Share

Bab 4. Membalas Telak Aira

Pov Author

"Kamu ternyata bisa marah juga nduk," canda Ningsih kepada menantunya.

"Sekali-sekali harus di gituin juga Buk." Zafira tersenyum menatap mertuanya.

"Untung nggak darah tinggi tadi Budhe," sambung Amira yang sudah cekikan sedari tadi.

"Terima kasih ya Nduk, sudah menjadi pahlawan buat Ibu, selama ini kami selalu bungkam ketika di caci maki dan dihina, tapi semenjak kehadiran kamu, ibu jadi merasa punya pembela. Meskipun seringkali Amira dan Adnan membalas perkataan mereka tapi berakhir bungkam karena hutang kita pada mereka." Ningsih memeluk Zafira dengan netra yang berkaca-kaca.

"Terima kasih mbak, sudah jadi pembela untuk keluarga kami." Amira ikut memeluk Zafira.

"Wah.. berasa jadi pahlawan kesiangan nih. udahlah, jangan sedih lagi dong, gimana kalau kita jalan-jalan, lagian Zafira juga belum pernah jalan-jalan selama di sini," ajak Zafira antusias.

"Kalau pengen jalan-jalan, biar di temani adikmu. Mir, temani mbakmu jalan-jalan, Ibuk mau istirahat dulu, kalau ikut ntar kelelahan di jalan malah bikin repot," sahut ningsih pada Zafira yang terlihat antusias.

"Iya buk, kuy lah mbak kita ganti baju dulu, dandannya jangan cantik-cantik, ingat loh udah ada yang punya, ntar di bilang mau jadi pelakor sama bude siti," ucap gadis 18 tahun yang baru lulus Sekolah Menengah atas itu sambil cekikan menggoda kakak iparnya.

"Halaah.. mumpung mas Adnan lagi nggak di sini, anggap aja masih jomblo kan, kalau kepincut kan bukan salahnya mbak, palingan bude Siti yang jantungan karena anaknya gagal nikah," sahut Zafira sambil tertawa membalas candaan adik iparnya.

"Ohw.. jangan macam-macam mbak, cctv Mas Adnan ada disini lho." Amira membalas candaan Zafira lalu bergandengan tangan ke kamar. Ningsih tersenyum melihat keakraban kedua wanitanya.

"Iyaa iyaaa… cctv, hahaha.. cctv berjalan ini mah, tapi bukan Cctv Indonesia kan? Alias tukang gosip." Mereka saling melempar candaan. Tawa menghiasi rumah mungil nan sederhana itu.

"Ayok, mumpung masih sore, kita puas puasin jalan-jalan." Zafira terlihat bersemangat.

"Ibu mau di bawain apa?" tanya Zafira ketika Ningsih melintas hendak ke kamar mandi.

"Nggak usah bawain apa-apa nduk, pulangnya jangan kemalaman ya nduk," pesan Ningsih pada Zafira yang mencium tangannya untuk berpamitan.

"Biarlah.. nanti kutanyakan pada Amira makanan kesukaan ibu," monolog zafira sambil berlalu menuju kamar Amira.

"Duhh.. anak gadis, dandannya lama amat," goda Zafira pada adik iparnya.

"Ihh kaget lho mbak, kayak demit aja," Jawab Amira sambil memoles lipgloss di bibirnya. Amira melongo menatap penampilan kakak Iparnya.

"Kemasukan lalat ntar mulutnya," tegur Zafira dengan nada bercanda.

"Masyaa Allah… cantik sekali Mbakku ini, pantesan si kulkas 3 pintu bisa kepincut, wong kek bidadari gini, Mira kirain bidadari nyasar tadi." Amira masih terpukau menatap kecantikan kakak iparnya.

Penampilan Zafira kali ini berbeda dari biasanya. semenjak datang ke Desa, Amira berpenampilan biasa saja agar mertua dan adik iparnya tidak sungkan terhadapnya.

Kemarin waktu rewang juga hanya memakai gamis yang kelihatan sudah lusuh, sehingga dipandang sebelah mata oleh keluarga suaminya.

Padahal di kota, Zafirah terkenal dengan selera fashionnya yang tinggi, makanya pas berpapasan dengan jefry, dia seperti tidak mengenal Anak pemilik perusahaan besar itu.

hari ini Zafira memakai Gamis berwarna peach dipadukan dengan pashmina yang berwarna hitam, pasmina yang dikenakannya terlihat sangat kontras dengan kulit wajahnya yang bersih terawat.

Tak lupa jam tangan yang terlihat Elegan melingkar manis di tangannya.

"Hayuk ah, ntar kemalaman."Zafira langsung menggandeng tangan Adik iparnya yang masih memandangnya takjub.

Setelah berpamitan mereka berjalan menyusuri jalan desa untuk sampai di jalan besar dan naik angkutan umum. Mereka berpapasan dengan ibu-ibu yang baru pulang rewang di rumah bude siti.

Terlihat mereka saling berbisik lalu menatap ke arah Zafira sambil bergidik. Yang ditatap malah cuek dengan tatapan tajam mereka, memang dia terkenal dengan sifat bodo amatnya, asalkan jangan orang yang disayanginya disakiti, dia akan membela hingga tetes darah penghabisan. Duileehh… kereenn.

* * *

Mereka telah tiba di rumah dengan barang belanjaan yang super banyak, sehingga taxi yang mereka tumpangi harus mengantarkan mereka sampai di depan rumah mungil Ningsih. Tentunya dengan bayaran yang sepadan.

"Astagfirullah.. kok banyak sekali belanjaannya." Ningsih kaget melihat banyaknya belanjaan menantunya yang menumpuk di teras rumahnya.

"Tadi sudah Amira peringatin, tapi mbak e yang kalap belanjanya." Cengir Amira membela diri.

"Duuuhh… banyak amat belanjaannya, pasti dari Uang hasil jual diri ya," kedatangan Aira si nenek lampir yang tiba-tiba muncul dengan ucapan pedas yang keluar dari mulutnya yang menjadi ciri khasnya.

Sepertinya mereka penasaran karena jarang ada taxi yang mau mengantar sampai di depan rumah.

Tangan Zafira langsung mendarat di pipi Aira."Jaga mulut kamu ya, kamu pikir saya tidak tahu siapa kamu?" Zafira mulai naik pitam.

"Kurang ajar, berani-beraninya kamu menam*ar saya? Sini kamu." Aira merangsek maju mendekati Zafira.

Zafira memperlihatkan Layar Handphonenya ke arah Aira, dan seketika Si nenek lampir langsung terpaku di tempatnya dengan tampang kaget.

Kira-kira apa yang diperlihatkan zafira ya?Nantikan di Next part..

 

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status