Share

Jomlo 6

Penulis: Amih Lilis
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-04 23:01:45

*Happy reading*

"Eh, neng Hasmi. Baru pulang ngevet, ya?"

Aku langsung mendengkus kesal, saat baru saja keluar rumah sakit pagi itu, tak sengaja bertemu dengan Bang Elang yang sepertinya sedang ada tugas di sana. 

Entah itu ada kasus baru, atau mengambil hasil visum salah satu korban kasus yang tengah dia selidiki. Pokoknya, pria itu berhasil membuat aku jengkel dengan sapaanya barusan. 

Mentang semalam adalah malam jumat, seenaknya aja dia mengira aku baru pulang ngevet. Aku kan baru pulang mandi kembang tujuh sumur--eh, pulang sift malam.

"Gak ada sapaan lebih manusiawi apa, Bang? Segala Babi ngevet lo bawa-bawa. Nyindir diri sendiri atau gimana?" Aku membalas dengan kesal. 

Bang Elang tergelak renyah di tempatnya, seraya menepuk kepalaku. 

"Mana ada Abang abis ngevet. Orang kayak Abang pastinya abis sunah rosul, dong. Emang situ, jomlo! Oops! Lupa kalau udah punya Aa Alan."

Aku tahu dia sedang menyindir, makanya aku pun dengan senang hati menendang tulang keringnya, membuat dia langsung mengaduh kesakitan. 

"Makanya jangan sembarangan nyebar gosip! Hasmi Viral, putus kontak kita." Aku memperingatkannya asal. 

Bang Elang pun mencebik peringatanku barusan. "Viral apa? Orang suruh bikin BAP aja di larang kok sama si Aa. Posesif banget sih punya cowok."

"Ck, Abang, ih! Udah dibilang jangan nyebar gosip sembarangan. Kalau ada yang denger berabe tahu."

"Loh, emang kamu gak jadian sama Pak pengacara itu?" Mode kepo Bang Elang pun terbit. 

"Gak!"

"Gak? Atau belum?"

Maunya sih aku jawab belum. Tapi kalau ingat momen 'Tembus' yang masih menjadi momok antara kami. Aku pun terpaksa menjawab, "Nggak, Abang! Hasmi tuh gak ada hubungan apapun sama Aa Alan."

"Hih! Bilangnya nggak, tapi panggilannya manis bener! Cemburu Abang."

Seketika aku pun memutar mata jengah, karena sebal menghadapi polisi Playboy ini. 

"Karep Abang ajalah. Hasmi mau pulang!"

Baru saja aku mau melangkah, lenganku sudah di cekal polisi playboy itu tapi langsung aku hela dengan cepat. 

"Tangan tolong dikondisikan!" sentakku dengan galak.

Bang Elang hanya nyengir menyebalkan, sebelum menangkup kedua tangannya di dada tanda minta maaf. 

"Beneran kamu gak jadian sama Pak pengacara?" Ternyata dia masih kepo.

"Nggak!"

"Kenapa? Padahal kalian cocok loh!"

Mendengkus sekali lagi, aku pun melirik Bang Elang sok serius.

"Justru karena kami cocok makanya gak pacaran."

"Loh, kok, gitu?" Dia makin kepo.

"Iya, soalnya kami kayaknya mau langsung nikah aja. Puas, Bang! Jangan lupa kondangan, yee!"

Setelahnya, aku pun berlalu pergi, mengabaikan Bang Elang yang terus memanggil entah untuk apa lagi. 

Terserah deh dia mau menganggap ucapanku barusan itu apa? Serius atau becanda. Bukan urusanku. Toh, dia udah nyangka kami jadian ya, kan? Dijelasin juga akan percuma kalau dia udah punya tanggapan sendiri. 

Tring!

Sedang melenggang riang ke arah kontrakan. Sebuah notifikasi masuk ke poselku, yang langsung menerbitkan senyum manis di wajahku.

[Kangen, nih! Jalan, yuk!]

Itu bunyi chatnya. Pengirimnya tentu saja Irfan. Cowok yang sedang dekat denganku saat ini. Aku udah pernah cerita kan di bab sebelumnya. 

