Home / Romansa / Bukan Menantu Biasa / Bab 5. Siapa Itu?

Share

Bab 5. Siapa Itu?

Author: Ayzha
last update Last Updated: 2023-11-10 19:00:59

P.O.V Zafirah

Aku tersenyum puas menatap wajah mbak Aira yang tampak seperti mayat hidup. 

"Silahkan pergi dari sini, atau—." Aku sengaja menjeda ucapanku sambil mengetuk ngetuk casing ponselku menikmati  ekspresi panik mbak Aira.

Dengan wajah yang kesal wanita sombong itu langsung melangkah meninggalkan teras rumah ibu yang penuh dengan barang belanjaan kami. Pastinya si nenek lampir penasaran dengan isi belanjaan kami. 

Ibu  hanya melongo menyaksikan kepergian Mbak Aira yang terlihat kesal bercampur panik.

"Kok Aira nampak ketakutan ya?" tanya ibu dengan wajah keheranan. Amira hanya tersenyum karena sudah mengetahui penyebab si nenek lampir panik.

"Ayok masuk buk, nih martabak telur kesukaan ibu," ajak Amira sambil menggandeng tangan ibu masuk agar perhatian ibu teralihkan dan tidak bertanya lebih lanjut lagi. Semua akan terungkap pada saatnya.

"Tolong sekalian di bawa masuk ke dalam ya pak, nanti saya tambah upahnya," pintaku kepada sopir taxi yang sedari tadi menurunkan barang dari taxi yang kami tumpangi.

"Baik buk," jawabnya sambil membawa masuk barang belanjaan. 

Semoga ibu tidak kaget melihat barang-barang belanjaan yang akan menyusul besok.

"Ini pak," ujarku sambil mengangsurkan 2 lembar uang berwarna merah ke arah supir taxi yang sudah selesai pekerjaannya.

"Ini kebanyakan buk."

"Ambil saja, Rezeki anak bapak." Jawabku sambil tersenyum.

"Terima kasih banyak buk, semoga rezekinya melimpah," awabnya sambil mengangguk, terlihat setitik bulir bening di sudut matanya. Hatiku juga ikut menghangat.

"Amiin.. sama-sama pak," jawabku. 

Setelah taxi di depan rumah berlalu aku melangkah ke dalam rumah. 

"Terima kasih nduk martabaknya, harusnya nggak perlu repot-repot." Ibu tersenyum menatapku yang baru masuk ke dapur.

Aku menelan saliva menatap makanan yang tertata di atas meja makan. Ada sayur sop, Ikan asin, sambel terasi, ikan bakar yang di atasnya bertabur siraman sambel tomat mentah, juga nasi hangat di dalam bakul, dan lauk pauk lainnya.

Sudah seminggu disini ini menjadi makanan favoritku. Makanan yang belum pernah aku cicipi, tetapi pertama kali mencoba langsung pas di lidah.

"Wah.. banyak sekali makanannya, ibu yang masak sendiri?" Tanyaku dengan mata berbinar namun kasihan juga  karena ibu memasak sebanyak ini sendiri.

"Iyaa nduk, ayo duduk disini kita makan sama-sama." Kata ibu sambil menepuk kursi di sampingnya. Aku langsung duduk di samping ibu dan mengambil nasi beserta lauknya. 

"Ciyeee menantu kesayangan ibu mertua." Ledek Amira sambil tertawa.

"Iyalah.. kan aku satu-satunya menantu perempuan di rumah ini dan selamanya akan menjadi satu-satunya menantu perempuan di rumah ini." Jawabku sambil tertawa.

"Kok bisa?" tanya Amira dengan tampang keheranan.

"Kan Anak lelaki ibu cuma mas Adnan," jawabku sambil terbahak dan diiringi oleh tatapan gemas Amira.

"Sttt, kalau makan jangan sambil bicara! Nanti setelah makan baru lanjutkan lagi obrolannya," tegur ibu sambil menyendokkan nasi ke piringnya.

