Share

Bab 107

Auteur: Ayesha
Harvis mengangkat kepala, sorot matanya penuh dengan pergulatan batin. Brielle berkedip, justru semakin penasaran menatapnya.

Genggaman erat di tangan Harvis akhirnya mengendur. Dia menarik napas panjang dan berkata, "brie, sebaiknya ... aku kasih tahu kamu lain waktu saja."

Namun, rasa ingin tahu Brielle sudah terlanjur terpicu. Dia mencoba meyakinkan Harvis. "Kak Harvis, apa sih yang nggak bisa dibicarakan di antara kita? Katakan saja. Aku ingin penelitian ini segera dimulai."

Harvis menatapnya dengan sorot penuh rasa sayang, lalu bertanya, "Kalau orang yang akhirnya akan diselamatkan dari penelitian ini adalah Devina ... kamu masih mau ikut?"

Brielle tentu tidak rela menyelamatkan Devina. Namun dia juga tahu, penelitian ini bukan hanya untuk satu orang. Hasilnya bisa menyelamatkan banyak pasien yang menderita penyakit mematikan.

Terlebih, menaklukkan leukemia adalah cita-cita seumur hidupnya.

Dia harus segera ikut dalam penelitian ini. Berdasarkan arah risetnya sekarang, ada peluang
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 374

    Wajah Brielle jelas menunjukkan penolakan. "Aku sudah ada janji malam ini.""Belakangan ini kesehatan Nenek nggak terlalu baik dan dia terus-menerus ingin bertemu denganmu," kata Raka pelan. Mendengar nama Emily, hati Brielle pun melunak sedikit.Sejak pertama kali bertemu dengan Emily, Brielle selalu merasakan kehangatan tulus darinya. Karena kakek dan nenek Brielle sudah lama meninggal saat dia masih kecil, perhatian dan kasih sayang dari Emily terasa seperti pengganti yang tulus dari keluarga yang hilang.Nenek itu benar-benar tulus menyayanginya.Namun, mengingat kejadian-kejadian yang baru saja terjadi, Brielle kembali menguatkan hatinya. "Lain kali saja, aku akan sempatkan untuk menjenguk Nenek."Raka tampak tidak berniat memaksa lagi. Namun tepat saat itu, ponsel Brielle berdering, nama Emily muncul di layar. Raka juga melihatnya dan berkata dengan suara rendah, "Aku ke dalam dulu menjemput Anya."Brielle akhirnya mengangkat telepon itu. "Halo, Nenek Emily.""Sayang, Nenek denga

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 373

    "Maaf, sudah membuatmu menunggu lama.""Nggak apa-apa," jawab Lambert sambil tersenyum tipis. "Aku penasaran, ada urusan apa Pak Sigit menemuimu?"Brielle sempat ragu sejenak sebelum menjawab, "Dia memperkenalkanku pada seorang tokoh penting, membicarakan sedikit soal pekerjaan."Melihat Brielle tidak ingin membahas lebih jauh, Lambert pun tidak memaksa. "Kamu bawa mobil sendiri? Kalau nggak, biar aku antar pulang.""Terima kasih, aku bawa mobil sendiri kok," jawab Brielle lembut sambil tersenyum. Tatapannya penuh rasa terima kasih. "Tapi tetap terima kasih atas bunganya hari ini."Lambert tersenyum hangat, menatap Brielle dengan lembut. "Sama-sama." Dia terdiam sejenak, seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi akhirnya hanya berkata pelan, "Kalau begitu, aku pergi dulu. Kalau ada apa-apa, hubungi aku kapan saja."Brielle menganggukd an menatapnya sampai sosoknya menghilang dari pandangan.Setelah naik ke mobil, Brielle membuka ponselnya dan mencari kontak Niro. Dia mengirim pesan.[ Niro