[Sore aja, ya? Aku baru pulang kerja. Ngantuk banget. Mau tidur dulu.]

Aku rasa tidak ada alasan untuk menolaknya. Toh, kami memang lagi PDKT, kan? Jadi, sering bertemu tentu bagus untuk perkembangan hubungan kami. Betul, tidak?

[Okeh! Aku jemput, ya?]

Irfan mengirim chat lagi tak lama kemudian. 

[Gak usah. Kita ketemuan di tempat aja]

[Yah ... padahal aku pengen berduaan loh sama kamu]

Dengusan kecilpun terbit, seraya membaca balasan cepat yang aku terima. 

[Belum boleh, kan? Bukan Mahram. Temuin Abah dulu kalau berani]

Aku sengaja menantangnya. Ingin tahu seberapa jauh dia serius sama aku. 

[Okeh! Nanti setelah proyek yang aku pegang kelar, ya?]

Senyumku pun melebar sempurna, karena jawaban Irfan seperti yang aku harapkan. Tuhan ... semoga kali ini aku gak salah pilih. 

[Aku tunggu itikad baik kamu]

Uhuy! Boleh kayang gak sih?

*****

Seperti rencana diawal. Sore harinya, aku pun ketemuan sama Irfan, di salah satu Mall di bilangan Casablanka. 

Kenapa aku pilih ketemuan di Mall? Karena aku cukup trauma ketemuan sama cowok di tempat minim orang. 

Dulu waktu sama Edo, aku biasa pacaran dan jalan-jalan di taman atau tempat minim keramaian. Soalnya, dulu aku kira Edo itu introvert. Eh, ternyata aslinya iblis.

Itulah kenapa, aku sekarang suka keramaian. Biar kalau ada yang macem-macem gampang minta tolongnya, gitu, loh! Toh, kebetulan aku juga belum belanja bulanan. Jadi ya ... sekalian aja.

"Fan, aku ke toilet dulu, ya? Kamu tolong cariin barang-barang di list ini." 

Sebenarnya aku bukan ingin mengerjai Irfan, tapi asli deh! Perutku mendadak gak enak. Jadi, daripada aku buang gas terus di depan Irfan. Mending aku melipir bentar untuk setoran tunai di Toilet.

Bukan apa-apa. Jujur aja ketutku pasti gak asik. Baunya bisa bikin orang gumoh, bahkan pingsan. Soalnya aku abis makan jengkol sama telor balado. 

Please jangan di bayangin. Nanti kalian gak doyan makan. Hehehe ....

"Oh, ya udah. Nanti telpon aja kalau udah selesai," titah Irfan, yang tentu saja aku angguki dengan semangat.

Untuk Irfan baik, yee kan? Jadinya aku bisa melenggang riang ke toilet dengan hati tenang dan semedi agak lama di sana. Itu juga menambah poin plus dariku untuknya.

Duh, Abah! Hasmi mau ngelepas jomblo, nih! Siapin penghulu.

Sekitar 15 belas menit aku semedi di toilet, akhirnya perutku membaik, dan bisa kembali ke tempat Irfan yang katanya sedang berada di rak Mie instan. 

Mon maap nih, ya? Aku sama Makanan itu memang gak akan bisa di jauhkan sampai kapanpun. Jadi, ojo banyak bacot. Okeh!

"Nah, itu dia!" Saat aku melihat keberadaan Irfan, aku pun bergegas menghampirinya, yang ternyata tengah asik mengobrol dengan seseorang. 

Siapa, ya?

"Fan?" Aku meminta fokus pria itu. 

"Hei! Udah?" Dia menyambut riang kehadiranku.

"Udah," sahutku seadanya, mendekat dan melirik teman Irfan yang masih membelakangiku, Namun jika di lihat dari postur tubuhnya, sepertinya lumayan Familliar di mataku, karena postur tubuhnya mirip ....

Degh!

Astaga! Itu sih bukan mirip lagi. Tapi memang dia!

"Nah, ini dia yang gue ceritain tadi, Bro. Kenalin dulu dong, ini Hasmi. Calon gue yang baru!" Irfan mengenalkanku pada temannya seraya merangkul pinggangku.

