"Profesor Louie, Bu Madeline, masalah ini akan aku tangani dengan baik. Aku pastikan nggak akan membuat nama universitas tercoreng," janji Brielle."Baiklah, tapi sebelum masalah ini selesai, sebaiknya kamu hentikan dulu proyek yang sedang kamu tangani. Untuk sementara, biar Faye yang menggantikan posisimu," kata Madeline.Brielle mengangguk. Saat ini memang hanya Faye yang bisa menggantikannya.Setelah Brielle pergi, Madeline memanggil Faye secara khusus untuk membicarakan hal ini. Faye tampak tenang dari luar, tetapi di dalam hatinya justru merasa senang.Kini seluruh orang di laboratorium sudah tahu tentang kasus perceraian Brielle. Mereka ramai-ramai mencibirnya karena dianggap serakah dan berani membawa lari delapan perusahaan milik Raka.Benar-benar rakus sampai tak masuk akal.Di internet, banyak orang dari kalangan akademisi juga diam-diam ikut menyebarkan isu tersebut. Bagaimanapun, dunia penelitian juga merupakan medan perang tanpa asap senjata. Begitu Brielle jatuh, proyek-p
Keesokan paginya.Lastri baru pulang dari pasar. Dia berkata bahwa di depan rumah terparkir beberapa mobil yang membuat jalanan sekitar hampir tertutup.Brielle menduga itu adalah wartawan yang sengaja datang untuk mengintainya. Dia memutuskan memberi izin sehari penuh untuk Anya, sementara sekitar pukul sepuluh, Madeline menelepon. Dari pihak sekolah ada banyak laporan anonim masuk, sehingga dia diminta segera datang.Brielle menitipkan putrinya pada Lastri, lalu berangkat menuju gedung laboratorium.Begitu keluar menuju area parkir terdekat, beberapa wartawan yang sigap langsung mengangkat kamera dan berlari mengepungnya."Bu Brielle, bagaimana tanggapan Anda soal berita di internet?""Benarkah perceraian Anda dengan Pak Raka sudah direncanakan sejak awal?""Ada kabar Anda melakukan kecurangan akademik, bagaimana pendapat Anda?""Publik meragukan hasil penelitian terakhir Anda, bisakah Anda memberikan bukti?"Kilatan kamera membuat Brielle tak bisa membuka mata. Dia menutupi wajah de
Malam itu, Brielle meminta Lastri memasak iga asam manis serta telur kukus udang. Semuanya adalah menu favorit Anya dan Vivian. Dia sedang sibuk menyiapkan makan malam untuk kedua anak kecil itu ketika ponselnya berdering. Melihat nama Syahira di layar, dia segera mengangkat."Halo!""Brielle, ada masalah besar! Seseorang membocorkan berita di internet, katanya kamu bercerai lalu membawa pergi aset besar milik Grup Pramudita. Sekarang opini publik berbalik melawanmu!"Jantung Brielle berdesir kencang. "Kenapa bisa begitu?""Aku curiga ada yang sengaja menargetkanmu. Sekarang netizen ramai-ramai menuduhmu serakah dan nggak tahu malu."Brielle langsung teringat pada Raline. Hal seperti ini kemungkinan besar perbuatannya. Dia buru-buru naik ke lantai atas, membuka iPad untuk memeriksa situasi.[ Kasus perceraian bernilai fantastis di Grup Pramudita, benarkah ilmuwan cantik berubah jadi wanita mata duitan? ][ Menghebohkan! Perceraian CEO Grup Pramudita, pihak wanita membawa kabur delapan
Dalam perjalanan pulang, Brielle menerima telepon dari Syahira."Aku nggak tahu media mana yang membongkarnya, tapi sekarang seluruh internet sudah menyebarkan berita perceraian kalian, bahkan muncul banyak spekulasi!"Brielle tersenyum tenang. "Cepat atau lambat, masalah itu memang akan terbongkar.""Tapi media belum mengungkap soal pembagian harta kalian, sepertinya mereka belum mendapat informasinya."Syahira lalu menenangkannya, "Jangan khawatir, paling tiga hari lagi berita ini akan reda, nggak akan berpengaruh pada hidupmu."Brielle juga berpikir begitu.Saat menjemput putrinya di sekolah, mobil Lambert sudah terparkir di gerbang. Begitu Brielle turun, dia pun keluar dari mobil."Pak Lambert," sapa Brielle."Aku lihat di internet, benar kalian sudah mengurus perceraiannya?" Lambert memicingkan mata.Brielle mengangguk. "Iya, berkas sudah kami serahkan. Setelah masa tenggang selesai, baru bisa menerima akta cerai."Lambert mengedip sekilas. "Kalau ada yang bisa dibantu, ngomong sa
Brielle seolah tidak peduli lagi dengan ucapan Raline. Dia mentertawakan dirinya sendiri dengan berkata, "Kalau hidupku bisa diulang sekali lagi, aku nggak akan pernah melakukan kebodohan ini."Raline mencibir dan hendak melanjutkan kata-katanya, tetapi tiba-tiba dia melihat sebuah sosok yang tinggi berjalan dari ujung lorong. Matanya langsung berbinar. "Kak!"Mendengar itu, tubuh Brielle sedikit menegang, tetapi dia tidak menoleh.Raka melangkah mendekat dengan perlahan. Pandangannya sempat berhenti sejenak pada punggung Brielle, lalu beralih ke adiknya. "Untuk apa kamu datang ke sini?""Kak, aku cuma ingin bertanya, kenapa dia bisa membawa pergi delapan perusahaanmu!" protes Raline dengan tidak puas.Alis Raka sedikit berkerut. "Itu urusanku dengan dia, kamu nggak perlu ikut campur."Raline terdiam, jelas tidak menyangka kakaknya akan menjawab seperti itu. "Tapi ....""Pulang," potong Raka dengan tegas. Raline menggigit bibirnya sambil menatap Brielle dengan tidak rela, tetapi akhirn
Di dalam lift, Raline menggandeng ibunya. "Bu, apa Ibu tahu sesuatu?""Mulai sekarang, hal ini jangan pernah lagi kamu singgung di depan Brielle. Keputusan sudah dibuat, kita terima saja!" Meira keluar menuju lobi dan membuka pintu mobil, lalu duduk di dalam.Raline menatap kepergian ibunya, kemudian menyunggingkan senyum sinis. "Brielle, apa kamu benar-benar mengira Keluarga Pramudita ini mudah ditindas?"Raline melirik jam tangannya. Dia ingin mencari tahu posisi Brielle dan itu bisa dilakukan lewat seseorang. Orang itu adalah Faye, yang bekerja bersama Brielle. Karena dia bekerja di sisi Lambert, sebelumnya Raline pernah sengaja menambahkan kontak Faye.Setelah Raline mengirim pesan, tak lama kemudian Faye pun membalas.[ Brielle sedang rapat di MD, kamu bisa cari dia di sana. ]....Ruang rapat MD.Brielle tengah mengikuti rapat, ketika terdengar ketukan di pintu. Tak lama kemudian, Raline masuk dengan wajah penuh amarah dan langsung bersuara lantang, "Brielle, ikut aku keluar."Br