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 372

    Tak lama kemudian, Brielle dibawa masuk ke sebuah ruang kantor. Beberapa saat kemudian, Sigit datang menghampiri dengan senyum ramah. "Brielle, kamu sudah datang. Jangan tegang, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu," katanya dengan nada hangat.Brielle merasa terkejut dalam hati, ternyata bukan Sigit yang ingin menemuinya?"Pak Sigit, boleh saya tahu siapa yang ingin bertemu saya?" tanya Brielle penasaran."Ikut saya," jawab Sigit sambil menuntunnya menuju ruang rapat di sisi lain.Begitu pintu dibuka, Brielle melihat seorang pria berusia paruh baya duduk di dalam ruangan. Tatapannya langsung membesar.Orang itu adalah Menteri Negara, sekaligus ayah dari Niro.Rasa gugup langsung menyeruak di dadanya. Brielle sama sekali tak menyangka bahwa orang sebesar itu ingin bertemu dengannya. Dia buru-buru menstabilkan napas, tetapi wajahnya tetap tampak memerah karena gugup. Dengan sikap hormat, Brielle menunduk sedikit dan berkata, "Selamat sore, Pak Kusmanto."Kusmanto meletakkan cangkir

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 371

    Brielle bisa mendengar maksud tersembunyi di balik ucapan Devina, tapi dia tidak berniat berdebat dengannya. Devina menunggu Brielle terpancing dan membalas sindirannya. Namun setelah beberapa menit berlalu, Brielle tetap tenang seolah tak mendengar apa pun.Devina menggigit bibir merahnya dengan kesal. Saat itu, seorang staf menghampiri dan mengingatkan, "Upacara penghargaan akan segera dimulai, mohon para tamu penerima penghargaan menuju tempat duduk yang telah ditentukan."Devina menoleh dan menatap Brielle dengan tatapan tajam. Dia tidak mengerti mengapa Brielle selalu begitu mudah menarik perhatian dan mendapatkan pengakuan dari semua orang, bahkan wali kota pun tadi tampak begitu menyukainya.Upacara penghargaan pun resmi dimulai. Pembawa acara mulai memperkenalkan satu per satu pencapaian para penerima penghargaan.Ketika nama Brielle disebut, layar besar menampilkan cuplikan singkat tentang bagaimana dia memimpin timnya menaklukkan berbagai tantangan medis. Tepuk tangan riuh pu

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 370

    Raka menuntut agar dalam waktu tiga bulan hasil penelitian sudah bisa mencapai tahap uji klinis. Saat ini, tim Brielle sudah memasuki tahap uji coba pada hewan. Sejauh ini, semua data menunjukkan hasil yang stabil.Raka terus mendesak agar progres dipercepat. Brielle dan timnya juga berpacu dengan waktu, bekerja tanpa henti. Namun, bagi Brielle, pencapaian ini bukan hanya soal kemajuan penelitian. Hasil akhirnya akan membawa harapan baru bagi banyak pasien. Itulah hal yang benar-benar dia pedulikan.Hari Jumat pun tiba. Upacara penganugerahan akan diadakan pukul 3 sore di kantor pemerintahan kota.Begitu Brielle memarkir mobilnya, dia melihat banyak fotografer dan wartawan sudah berdiri di sekitar karpet merah yang terbentang di depan pintu masuk, dihiasi bunga segar di kedua sisinya. Saat dia melangkah masuk ke aula, seorang staf mengenalinya dengan cepat."Bu Brielle ya? Tempat duduk untuk tamu penerima penghargaan ada di sini."Begitu memasuki aula, langkah Brielle seketika terhenti

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 369

    Raka berjongkok, lalu mengelus kepala besar Gaga. Anjing itu tampak sangat menikmati belaian Raka, mengeluarkan suara lembut penuh kepuasan.Hari itu, Raka mengenakan pakaian kasual, tanpa kesan tajam dan dingin seperti biasanya. Meskipun demikian, dia tetap tampak tampan dan menonjol di antara siapa pun."Papa!" Anya berlari kecil dan langsung memeluknya dengan semangat.Raka tersenyum sambil mengangkat putrinya, tetapi tatapannya tertuju pada Brielle yang berdiri tak jauh dari situ. Hari ini, Brielle hanya mengenakan kaus putih sederhana dan celana jeans. Rambutnya dikuncir santai, terlihat bersih dan segar, bahkan sedikit mirip dengan mahasiswi."Mau ikut juga?" tanya Raka.Brielle menghindari tatapannya. "Aku ada urusan."Raka mengangguk ringan sambil menggendong Anya. "Kalau begitu, kami berangkat dulu."Brielle hanya berdiri di tempat, menatap mobil mereka menjauh sebelum akhirnya mengambil tasnya dan ikut keluar rumah, menuju laboratorium.Belakangan ini, urusan pribadinya terla

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status