Kami langsung bungkam dan lanjut menikmati menu yang sangat istimewa bagiku.

 Setelah makan kami lanjut duduk-duduk di ruang tamu yang hanya di gelari karpet tipis. Amira memindahkan martabak yang tadi di beli buat ibu ke piring. Kami menikmati martabak sambil menonton tv yang terletak di ruang tamu.

 "Ini buat ibu." Aku memberikan paperbag kepada ibu mertua.

"Apa ini? Kok banyak sekali? Boleh ibu buka?" Ibu terkejut sambil mengintip  papperbag yang kusodorkan.

"Boleh. Kan untuk ibu," jawabku sambil tersenyum.

Ibu terkejut setelah mengeluarkan isi dari dalam papperbag. 

"Bagus sekali bajunya Nduk, ini pasti mahal sekali, buat apa beli baju semahal ini?" Gurat wajah ibu terlihat sendu.

"Ibu tidak suka? Kenapa ibu sedih?" tanyaku khawatir.

"Ini sangat bagus, ibu sangat suka, tapi ini mau di pake buat apa?" sahut ibu dengan mata berkaca-kaca.

 

"Nanti di pake di acara pernikahannya Alisya dan jeffry," jawabku sambil menatap ke arah tv.

"Ya Allah nduk, kita kan nggak di undang, apa kamu lupa?" tanya ibu sambil mengusap sudut matanya dengan punggung tangan.

Aku hanya tersenyum menanggapi perkataan ibu. 

"Pokoknya gaun ini di pake nanti di acara pernikahan Alisya." Aku kembali membuka barang di dalam papperbag yang lainnya.

Aku mengeluarkan gelang dan cincin emas yang sangat cantik dan memakaikannya di tangan ibu. Mata ibu berkaca-kaca menatapku.

"Ini terlalu berlebihan Nduk, sebaiknya kamu simpan aja buat tabungan masa depan." Tangan ibu bergerak hendak membuka gelang di tanganya.

"Ini hadiah dari Zafira, kalau ibu menolak nanti Zafira sedih." Aku memasang wajah sedih agar ibu mau memakai gelang pemberianku. 

"Terima kasih ya nduk, tapi nanti ibu simpan aja ya" Ibu berucap sambil menatap kagum gelang di tangannya.

"Sama-sama buk, Terserah ibu deh, tapi nanti pas acara pernikahan Alisya di pake ya," pintaku sambil tersenyum.

"Oh iya, Amira mana ya bu?" tanyaku sambil melihat ke arah dapur.

"Ke belakang tadi, nggak tau juga kok belum balik-balik?" jawab ibu sambil mengikuti pandanganku ke arah dapur.

Yang di bicarakan tiba-tiba muncul dengan tersenyum.

"Terima kasih ya mbak, sudah memperlakukan ibu dengan baik, biasanya yang Amira baca di novel-novel online banyak menceritakan ibu mertua dan menantu yang tidak akur." Amira tersenyum menunjukkan barisan giginya yang rapi.

"Nggak semua mertua dan menantu kayak gitu lah dek, iya kan bu." Aku tersenyum menatap wajah ibu mertua yang terlihat mulai mengantuk. 

"Yang itu buat Amira." Aku menunjuk papperbag di sudut meja tv.

"Kok banyak sekali mbak," jawab Amira yang tidak tahu isi dari papperbag karena tadi waktu belanja Amira asyik melihat dan membaca buku-buku novel di tempat penjualan buku.

"Nanti bukanya pas di kamar, sekalian cobain kan, semoga cocok ya." 

"Duh mbak, kebanyakan itu." Amira menjawab dengan tatapan tak enak.

"Itu hadiah dari mbak sebagai ucapan selamat atas kelulusan kamu," jawabku tersenyum.

"Di terima ya dek, kalau nggak mbak pasti sedih," ucapku sambil memasang tampang sedih. 

"Iyaa, terima kasih banyak mbak, tapi jangan sering-sering ya, nggak enak Mira." Amira tersenyum.