Sayangnya, otakku terlalu blank untuk mencerna semuanya karena ....

"Oh, Hai! Kenalkan, saya Alansyah," ucap pria itu ramah dan seram di waktu bersamaan. Membuat aku tanpa sadar menelan salivaku sendiri.

Mampus!

Kenapa dunia sesempit ini sih buat kami? 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
PenTi Komenq Bae Lach
Nah ketemu aa alan luh mi... Ampun deh yak
goodnovel comment avatar
Dewi Balfas
nah loh mi alan.a jadi angker muka a ,
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
haiiiii k ini alan si jalan tol???
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Bukan Mauku Menjomlo   Last ekstra part

    "Aduh! Terus kumaha iye? Mana si Bapak udah pergi? Saya telepon Bapak lagi aja, gimana? Pasti belum jauh, kan?" Asisten yang bernama Mbok Minah itu pun seketika panik. "Jangan, Mbok. Jangan ganggu Bapak," larang Hasmi yang kini berusaha mengatur napasnya, demi meredakan sakit yang semakin mendera perut bawahnya. "Ya, terus. Ini gimana, Bu? Saya harus apa?" Meski agak heran dengan permintaan sang nyonya. Mbok Minah pun kembali bertanya. "Suruh Pak Komang siapin mobil. Terus, tolong ambilin tas bayi di kamar yang sudah saya siapin. Mbok nanti temenin saya ke Rumah sakit, mau, ya?" pinta Hasmi setelah memberi titah pad sang asisten. "Iya, iya, Bu. Nanti saya temani. Kalau gitu, ibu tunggu bentar, ya? Saya nyari si Komang dulu." Mbok Minah pun pamit, mencari sopir yang sengaja Alan pekerjakan untuk mengantar-antar Hasmi jika ingin bepergian sendiri. Sementara Mbok Minah melaksanakan titah Sang nyonya. Hasmi sendiri kini tengah sibuk mera

  • Bukan Mauku Menjomlo   Ektra part 5

    Ektra part 5*Happy Reading*Hasmi mendesah berat, saat terbangun dari tidur malamnya tapi tidak menemukan Alan di sisi tempat tidur. Melirik jam di atas nakas sejenak, yang menunjukan pukul dua pagi. Hasmi pun memutuskan turun dari tempat tidur, dan menghampiri suaminya itu. Ruang kerja menjadi tujuan Hasmi. Karena setelah makan malam, Alan memang pamit meneruskan pekerjaan yang belum sempat dia selesaikan di kantor. Sementara Hasmi, memilih langsung tidur setelah sholat isya.Kehamilan yang sudah semakin besar membuatnya mudah lelah. Itulah kenapa, Hasmi jadi sering mengantuk dan mageran. Ditambah lagi, sekarang ada beberapa asisten rumah tangga di rumahnya. Makin-makin saja kemagerannya itu. Hasmi kembali menghela napas panjang, saat menemukan kebenaran atas dugaannya. Di sana, di dalam ruang kerjanya. Alan tengah menatap layar laptopnya dengan tampang serius sekali. Membuatnya terlihat bersahaja dan tampan sekali. Ah, mema

  • Bukan Mauku Menjomlo   Ekstra part 4

    Ekstra part 4"Sudahlah, Alan. Biar aku saja yang jadi mengajak istrimu berkeliling. Aku janji tidak akan membuat istrimu lecet. Jadi, kau tidak harus menyusahkan diri sendiri seperti itu."Alan langsung mendengkus kesal, saat lagi-lagi Frans mengejeknya ketika jatuh dari motor.Ya. Demi Hasmi. Alan akhirnya memutuskan belajar motor kembali, agar bisa memenuhi ngidam sang istri. Meminta bantuan pada Frans yang memang lihai dalam hal kendaraan beroda dua itu. Awalnya Alan ingin minta di ajarkan lagi dalam mengendarai motor. Siapa sangka? Ternyata pria itu malah terus mengejeknya sepanjang latihan."Terima kasih, Frans. Aku masih bisa menuruti ngidam istriku seorang diri. Kau diam menyimak saja," balas Alan kemudian. Tidak akan pernah mengijinkan Frans berdekatan dengan istrinya lagi. Apalagi, setelah tahu perasaan pria itu pada sang istri. Alan tidak ingin memberi celah sedikitpun untuk sebuah perselingkuhan. Ah, ya! Satu rahasia ya

