Share

Bab 3. Menguras Emosi Bude Siti

"Ngapain Budhe kesini?" Seketika raut wajahnya Berubah kesal.

"Anak kurang ajar! Bukannya dipersilahkan masuk malah disuguhi pertanyaan," jawab Budhe sambil nyelonong ke dalam rumah tanpa menghiraukan tatapan tajam Amira.

 Ternyata ada Mbak Aira--si nenek lampir yang mengekor dari belakang Bude Siti kayak pengawal.

"Silahkan duduk dulu mbak, mau minum apa?" Ibu masih bertanya sopan padahal sudah diperlakukan seperti tidak baik oleh keluarga Bude.

 Entah terbuat dari apa hati Mertuaku ini, kok banyak sekali stock sabarnya. Padahal aku sedari tadi sudah ingin kuc*kar wajah songong mereka.

 "Najis lah, kalau minum minuman dari kalian nanti keluarga kami terinfeksi kuman miskin kalian, nggak doyan aku minuman orang miskin," ucap Mbak Aira dengan mimik wajah yang terlihat seperti orang mual.

"To the point aja, kalian mau ngapain kesini?" tanya Amira ketus. Adik dari mas Adnan ini terlihat sudah terpancing emosinya.

"Kalau hanya untuk menghina keluarga kami silahkan pergi dari sini!" Seketika tangan bude siti mendarat di pipi chubby Amira.

"Jaga mulutmu anak miskin, dasar tidak punya etika dan sopan santun, apa yang kamu ajarkan kepada anakmu ini Ningsih sehingga tidak tahu bagaimana cara bersikap pada orang yang lebih tua."

Aku melongo menyaksikan tamparan Budhe kepada Amira dan diikuti dengan ucapan pedas yang keluar dari mulutnya.

Tidak sadarkah dia, kalau kata-kata yang keluar dari mulutnya lebih pantas untuk keluarganya?

"Cukup! Cukup Mbak Siti, kamu boleh menyakiti saya, kamu boleh menghina saya, saya terima tapi tolong jangan pernah sakiti anak-anak saya," pertahanan Ibu lolos. air matanya membanjir keluar, Aku langsung memeluk ibu.

"Nggak usah basa-basi Budhe, langsung saja, sebenarnya apa tujuan kalian kesini? Bukannya urusan hutang ibu sudah sudah selesai?" Aku masih berusaha menahan emosi yang sebenarnya berlomba untuk keluar.

Budhe bersedekap di dada, lalu menatapku tajam sambil tersenyum sinis.

"Apa yang kamu bicarakan dengan calon menantuku tadi? Kamu pasti berusaha menggodanya ya, jangan berharap Jefri akan berpaling pada gadis kampungan sepertimu, dasar miskin! Sudah bersuami kok masih kegatelan," Budhe menatapku nyalang.

"Jangan sembarangan kamu Mbak Siti!" Kali ini Ibu tampak emosi.

"Biar Zafira yang selesaikan buk." Aku berusaha tenang, padahal sebenarnya emosiku sudah di ambang batas.

"Kata siapa Aku menggoda calon menantu Budhe? Maaf, menantu Budhe tidak termasuk dalam list daftar suami idaman Zafira," Aku tersenyum sambil menaikkan sebelah alis.

"Halaaahh.. sok-sokan nggak masuk list, tapi nyatanya menggoda, kamu pikir Jefri bakalan tergoda dengan wanita spek pembantu seperti dirimu?" ejek Mbak Aira sambil tersenyum sinis.

"Spek pembantu tapi nyatanya mbak takut calon suami adikmu tergoda kan?" Aku semakin memancing emosi duo mak lampir bermulut pedas.

"Apa yang bisa membuat Jefri tergoda padamu?Kampungan, lusuh, kucel lagi, hahaha.. katanya dari kota, kok kampungan! Jangan-jangan di kota kamu jadi pengemis ya makanya bisa ketemu sama si Adnan yang juga miskin, jadinya Miskin kuadrat." Tawa mbak Aira membahana seperti mak lampir.