* * *

Adzan subuh terdengar dari mushollah desa. Aku mengucek mata yang masih mengantuk.

"Aaakh… siapa kamu?" Pekikku yang masih setengah sadar melihat punggung seseorang yang berdiri membelakangi di samping jendela kamar.

"Tolooong… Ib—." Aku hendak berteriak tetapi mulutku langsung di bekap.

Siapa kira-kira ya, yang berani masuk di kamar?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 54

    Wanita cantik itu tersenyum menatap lelaki yang tengah asyik dengan spatula dan wajan itu. Ya, Zafira sedang ngidam pengen makan nasi goreng buatan Adnan. Lelaki yang sejak kecil sudah terbiasa mandiri itu tampak cekatan di depan peralatan masak. Sesekali menyeka peluh di dahinya. Zafira yang memperhatikan dari ambang pintu dapur menyunggingkan senyuman manis. “Sepertinya enak sekali, sudah tercium dari aromanya, sangat menggugah selera. Nak, kita makan masakan ayah ya,” ucap Zafira seraya tersenyum dan mengelus-elus perutnya yang masih tampak rata. Adnan tersenyum menatap wajah istrinya. Lelaki itu kemudian mengecup singkat pucuk kepala wanita yang tengah mengandung benihnya tersebut. “Anak ayah harus makan yang banyak ya, biar bundanya nggak lemes.” Adnan berucap sambil tersenyum dengan wajah bahagia. Lelaki itu masih tidak menyangka bisa mempersuntig gadis secantik Zafira. Andai ini hanya mimpi biarkan ia tidur lebih lama lagi. “ Awas, gosong masakannya, Mas!” ucapan

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 53

    Sepasang mata menatap dengan penuh kebencian dari ambang pintu. Setelah mengambil dan mengeluarkan nafas perlahan, wanita itu kemudian melangkah masuk kedalam kamar yang tengah dipenuhi kebahagiaan itu. “Maaf mengganggu, tadi Bik Sum buatkan bubur untuk Zafira. Mau mengantar kesini takutnya mengganggu. Kebetulan ada berkas yang harus Zafira tanda tangani, jadi Bik Sum sekalian minta Saya bawakan buburnya,” ucap Aira yang masih berdiri disamping Buk Ningsih. “Terima kasih Mbak Aira,” ucap Zafira sambil tersenyum. “Mana berkas yang harus di tanda tangani?” tanya Zafira dengan wajah penuh senyum kebahagiaan. “Ini bubur nggak dicampur apa-apa kan?” ucap Amira dengan wajah penuh selidik. Bu Ningsih langsung menyenggol tangan Amira dengan lengannya. “Nggak boleh begitu Nduk,” bisik Bu Ningsih tepat disamping telinga putri bungsunya. Belajar dari pengalaman, Amira kini sangat over protektif terhadap kakak iparnya. “Maafkan Adikmu Nduk Aira,” ucap ningsih kepada Aira. “Nggak apa-ap

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 52

    "Jadi—." Zafira menjeda ucapannya. Menantu Ningsih itu kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. "Taraa—!" "A… apa ini Nduk?" Tanya Bu Ningsih terbata melihat testpack yang di perlihatkan Zafira. "Ini testpack namanya Buk, jadi kalau garis dua berarti positif hamil, dan kalau garis satu berarti negatif, atau nggak hamil," jelas Zafira sambil memperlihatkan testpack kepada mertuanya. "Oh, begitu," sahut bu Ningsih manggut-manggut tanda paham. "Jadi ini garis dua, tandanya Nduk Ha–mil? Ya Allah." Ningsih membekap mulutnya sendiri karena kaget. Zafira hanya mengangguk, lalu menatap Ibu mertuanya dengan tatapan nanar karena haru. "Iya, Buk. Alhamdulillah Zafira hamil, dan sudah Fira periksa ke dokter juga," sahut Zafira dengan mata berkaca-kaca namun binar bahagia terpancar jelas dari sana. "Masya Allah, Alhamdulillah, terima kasih Robb, doa-doa hamba sudah di kabulkan," ucap Ningsih lalu kemudian sujud syukur dari tempatnya berdiri. Setelah berdiri, wanita paruh baya it

