelaki yang dipanggil oleh Shaka mendongakkan wajah lalu tersenyum. Shaka sendiri hanya bisa mengatupkan bibirnya. Cukup lama Shaka berada dalam keterdiaman pun lelaki tua di depannya dan sosok gadis cilik yang dengan santai bergelayut manja pada pangkuan sang kakek."Kakek, aku rindu Mamah.""Iya sayang, ayok kita temui ibumu."Lelaki itu berdiri, dia menggenggam tangan si gadis cilik, bersama-sama keduanya berbalik. Baru tiga langkah kedua pasangan itu melangkah namun dicegah oleh Shaka."Tunggu. Kalian mau kemana?"Lelaki

  • Bukan Jodoh Pilihan   32. Farhan Pamit

    Revan menatap sinis pada Bayu dan Farhan. Mereka semua dipanggil ke kantor polisi terkait peristiwa tabrak lari yang dialami Shaka dan Safana. Polisi sudah menindaklanjuti laporan Revan, bahkan bukti-bukti sudah sampai di hadapan penyidik. Revan tentu saja tersenyum puas. Sudah bisa dipastikan dua orang itu akan di penjara setelah keluar dari rumah sakit. Revan sudah mendapatkan kabar jika Firman sudah sadar. Dan itu bagus. Polisi jadi bisa langsung menindak si biang onar."Jadi begitulah, Pak Farhan dan Pak Bayu. Semua bukti mengarah pada Saudara Firman terkait kecelakaan yang dialami Saudara Shaka dan istrinya. Dan satu hal lagi. Pihak kepolisian Surabaya sudah berhasil menangkap Saudara Hari. Saudara Hari sudah memberikan keterangan sejelas-jelasnya perihal kematian Saudari Amanda dan calon suaminya. Dan tentu saja, Pak Farhan pasti paham maksud saya."Sang penyelidik berhenti bicara. Dia sengaja menjeda kalimatnya. Farhan hanya bisa menunduk pasrah."Iya Pak.""Kami akan terus me

  • Bukan Jodoh Pilihan   31. Penyesalan

    Ajeng sedang menangis di bahu sang suami. Pun dengan Andini. Dia bahkan sempat pingsan saat mendengar anak dan menantunya mengalami musibah.Revan yang baru datang bersama Alif langsung menuju TKP. Kini, keduanya sedang mendengarkan kronologi kejadian yang menimpa adiknya dari salah satu petugas."Tabrak lari?" tanya Revan."Iya, Pak. Berdasarkan rekaman CCTV, di sekitar jalan yang dilewati Ibu Safa dan Pak Shaka, terekam jelas jika mobil sempat berhenti lalu tiba-tiba melaju kencang saat kedua korban hendak menyeberang.""Kurang ajar. Plat nomernya bisa dilacak?""Sedang dilacak, Pak. Kebetulan plat nomernya terbaca di CCTV. Beberapa korban yang lain juga sempat memotretnya."Revan manggut-manggut. Sang polisi pamit untuk kembali bertugas. Sementara Revan dan Alif segera masuk ke rumah sakit dan segera menuju ruang IGD rumah sakit Bunda Kasih."Pah, Mah. Om, Tante. Gimana Safa sama Shaka?"Andini langsung memeluk putranya. Dia menceritakan kondisi Safa dan Shaka."Keponakanku gimana?

  • Bukan Jodoh Pilihan   30. Firman Gelap Mata

    Firman melempar ponselnya dengan keras. Beruntung ponselnya adalah ponsel mahal sehingga tahan banting. Dia marah karena lagi-lagi akan masuk ke dalam penjara. Pasal yang ditujukan padanya saat ini adalah pencemaran nama baik, pelaku video mesum dan penyebarnya. Sementara Diana yang duduk di sofa apartemennya hanya bisa menunduk. Dia pun akan dijebloskan ke penjara dengan tuduhan pencemaran nama baik dan pelaku video mesum."Argh. Pengacara yang disewa kamu itu kenapa bisa kalah? Kamu bilang dia salah satu pengacara terbaik. Kenapa bisa kalah?""A-aku gak tahu.""Arghhhh!"Firman membanting apa saja yang ada di apartemennya. Diana sendiri lebih memilih diam. Sesekali mengelus perutnya. Ponsel Firman kembali berdering. Dengan malas-malasan dia berjalan menuju dimana ponselnya tergeletak. Nama yang tertera di layar membuat Firman mengernyit, dia segera mengangkat ponselnya."Hai, Bro. Ada a—""Polisi sudah menemukan bukti keterlibatan kamu dalam kematian Amanda dan calon suaminya. Oran

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status