  • Bukan Mauku Menjomlo   Ekstra part 3

    *Happy Reading*Entah sudah jadi sugesti atau memang kebetulan saja. Sejak mengetahui jika sudah berbadan dua, tubuh Hasmi pun mulai merasakan kodisi yang biasa ibu hamil rasakan. Mual-mual dan lain macamnya. Namun, yang paling membuat Hasmi kewalahan adalah muntah-muntah yang di alaminya. Karena hal itu bukan cuma saat pagi hari saja, tetapi bisa seharian full dan membuatnya tidak bisa berjauhan dari kamar mandi. Selain muntah yang berlebihan, Hasmi juga tidak berselera makan sejak hamil. Semakin dia makan, semakin sering dia muntah. Terutama dengan makanan pokok negara kita, yaitu nasi. Jangankan memakannya, mendengar namanya saja dia sudah mual. Dengan kondisinya yang seperti itu, sudah bisa dipastikan. Hanya dalam hitungan hari saja, Hasmi pun drop. Mengharuskannya bedrest total dan mendapat asupan makanan dari selang infus.Sebagai seorang suami, Alan pun dirundung kesedihan melihat kondisi Hasmi. Seandainya saja dia bisa menggant

  • Bukan Mauku Menjomlo   Ekstra part 2

    *Happy Reading*"Nah, udah kelar! Lo? Udah kelar juga, gak?" Hasmi melirik Mira, menanyakan pekerjaan gadis itu. "Bereslah! Miwra gitchu, loh!""Najis! So imut bet lo!" Hasmi misuh-misuh kesal melihat tingkah Mira. "Emang imoet kakak ...." sahut Mira sengaja mengedip-ngedipkan mata seperti orang cacingan. Ingin menggoda Hasmi"Semerdeka lo aja dah, Mir. Males debat gue." Hasmi mengalah. "Dahlah, yuk sholat dulu. Udah masuk waktunya, kan?" Hasmi memilih mengalihkan obrolan pada yang lebih berfaedah. "Udah, sih. Tapi lo duluan aja.""Lah, Ngapa? Lagi males atau ngerasa udah banyak pahala?" sindir Hasmi."Bukan, gela! Gue lagi dateng bulan."Owh ... pantas saja. Soalnya setahu Hasmi, meski si Mira ini bar-bar dan adminnya lambe jemblehnya rumah sakit ini. Tetapi perkara sholat, gak pernah ketinggalan. Bahkan bisa dikatakan jempolan, soalnya gak nunda-nunda waktu. "Oh gitu ...." Hasmi menganggu

  • Bukan Mauku Menjomlo   Ekstra part 1

    *Happy Reading*(Author pov)Hari ini sabtu dan Alan sedang libur. Pria itu sengaja tidur lagi sehabis sholat subuh, karena memang tak punya rencana apapun hari ini. Hanya bersantai ria dengan istri tercinta yang pastinya sedang sibuk membersihkan rumah.Jangan salah kira. Alan bukannya mau menjadikan istrinya itu sebagai pembantu di rumahnya sendiri. Hanya saja, Hasmi memang suka bebenah orangnya, dan tidak ingin memiliki pembantu dulu."Nanti saja punya pembantunya, A. Sekarang Hasmi belum butuh. Lagian, di rumah ini juga hanya kita berdua. Hasmi masih bisa mengurus semuanya sendirian."Itu katanya, saat Alan tawarkan seorang pembantu untuk membantunya mengurus rumah mereka. Meski sudah dibujuk bagaimana pun. Jawaban wanita itu tetap sama. Belum butuh. Begitu saja terus. Sampai Alan menyerah dalam membujuk wanitanya. Karena tak ingin malah jadi ribut nantinya. Kadang, istrinya itu memang sangat keras kepala. Makanya Alan memilih me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status