"Iyaa, aku jadi pengemis di kota makanya duitku banyak, nggak apa-apa dong miskin asalkan berattitude, tampang pengemis begini tapi bisa transfer 50 juta ke Bude, ya lumayan lah hasil ngemis bisa bayar hutang, iya kan Budhe?" Aku tersenyum menatap Budhe.

"Eeh.. I–iya," jawab Budhe tergagap sambil menggaruk kepalanya.

"Emang udah di bayar Ma? Kenapa nggak bilang dari tadi?" Mbak Aira terlihat berbisik dengan wajah merah padam.

Ibu dan Amira hanya terdiam menyaksikan pertengkaran kami. Memang membalas orang seperti ini harus dengan cara elegan.

 Untungnya aku sudah berpengalaman menghadapi orang-orang seperti ini, karena dulu aku terbiasa bertemu dengan klien dengan berbagai macam sifat.

"Ada yang perlu dibahas lagi budhe? Kalau sudah selesai silahkan pulang! Masih tau jalan pulang kan? Emang nggak takut alergi lama-lama berdekatan dengan pengemis? Banyak kumannya lho," sindirku sambil berjalan mengitari Bude.

"Atau lupa jalan keluar? Biar Zafira antarkan," imbuhku dengan senyum mengejek. Amira terlihat menahan senyum. Kaki Mbak Aira di sentak-sentakkan

"kamu pikir kami betah berlama-lama disini? Tanpa kamu pinta juga kita bakalan keluar. miskin aja belagu, Ayo Ma, kita pulang. Alergi aku lama-lama di rumah orang kere, ntar ketularan kere kita," sindir mbak Aira masih dengan gaya sombongnya.

"Ayo, Ibu juga gerah lama-lama disini, nggak ada Ac, puaanass.. Ayo pulang." Bude juga ikut-ikutan gaya Aira sambil mengipas ngipaskan tangannya ke wajah dan terdengar bunyi gemerincing dari gelang gelangnya yang bersusun sehingga mataku langsung tertuju ke tangannya. Entah itu emas asli atau imitasi.

"Kenapa? Iri lihat gelang-gelang saya? ya iyalah iri, mana bisa beli yang beginian, baju aja lusuh begitu." Budhe berlalu sambil mengibas-ngibaskan bajunya, seperti takut ada kuman yang menempel.

"Iyaa sana pulang, hussh.. Kami juga alergi sama barang imitasi," aku masih memancing emosi bude di detik-detik terakhir kepergiannya (bukan meninggoy lho ya).

"Apa katamu? Imitasi? Jangan sembarangan kamu! Ini di beliin Aira di toko emas termahal, iya kan Aira? Anak dan menantu saya orang kaya, mana mungkin mau beli barang imitasi." Budhe yang hendak pergi terpancing lagi emosinya dan langsung berbalik lagi menatapku nyalang.

"Yakin asli? Coba di cek ke toko emas, jangan-jangan---." Aku sengaja menjeda ucapanku.

"Jangan sembarangan kamu Zafira! Dasar kampungan, itu aku beli di toko emas terkenal lho." Aira melotot menatapku, aku sampai khawatir bola matanya copot.

"Yaudah iyaa… Asli, kan ada badaknya." Amira terkikik dan aku langsung menyenggolnya.

"Ayo kita pergi Aira, sumpek lama-lama disini, maklum lah udara orang kaya sama orang kere kan beda." Budhe siti terlihat kesal dan langsung menarik Aira yang hendak bercicit lagi.

"Iyaa… Udara orang kaya kan bau duit, ya kan," jawabku sekenanya. Amira menepuk jidat menyaksikan tingkah Absurd kakak iparnya yang super cuantik kek Lisa black pink kecebur di selokan.

Ini belum seberapa, lihat aja kejutan di hari pernikahan anakmu Budhe. Kira-kira kejutan apa yang bakalan Zafira berikan ya?

 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ekky II
menarik sekali
goodnovel comment avatar
Indah Syi
menarik krn sikap Zafira yg pemberani
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status