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 51

    Zafirah memandang wajah lelaki dihadapannya yang tampak pucat. Lelaki yang ngamuk-ngamuk ketika masuk itu tampak mati kutu. "Hallo, Pak Gunawan," tegur Zafira sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah lelaki herpenampikan necis itu. "Anda masih mengenal saya bukan?" imbuh Zafira dengan senyum mengejek."Ma–masih," sahut lelaki itu terbata-bata. "Pa, itu orang yang sudah mwnampar Lexa tadi! Papa kok diem aja sih anaknya di perlakukan seperti ini?!" Alexa menegur Papanya yang tampak gugup. Zafira tersenyum sinis ke arah Alexa kemudian beralih menatap Pak Gunawan yang tampak salah tingkah. "Tentu Saja Anda masih mengenal saya dan tidak melupakan Saya. Lha wong tiap hari minggu menghubungi Saya melaporkan kekurangan dana ini itu di universitas ini. Rupanya uang sarana prasarana Anda akui sebagai Donasi dari Anda Pak Gunawan yang dermawan?" Zafira tersenyum sinis dengan tatapan tajam kearah Lelaki itu. "Saya minta catatan-catatan keuangan yang masuk dari donatur-donatur? Ma

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 50

    Lelaki berseragam satpam itu masih keheranan melihat wanita yang baru turun dari mobil itu. "Pak Rektor ada, Mang?" Zafira bertanya kepada lelaki yang tadi menegurnya. "Pak Rektor lagi ke LN Nyonya, tapi Pak Dekan ada," sahut lelaki itu dengan wajah segan. "Bisa antarkan saya ke ruangannya?" Zafira tampak tak sabar. "Bisa Nyonya," ujar Lelaki itu sambil mengangguk mantap. "Buk Zafira? Mari silahkan masuk. Kenapa nggak ngabarin dulu kalau mau kesini? Kan kami bisa adakan persiapan untuk menyambut." Pak Dekan tampak terkejut melihat kedatangan Zafira. Zafira hanya tersenyum simpul menanggapi. Dia langsung duduk di sofa dalam ruangan itu. "Ada apa Buk? Biasanya Ibu hanya memantau dari rumah. Kayaknya ada sesuatu hal penting sampai Ibu Zafira datang tanpa memberi kabar," ujar Lelaki berkaca mata itu menatap Zafira serius. "Apakah ada masalah disini?" tanya Zafira. "Sejauh ini nggak ada masalah apa-apa Buk. Semua terpantau aman," sahut Lelaki itu sambil tersenyum. "Aman? Ter

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 49

    Darel langsung menyenggol lengan Abhimana."Apa maksud Kamu kalah taruhan?" Amira bertanya dengan tatapan tajam. "Heh cewek tengil! Lo pasti pake susuk kan? Secara orang kampung di pelosok gitu kan suka pake susuk. Jangan-jangan Lo juga pinter guna-guna agar semua laki-laki suka sama Lo, dasar munaf1k! Pakaiannya aja tertutup, ternyata bersekutu dengan Iblis!" Bentak Alexa yang terlihat dikuasai cemburu. Amira tersentak dan melongo mendengar tuduhan yang keluar dari bibir wanita berambut pirang itu. Detik berikutnya Amira langsung membalas tatapan tajam Alexa. "Iya, Saya pinter guna-guna. Kamu nggak takut saya guna-gunain?" Amira menjawab dengan tatapan tajam ke arah Alexa. Wanita berambut pirang itu seketika nyalinya menciut."Ngadi-ngadi nih cewek! Kuyy ke Kantin." Darel langsung mengajak Abhimana ke kantin."Dasar cewek kampung! Jadi bener lo pake susuk? Jangan-jangan orang tua lo dukun lagi." Alexa tersenyum sinis ke arah Amira."Jaga mulut kamu ya! Silahkan kalau mau mengh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status