Share

17. Patah Untuk Kedua Kali

Memasuki bulan puasa kulalui dengan hati yang mencoba untuk ikhlas. Hampir tiga bulan Syam tak berkabar. Pun dengan kedua orang tuanya. Keluargaku berulangkali menanyakan kelanjutan lamaran Syam. Aku menjawab apa adanya. Meski sedih, mereka mampu menerima. Bahkan mereka selalu menjadi penyemangatku. Dibatalkannya lamaranku pun sudah diketahui oleh para tetangga. Seperti biasa ada yang simpati ada juga yang mencibir. Bahkan para duda dan bujang yang sejak dulu mencoba mencari perhatianku semakin gencar merayu termasuk Pak Tarno. Tetapi aku memilih cuek dan tak menggubrisnya.

“Mbar.”

“Ibu, belum tidur, Bu?”

“Belum.” Ibu ikut duduk di sebelahku. Kami sama-sama menatap langit.

“Beberapa hari ini ibu mimpi bapakmu. Dia nangis terus.”

“Kok bisa?” Aku menatap ibu yang matanya sudah berkaca-kaca.

“Kayaknya bapakmu lagi sedih. Karena anak sulungnya disakiti sama laki-laki.”

“Bu ..
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status